IV

301 37 0
                                    

Lanjutt?

"Ini kamarnya yang mana"

"Udah muter-muter kaga ketemu juga" Aru menggerutu disepanjang jalan, sungguh ia bingung yang mana kamarnya, dari tadi ia sudah bolak balik ke sana kemari tapi tak kunjung ia temui.

"Lagian si om tadi ngasih info kaga bener"
"Kamarmu diatas, diatas mana woii", ia terus menggerutu, hingga tak sadar kalau ada yang mengawasi nya dari belakang.

"Hah, bocah bodoh" ucapnya.

Sampai mata nya melihat sesuatu yang menurut nya tidak asing.

"Yang bener aja sialan, ini siapa yang nulis tulisan kecil banget kaya semut gini" kesal Aru, siapa yang tak kesal, didepannya pintu berwarna putih dengan tulisan Saga berwarna senada, mungkin baginya kalau tulisannya gede dikit ga masalah, lah ini udah kecil, latin pula.

"Pasti arsitektur nya, penyuka hal kecil" monolog Aru, sebelum membuka pintu kamarnya.

CEKLEK....

"Widihh, keren juga dalamnya" ucap Aru.

Gimana nggak keren kamar barunya eh maksudnya kamar Saga, berwarna abu-abu dengan tambahan warna hitam dan putih itu pun hanya sedikit, menurut Aru kamar ini sungguh elegen, meskipun warna nya tidak seramai warna pelangi.

Tanpa berganti pakaian, ia langsung merebahkan dirinya kekasur, mungkin ia sungguh mengantuk, lagipula ia kan hobinya tidur doang.

"Hoaahmm, gue ngantuk, gue tidur"

"Makan nya nanti, mending turu" ucapnya, setelah itu yaaa kalian tau apa yang terjadi, pastinya anak satu ini tidur lagi dan lagi.

Disisi lain...

"Jelaskan ke Papa apa yang terjadi padanya nya"ucap Sang kepala Keluarga.

"Padanya siapa sih Pa" kini Arga yang menjawab.

"Pada Saga" ucap sang Papa.

"Yagitu dong kalau ngomong yang bener, padanya padanya, dikira anaknya cepat tanggap apa" omel Arga.

Sang Papa hanya menatap datar anaknya satu ini, emangnya apa yang dapat ia harapkan darinya, anak nya satu ini kalau ngomong mirip cewe, alias cerewet.

Malas akan tanggapan Arga, ia memilih pergi tanpa menghiraukan ucapan anak itu selanjutnya.

"Idih, malah ditinggal pergi, kaya cewe aja ngambekan"

"Udah tua pula" Ucap Arga.

Emang ya anak satu ini, tingkat kesopanan nya tinggal dikit, atau mungkin pas pembagian akhlak, ia nya ketinggalan.

Entahlah, Anak Papa Wira satu ini memang yaa begitu orang nya, mungkin udah bawaan dari lahir.

Disisi lain, segerombolan pemuda tengah asik bercanda ria, padahal waktu sudah menjelang sore, tetapi ya sudahlah namanya juga anak muda, pulang sekolah bukan nya pulang malah nongkrong.

"Adik lo tadi gak buat ulah lagi"? tanya salah satu pemuda.

"Lo tanya kesiapa, yang punya adik kan hanya mereka berdua", sarkas salah satu pemuda sambil menoyor kepala pemuda satu nya tadi.

"Aww, sakit bego kepala gue"

"Varo dodol, pala gue sakit woi" ucapnya, sambil mengusap usap kepalanya, enak aja ia cuma nanya gitu apa salahnya, malah dianiaya, kan emang dodol.

"Enak dong dodol" ucap Varo, sambil cengengesan.

Seketika pemuda tadi mendatarkan wajahnya, setelah mendengar ucapan Varo.

"Woi dit, gue cuma bercanda aelah malah cosplay es" ucap Varo.

"Lagian tangan elo, tangan tangan penganiaya" ucap Adit.

Yang lain sudah jengah mendengar perdebatan mereka, tiap ketemu akur , tiap ketemu gelud, kaya tom and jerry aja, pikir mereka.

"Tapi serius gue nanya, adik kalian kaga buat ulah lagi"? tanya Adit, kali ini dengan kalimat yang lebih serius.

"Hah" terdengar helaan nafas dari salah satu pemuda.

"Lo tau sendiri kan, adik gue gimana" ucap pemuda itu.

"Emang gimana, adik lo cantik ya" ucap Varo, sambil menaik turun kan alisnya.

"Lo jangan macam-macam ya sama adik gue"

"Mana mau adik gue sama modelan jamet kaya lo" ucap pemuda tadi, dengan wajah sinis.

"Sialan Vegas, sekali ngomong pedas banget" ucap Varo, sambil memegang dada sebelah kirinya, anak ini sungguh dramatis.

Vegas hanya menatap datar, alay pikirnya.

"Kalo adik lo ka?" tanya Adit, kepada salah satu pemuda yang kerap di panggil Arka itu.

"Adik yang mana? " tanya Arka.

Bukannya menjawab ia malah tanya balik, hadeh....

"Yang akhir ka", ucap Adit.

"Oh dia" jawab Arka dengan santai sambil meneduh kopi yang ia pesan tadi.

"Iya dia, siapa lagi" greget Adit, apa salah nya si langsung jawab saja.

"Dia manusia" jawab Arka, dengan tampang tak berdosanya.

"Sabar dit, sabar, dia anak orang" batin Adit.

Yang lain sudah tertawa tidak jelas akan jawaban Arka, bahkan satu pemuda yang notabene nya seorang pendiam ikut terkekeh akan ulah teman teman nya, lain halnya dengan Adit, ia terus menyakinkan dirinya untuk sabar.

Ketemu sama Aru nya besok yaa....

Jangan lupa beri vote 🌟🌟
+Comment




TBC.....

Aru or SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang