Chapter 7

1K 100 19
                                    

Terima kasih sekali lagi untuk kalian yang masih menunggu cerita ini untuk dipublikasikan! Jangan lupa baca Author's note di bab paling pertama, ya! Aku boleh minta tolong sedikit aja, nggak? Aku harap kalian mau kasih aku vote di setiap part dan ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Terima kasih sekali lagi untuk kalian yang masih menunggu cerita ini untuk dipublikasikan! Jangan lupa baca Author's note di bab paling pertama, ya! Aku boleh minta tolong sedikit aja, nggak? Aku harap kalian mau kasih aku vote di setiap part dan juga ramaikan kolom komentar di setiap bab-nya! It's mean a lot to me! Really!

Chapter 7


Kara tidak mengerti dengan sikap sean saat ini. Benar-benar tidak mengerti. Setelah Alegra mengantar Kara sampai rumah, laki-laki itu menyuruhnya untuk masuk ke dalam dan meminta Aelgra keluar dari mobil untuk berbicara dengannya. Kara tidak bisa menebak apa yang ingin Sean bicarakan dengan Alegra, tapi yang jelas ia merasa sangat tidak nyaman.

            Setelah Kara masuk ke rumah, Sean langsung berbicara kepada Alegra tanpa basa-basi. Ia menatap Alegra dengan rasa tidak suka. "Kalau ngajak anak orang keluar, jangan lupa waktu. Lo nggak punya jam?"

            Beruntung Alegra adalah tipikal orang yang santai dan tidak mudah tersulut emosi. "Sorry, Bro, lo tau sendiri Jakarta macetnya gimana. Next time, gue bakal tau waktu, kok."

            "Next time?" tanya Sean.

            Ah, Alegra mengerti sekarang. Ia mengerti bahwa lawan bicaranya saat ini sedang merasa cemburu. Jujur saja situasi seperti ini terasa cukup menggelikan untuknya. Namun, tidak masalah, kan, kalau sesekali ia bertingkah menyebalkan?

            "Iya, next time. Emangnya gue nggak boleh keluar lagi sama Kara? Sorry, lo bukan pacar Kara, kan?" tanya Alegra.

            "Bukan."

            "Ya, jadi nggak masalah dong kalau gue ngajak Kara keluar lagi?" tanya Alegra, yang tidak dijawab langsung oleh Sean. Bagaimana bisa Kara mengatakan bahwa tidak ada laki-laki di sekitarnya yang menyukainya, sedangkan saat ini sudah terhitung empat orang yang ia curigai menyimpan perasaan untuk Kara.

            Suara deru motor yang terdengar menghentikan percakapan Sean dan Alegra. Mereka berdua memandang Kale yang kini sedang memarkirkan motornya secara sembarang. Melihat Kale membuat Alegra menghembuskan napas kasar. Ini dia bintang tamunya.

            Kale melepaskan helm full face-nya, turun dari atas motor, kemudian menghampiri Sean dan Alegra. Ia berdiri di samping Alegra dan merangkul bahu laki-laki itu. "Wah, lagi diskusi apa, nih? Serius banget kayaknya?" tanya Kale.

            "Lo dari mana?" tanya Sean.

            "Gue? Biasa lah, habis ada urusan penting, sangking pentingnya nggak bisa gue skip," jawab Kale sambil menekan bahu Alegra. "Lo Alegra kenalan si Kara, kan? Kok ada di sini?"

            Alegra melepaskan rangkulan Kale, dan menatapnya santai. "Iya, tadi gue habis jalan sama Kara. Keasyikan, jadi telat pulang."

            Kale menatap Alegra sambil menekan bagian dalam pipi kirinya dengan ujung lidah, lalu menepuk pundak kiri Alegra dengan pelan. "Nggak apa-apa, santai aja, asal ingat pulang. Ya, lo tau kan sekarang tuh bahaya banget, nggak baik pulang terlalu malam."

Bloom In Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang