8. Rumah Aman

165 16 4
                                    

"Dokter." Luffy menghentikan kepergian lelaki yang memakai jubah putih kebesarannya itu. "Ace akan baik-baik saja, kan?" tanya Luffy memastikan. Sang dokter seketika tersenyum, ternyata hanya itu pertanyaan Luffy.

"Kakakmu akan segera sembuh, Tuan Luffy. Dia hanya perlu mengikuti prosedur pengobatan yang tepat dan banyak-banyak beristirahat," jelasnya. Kalimat itu berhasil menenangkan Luffy barang sebentar, karena sebenarnya dia sedang gelisah, tidak hanya mengkhawatirkan kondisi Ace. Luffy juga memikirkan nasib dirinya yang lain. 

Luffy yang satunya, yang terpaksa mengembara di dunia bajak laut. Kalau di dunia ini Luffy adalah penerus tahta yang hidupnya selalu dijamin oleh keluarganya yang kaya raya. Maka pasti Luffy akan sangat kesulitan bertahan di sana. Apa bahkan lelaki itu bisa bertarung? Dia harus menghadapi para marinir, bajak laut dan bahkan monster laut. Kalau dia adalah seorang pengecut yang lemah, lalu bagaimana dia bisa menjadi raja bajak laut? Celaka, Luffy akan celaka.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Luffy mengerjap ketika mendengar suara Law. Kepala Luffy terasa sedikit berdenyut karena jujur saja otaknya tidak pernah digunakan untuk memikirkan hal-hal yang rumit seperti ini. 

"Aku ingin bertemu dengan dokter Borneo." Luffy hendak meninggalkan ruangan Ace, tapi lengannya dicekal oleh Law. Luffy mengernyit heran. Urusan ini tidak ada hubungannya dengan Law, tapi kenapa lelaki ini menghentikannya?

"Tidak, Luffy. Kau tidak bisa melakukannya sekarang. Kita harus segera pergi ke rumah aman."

"Aku bisa menjaga diri, Torao, apa kau tak lihat kekuatanku?"

"Aku tahu, aku melihatnya, kau manusia karet yang aneh, tapi sekarang dokter Borneo sedang tidak ada di rumah sakit ini, dia sedang ke luar negeri untuk mengembangkan penelitiannya." Sebagai seorang dokter muda, Law tentu mengenal sosok Dokter Borneo yang dicari oleh Luffy dan dia tidak sedang membual, dokter yang satu itu memang selalu sibuk bukan main.

"Luar negeri? Apa maksudmu dia pindah ke pulau lain?"

"Ya, mirip seperti itu."

"Artinya untuk menyusul dokter Borneo aku membutuhkan kapal laut, tapi aku tidak membawa Sunny Go." 

"Apa pulaunya jauh, Torao? Butuh berapa bulan untuk sampai ke sana? Aku harus membeli banyak persediaan makanan dan Sanji ... ya, Sanji!" Luffy sibuk menyuarakan isi pikirannya sendiri hingga tak memerhatikan perubahan ekspresi Law dan Ace.

"Kau berbicara seolah-olah ini masih zaman purba, Luffy." Ace tak tahan mengomentari ocehan bocah karet itu. "Untuk apa kapal laut? Sekarang pulau yang jauh sekali pun bisa dicapai hanya dengan hitungan jam."

"Mustahil, bagaimana kalian melakukannya?"

"Terbang, seperti burung," jawab Ace singkat dan sangat jelas.

"Heh? Apa pulaunya ada di atas langit? Seperti pulau Skypiea?"

"Tidak ada pulau di atas langit, Luffy." Kali ini Law yang bersuara. Dia tidak yakin apa yang terjadi, tapi yang jelas Luffy yang ada di hadapannya ini sudah banyak berubah. Dia bukan Luffy yang dibenci oleh Law.

Meski terlihat bodoh, tapi tatapan matanya tampak memancarkan sebuah ketulusan, tak ada topeng yang dia pakai, Luffy benar-benar menunjukkan dirinya yang sebenar-benarnya. 

"Kau sangat ingin bertemu dengan dokter Borneo?" Luffy segera mengangguk mantap untuk menjawab pertanyaan Law itu. Luffy harus menanyakan kenapa dia bisa melihat kilasan nasib Luffy di dunia bajak laut. "Baiklah, aku akan meminta jadwal kegiatan dokter Borneo kepada asistennya, tapi kau harus menuruti semua perintahku, mengerti?"

"Tidak mau!" Luffy dengan tegas menolak, hal yang tidak diperkirakan oleh Law. Biasanya manusia akan menuruti semua keinginan orang yang bersikap baik padanya. Apalagi Law menawarkan bantuan yang sangat berharga.

Shambles || LawluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang