koma

93 12 1
                                    

Votement jangan lupaa seng seng kuhh

Ingatlah! Sekuat apapun aku dalam menerima cacian dari keluargaku sendiri, diriku juga memiliki titik lelah, dan saat ini aku berada di titik itu, aku memilih untuk beristirahat dan berharap hari esok akan lebih baik.

🌾__🌟__🌾

Arsa melajukan motornya membelah jalanan untuk mencari keberadaan Arven.

Tepat di dekat gang perumahan elit tempat mansion keluarga Dinagrata berada, Arsa melihat ada seorang pemuda dengan langkah lunglai menyebrangi jalan tanpa melihat kanan kiri, dia adalah Arven, tanpa menunggu lama ia menghentikan motornya di dekat trotoar dan turun berniat menghampiri Arven, tetapi sedetik kemudian tubuhnya menegang dengan kedua netra yang membola saat melihat sebuah truk yg melaju ke arah Arven.

TIIIIIINNNN

BRUK

"ARVEEEEENNN"

Saat itupun detak jantung Arsa seolah berhenti berdetak, ia melihat dengan kedua matanya sendiri bagaimana Arven dihantam keras oleh truk yg melaju hingga membuatnya terguling dan kepalanya membentur trotoar.

Arsa segera berlari menghampiri Arven yg sudah tidak sadarkan diri, ia memangku kepala Arven tanpa memperdulikan seragamnya yg sudah dipenuhi noda darah yg dari kepala Arven.

Arsa mencoba untuk mempertahankan kesadaran Arven dengan cara menepuk pelan pipinya berharap Arven kembali membuka matanya "Ar.... Arven bangun hiks.... Bangun, Abang mohon jangan tinggalin Abang hiks... Bertahan Arven kita ke rumah sakit sekarang hiks".

"PAK!! TOLONG ADIK SAYA.... hiks TOLONG BANTU SAYA BAWA DIA KE RUMAH SAKIT!" Teriaknya kepada orang orang yg ada di sana, entah karena mereka tidak berani menolongnya atau memang tidak ingin, mereka hanya diam dan saling melempar tatapan seolah berkata 'pak lebih baik bapak saja yg menolong saya tidak berani'.

"AAKHH BRENGSEK! Untuk apa kalian ada di sini jika hanya menonton tanpa memberikan bantuan!!" Teriaknya lagi.

Seorang pria paruh baya dengan setelan jas nya sedang dalam perjalanan ke kantor bersama seorang sekretaris nya, di tengah perjalanan terjadi kemacetan lalu lintas, "ada apa? Kenapa berhenti?" Tanyanya kepada sekretarisnya " maaf tuan didepan sepertinya terjadi kecelakaan" jelas sang sekretaris. Niat awal menunggu hingga jalanan kembali sepi ia samar samar mendengar teriakan seseorang yg ia kenali karena kaca mobil yg memang terbuka, "AAKHH BRENGSEK". Itulah yg ia dengar, "seperti suara Arsa" ucapnya tanpa sadar menolehkan kepala ke arah kerumunan.

Ia pun keluar dari mobil dan menerobos keramaian, dan ia pun dikejutkan dengan korban kecelakaan tersebut ternyata adalah sahabat dari putranya, dan di sampingnya ada Arsa yg berlutut dengan memangku kepala Arven sambil terisak.

"ARVEN!" Ia menghampiri Arsa dan bertanya "ada apa ini Arsa!? Kenapa Arven bisa seperti ini!". " Hiks om tolongin Arven om... Hiks dia pasti kesakitan om hiks bantu Arsa bawa Arven ke rumah sakit om hiks Arsa gak mau adek Arsa kenapa Napa om hiks" racaunya mengabaikan pertanyaan orang yg ia sebut 'om'.

"Tenang Arsa, ayo bawa Arven ke mobil om, kita kerumah sakit sekarang" ucapnya diangguki oleh Arsa lalu dia mengambil alih tubuh Arven dan menggendongnya ke mobil.

"Teman teman kamu yg lain sudah mengetahui kabar ini?" Tanyanya dibalas gelengan oleh Arsa. Ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi putra nya.
"Halo? Kenapa pah?"
Tanya seorang pemuda di sebrang sana,
"Halo, Tama ada kabar buruk" jawabnya pelan.
"Kabar buruk apa pah? Tentang apa?" Memberikan pertanyaan beruntun untuk sang ayah
, "Arven.... A..Arven kecelakaan" ucapnya terbata bata.
"Bruk...pah.... Papa becanda kan? Nggak mungkin pah hiks!" Tas yg Tama sampirkan di bahu kirinya terjatuh sebelum dia berbicara.
"Papa nggak bohong Tama, sekarang kami di perjalanan ke rumah sakit, Arsa juga ada sama papa" ucapnya kepada Tama.
"Pah tolong kasih HP nya ke Arsa pah, Tama mau ngomong sama dia!",
"Tama, dengarkan papa, kondisi Arsa saat ini sedang kacau, jadi jika kamu ingin tahu kondisi Arven kamu ke rumah sakit milik keluarga Arsen sekarang, sebelum pergi buat surat izin, jangan coba coba untuk membolos" ucapnya memperingati sang anak. "Iya pah Tama sama temen temen ke rumah sakit sekarang!" Dan setelahnya sambungan pun terputus.

Arven ArdianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang