sesal pun tak berguna

90 14 0
                                    

Bunda nggak minta aku buat kembali ke ayah dan Abang, tapi.... Apa semua luka dan ingatan itu akan bisa menghilang hanya dengan menjauh dari mereka?


"Lo ....

"Iya? Kenapa ya kak?" Tanya pemuda tersebut.
"A..ahh sorry, gue salah orang" ucapnya yg mengira bahwa dia adalah Arven, pemuda tersebut hanya melihat nya dengan tatapan bertanya.

"Adek!!" Seru seorang pemuda yg seumuran dengan Arga.
"ABANG!" Pekik anak yg lebih muda dan berlari kemudian memeluk orang yg diduga kakaknya.
"Adek nggak kenapa Napa kan? Tadi kan udah Abang bilang jangan kemana mana!" Ucapnya memarahi sang adik.
"Maaf abang, tadi adek penasaran terus pengen liat liat" jawabnya menundukkan kepalanya lalu sang kakak mengelus rambut sang adik dan membawanya kepelukannya "jangan tinggalin Abang lagi" lirihnya. Kemudian mereka pergi melangkah menjauhi mereka.

Arga dan Leon yang menyaksikan hal tersebut pun merasa dejavu, mereka membayangkan bahwa yg ada di posisi itu adalah mereka dan Arven. Tetapi apakah mungkin? Bahkan saat ini pun mereka tidak mengetahui keberadaan anak itu.
"Kapan gue sama Arven bisa kayak gitu?, Gue sayang sama Arven tapi gue gak bisa ngalahin ego gue sendiri" batin Leon dan Arga.

Setelah selesai membeli hadiah, mereka kembali ke mansion dan pada malam harinya semua tamu undangan sudah mulai berdatangan. Beberapa maid ditugaskan untuk menyambut tamu dan sebagian lainnya menyiapkan hidangan untuk acara sedangkan para bodyguard sedang berjaga de setiap sudut mansion.

Semuanya sangat menikmati pesta dengan gembira, dan mereka melupakan sosok yang tidak pernah mereka anggap.

"Nikmati dulu hari bahagia mu tuan Dinagrata, setelah ini mari kita lihat apakah masih ada kebahagiaan yang akan menghampiri mu?" Ucapnya menyeringai dengan tatapan yg berfokus pada layar laptop nya yang memperlihatkan pesta ulangtahun Rendi dari bawahannya yang menyamar menjadi salah satu tamu.

Setelah acara selesai kini mereka kembali ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri. Saat ini semuanya sedang berkumpul di ruang tamu. Tak lama terdengar suara bel berbunyi menandakan bahwa ada tamu.

Seorang maid membukakan pintu dan mendapati sebuah kotak yg dihias dengan sangat elegan dan dengan kartu ucapan di atasnya yg bertuliskan "untuk tuan Rendi". Jika dilihat sepertinya itu adalah hadiah ulang tahun?. Maid tersebutpun membawanya untuk di serahkan kepada Rendi.

"Permisi tuan, ada yang mengirimkan hadiah ini untuk tuan" ucapnya menyerahkan kotak tersebut.
"Siapa yang mengirimkan nya?" Tanyanya. "Maaf tuan, saya tidak melihat siapapun di depan dan tidak ada nama pengirimnya" ucapnya menundukkan kepala,
"Baiklah, kamu boleh pergi" titahnya yg langsung di turuti oleh maid tersebut.

Rendi pun membuka kotak tersebut kemudian ia membeku saat melihat isi kotak tersebut.
"Ayah apa isinya?" Tanya leon saat melihat ayahnya yang terdiam.
Rendi mengambil foto Arven sedang tersenyum manis yang berada di atas tumpukan map berwarna merah dan kuning.

"I...ini dari siapa ayah?", " Ayah tidak tahu Leon".
Rendi memilih untuk mengambil map tersebut dan membukanya. Matanya membelalak saat membaca informasi tentang kematian sang istri dan penyebab Wisnu masuk rumah sakit.

Bruk

Kotak tersebut jatuh dari tangan Rendi.

"Apa ini?" Lirihnya saat mengetahui fakta yang sebenarnya.
Dirinya melihat sebuah amplop cokelat dan membukanya, matanya seketika memanas saat melihat isi dari amplop tersebut adalah foto foto Arven yang berlumuran darah dan foto terakhir yang membuat setetes air matanya mengalir keluar, itu adalah foto sebuah gundukan tanah dan bunga segar di atasnya dengan nisan yang bertuliskan nama Arven Ardian Dinagrata. Dan di balik foto tersebut bertuliskan.
"'hadiah ulang tahun yang ayah inginkan bukan?'" Selamat! Anda telah membuat manusia berhati malaikat ini pergi!"

Arven ArdianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang