12. End '^'

333 17 0
                                    

Sabtu, 17.43

Chava berjalan di pinggir pantai. Dia merasa bebas sekarang. Dia hanya ingin ketenangan. Dia ingin bebas dari semua masalah yang menghantui nya selama beberapa tahun terakhir. Dan disinilah dia, di pantai yang sunyi ini. Hamparan pasir yang luas, angin sepoi sepoi yang tenang dan menyejukkan. Hah. .. Chava sangat senang disini.

-

໒ ★ ☆ ✦ ✧ ✩᭡ ࿔ ⠀ ོ ᭄

-

໒ ★ ☆ ✦ ✧ ✩᭡ ࿔ ⠀ ོ ᭄

-

໒ ★ ☆ ✦ ✧ ✩᭡ ࿔ ⠀ ོ ᭄

-

໒ ★ ☆ ✦ ✧ ✩᭡ ࿔ ⠀ ོ ᭄

-

"Jae, kamu ada liat chava ga?"

Ucap henza dari seberang telepon.

"Huh? Chava? Engga tan, emangnya kenapa ya kalo jae boleh nanya?"

"Chava ga ada di rumah nak, tante kira chava ada dikamarnya karena beberapa hari ini chava udah ngurung diri di kamarnya. Dan ga keluar kamar dari pagi sampe pagi lagi. Tante jadi khawatir... Tante kira chava sama kamu.."

"Jae ga tau tan, emang chava ga ada pamit sama tante?"

"Engga ja, ga ada.. tante tadi niatnya mau ngecek barang di gudang lantai dua, pas lewat kamar chava tante liat makanannya di depan pintu ga di ambil dan dimakan sama sekali. Biasanya habis tante anterin makanan, dia langsung ambil.."

"Tante udah coba masuk ke kamarnya? Manatau dia ninggalin sesuatu?"

"Oh iya.. mungkin ya.. oh iya, boleh ga tante minta tolong..?"

"Tolong ngapain tante.?"

"Tolong, bantu cariin chava."

"Baik tante."

"Makasi jae.."

-

໒ ★ ☆ ✦ ✧ ✩᭡ ࿔ ⠀ ོ ᭄

-

໒ ★ ☆ ✦ ✧ ✩᭡ ࿔ ⠀ ོ ᭄

-

໒ ★ ☆ ✦ ✧ ✩᭡ ࿔ ⠀ ོ ᭄

-

໒ ★ ☆ ✦ ✧ ✩᭡ ࿔ ⠀ ོ ᭄

-

Chava melangkahkan kakinya pelan. Berjalan ke arah depan, air yang awalnya hanya membasahi betis kini sampai ke paha. Ntah apa yang merasuki chava, dengan santai dia melanjutkan aksinya. Air kini sudah membasahi pinggangnya. Dan dia tetap saja tenang, seakan akan dia memang sengaja dan sudah lama mempersiapkan dirinya. Air kini sudah berada di perutnya.

"CHAVANERA!"

Di detik itu juga tubuh chava ditarik oleh seorang pria. Siapa lagi kalau bukan Jaevan?.

"Chava, jangan kaya gini please. Kamu ga tau seberapa khawatirnya buna sama papi kamu?"

Hening.. tak ada jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan jaevan itu.

"Chava. Jae tau jae jahat. Jae tau jae banyak salah sama kamu. Jae tau kamu benci sama jae. Tapi tolong, jangan tinggalin jae sebelum jae bisa bikin kamu benar benar maafin jae.."

Pernyataan tersebut keluar dari mulut seorang Jaevan. Dengan manik yang sudah berkaca kaca pertanda sebentar lagi akan mengalir air mata dari sana, tapi lagi lagi.. hening. Setelah mengatakan itu, jaevan memeluk chava erat erat. Chava hanya diam. Dia merasakan pundaknya yang mulai basah karena air mata jaevan. Sungguh dia tidak habis pikir dengan pola pikir jaevan.

"Jae minta maaf... Benar benar minta maaf.. "

"Jae tau. Maaf jae udah ga berarti lagi, dan kamu udah sempat terluka. Tapi tolong. It hurts to see you like this. Jae mohon. Jangan kaya gini chava."

Jaevan meluk chava makin erat, tiba tiba chava balik meluk dia.

"Cape.. h-hiks.... Cape.. mau pulang.. ke rumah..."

Chava dengan suara yang sedikit berat mengatakan kata kata itu, jaevan semakin memeluknya.

"Biar jae antarkan."

"Boleh ga kita kaya gini lebih lama? Chava cape."

"Boleh. Bahkan selamanya kita kaya gini jaevan ga keberatan."

Ya, akhirnya dua insan itu berpelukan di pinggiran pantai. Di sore hari yang bisa dibilang cerah itu.

Dorr! Dorr!

Dua kali tembakan tepat mengenai sasaran. Jaevan dan chava. Dan ya, kondisi sekitar pantai itu sangat sunyi. Tidak ada orang yang berlalu lalang di sekitar. Jadi tak ada yang bisa menolong mereka.

"Chava... Maaf... Dan... Terimakasih..."

Jae berucap dengan sulit, nafasnya terasa berat. Namun badannya tetap saja berusaha untuk memeluk chava dengan erat.

"Jae.. maaf.... Chava bakal maafin jae... Let's meet again... In heaven..."

"Huh, what a pity"

Seseorang dengan pakaian serba hitam itu akhirnya melepas masker, topi, dan kacamata hitamnya.

"If i can't have you, then no one can."

-Shotaro.

End.. yey... No one cares tho, this is probably cerita terabsurd yang ga punya makna. Hehe anw thanks yang udah mau read, aku mah ga bakal maksa buat vote atau komen, cukup read aja ya udah untung. Makasi hehe...

- Uririuw

Muak [Jichen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang