Tema : Kencan Perdana
Genre : Roman
Jumlah Kata : > 100
Pemeran : Faiz dan Latanza
---
Kencan perdana ini sungguh kacau. Tidak hanya tertidur di bioskop, Faiz juga membiarkan sang wanita membayar hadiahnya sendiri. Seriuslah, Bung, dimana akal sehatmu?! Sungguh rasanya ingin memaki dirinya sendiri.
Bagaimana caranya menyenangkan wanita yang pernah menikah dan memiliki dua putra-- Faiz sama sekali tidak tahu. Persahabatan mereka selama dua puluh tahun nyatanya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan malam-malam intim yang wanita itu habiskan bersama sang mantan.
Faiz terpaksa menggunakan rencana B-- eh, tunggu, memangnya ada rencana B?!
Tepat ketika otaknya mulai bekerja, Aza berjinjit di atas sepatu datarnya. Menangkup pipi Faiz dengan kedua tangannya, ia berbisik. "Fay, sudahlah. Jangan memaksakan diri. Kau pikir berapa lama aku mengenalmu?"
Diperlakukan demikian, Faiz tidak kuasa mencegah kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya. Tak sanggup menatap lama, pria berbalut jaket denim memalingkan wajahnya yang bersemu. Berdehem, sebisa mungkin menyembunyikan kegugupannya.
"Kau... tidak suka hadiahnya?"
"Aku suka. Tapi, saat aku menerima ajakanmu, bukan ini yang kuharapkan."
"Aku tidak mengerti," dengus Faiz, alisnya mengernyit membentuk kurva. "Bukankah wanita suka kejutan?" Kau ini wanita bukan?
"Umumnya-- ya."
Aza merenung sejenak-- memerhatikan jemarinya yang kini tersemat cincin emas, sebelum melanjutkan. "Fay, kau ingat saat ulang tahunku yang keduabelas kau memberiku hadiah pulpen milikku yang dulu pernah kau pinjam? Lalu sehari sebelum diklat kelas sepuluh kau membelikanku deodoran dan salep kutu air, lalu kau bilang itu hadiah valentine?"
Mau tak mau bibir Faiz terangkat sedikit, walau masih memasang mimik murung. Faiz tersenyum kecut. "Aku memang bodoh," akunya.
"Karena memang seperti itulah dirimu!"
Faiz menoleh tajam, tapi saat matanya bertabrakan dengan milik sang wanita, ia kembali membuang muka.
"Aku merindukan sahabatku dan aku ingin menghabiskan waktu bersama sahabatku itu. Jadi..." Aza menjeda kalimatnya untuk menggamit lengan pria di sebelahnya, mengadu pandangan mereka sekali lagi. "Bisa kita berhenti berpura-pura menjadi orang lain?"
Sang pria terbatuk, enggan menampakkan sejumput emosi bahagia di wajahnya. "Kalau begitu, makan malamnya... mau mampir ke warung bebek goreng langganan kita dulu?"
"Aku baru memikirkan hal yang sama."
----------
28/02/2024
labellaatrix
KAMU SEDANG MEMBACA
Fruity Americano Ga Pake Kopi
ContoIni adalah kompilasi tantangan 100 kata fiksi mini yang aku tulis dengan berbagai genre. Tokoh yang berperan di sini aku ambil dari work aku yang lain.