Emran, si lelaki effortless yang selalu menghindar dari hal-hal ribet, manusia berwajah datar yang memiliki sikap cuek berwatak keras itu dimintai satu hal oleh Sadio...
"Gue titip Anton"
"Anton siapa? Ohh! Anak lo?" Berlagak antusias saat pura-pura lupa kemudian mengingat siapa Anton. Meski begitu, Emran tak bisa jamin dirinya akan menjaga pesan dari Sadio. Banyak hal kurang manfaat yang harus Emran lakukan daripada itu.
Tok.. tok.. tok..
Sampai di pagi yang tenang ini akhirnya Emran mengunjungi Anton yang sudah 5 hari diterlantarkan Sadio, itu pun berkat Ibu yang mendesaknya untuk datang. Andai bukan Ibu tiri, Emran mungkin akan berani berkata 'nanti' atau bahkan menolaknya.
"Berangkat sekarang?"
Masih terbilang pagi, tetapi Anton yang kini sudah berdiri di depan pintu itu sudah rapih berseragam, lengkap dengan tas punggung dan juga masker yang menutupi sebagian dari wajahnya.
"Iya, kak"
"Dari Ibunya Sadio" Emran sodorkan kotak makan yang disiapkan Ibunya untuk Anton.
"Makasih, kak, Ibu juga."
🦕🦕🦕
Anton menunggu kedatangan Sonnie di pinggir kolam renang fasilitas sekolah setelah keadaan di sana sepi. Ada janji yang dibuatnya kemarin.
Lama menunggu ditemani hening dan tenang, membuat jiwanya yang sepi berbicara pada diri sendiri. Bertanya lalu dijawab dalam hati, curhat lalu menasihati dengan mandiri. Menatap air biru yang begitu tenang, membuat Anton tak enggan untuk jujur pada diri sendiri.
Anton rasa ia masih pantas untuk hidup, Ia masih berguna untuk orang lain meskipun tak banyak, hatinya juga masih lapang untuk berbuat baik pada siapapun. Seberapa sulit yang dijalaninya, Ia yakini akan berakhir dengan jalan takdir yang terbaik.
Anton belum pantas mengeluh untuk saat ini, masih ada hal yang membuat Anton senang di tengah keterpurukannya, meskipun tak banyak.
"Wah! Dapat 9!?"
Anton jadi salting lagi saat ingat bagaimana Sonnie yang speechless dan memujinya ketika kertas nilai evaluasi akhir bab dibagikan kemarin.
Ia lirik satu lembar kertas hasil evaluasi yang didapatnya lagi tadi pagi. Diberi nilai sama-sama tinggi membuat Anton semakin semangat dan percaya diri untuk menjadi partner belajarnya Sonnie.
Dua buku yang dibawanya, beserta dengan kotak bekal yang isinya masih utuh siap untuk menemani kegiatannya nanti. Sebetulnya, Ibu Sadio memberikan makanan itu untuk dimakan pagi hari, sebagai sarapan. Tapi inisiatifnya untuk ditunda saja agar bisa berbagi dengan Sonnie nanti.
Rencananya akan dimakan setelah bimbel mandiri mereka usai. Tapi dipikir lagi, kemungkinannya Anton tak bisa fokus belajar jika perut dalam keadaan kosong dan kelaparan. Otaknya bisa lambat berjalan.
Suara deritan pintu membuat Anton akhirnya menoleh dengan senyuman mengembang yang ditujukan untuk Sonnie. Teman barunya.
"Gue tunggu di perpustakaan, eh ternyata di sini. Anak pintar biasanya nongkrong di sana, kan ya?" Tapi ternyata, suara yang terasa angkuh itu bukanlah milik Sonnie.
Dimana Sonnie?
Dari keempat orang ini tidak ada Sonnie diantaranya.
Ingin mengacuhkan tetapi salah satu dari mereka terlihat mencoba menarik perhatiannya. Duduk di sebelahnya dan mengobrol sok akrab meskipun tak Anton tanggapi sama sekali.
Anton ingat lelaki ini. Siswa yang berada di kelas yang sama dengannya, tapi Anton tidak tau siapa namanya.
"Lunchboxnya bagus. Jadi ini tips lo supaya pintar, belajar sambil makan, ya?" Anton tidak tau itu adalah pujian untuknya atau justru sebuah olokan.
Anton sontak menoleh saat kotak bekalnya dibuka tanpa izin darinya.
"Gue bantu, ya!"
Matanya terbelalak dengan mulut yang tak bisa berucap apapun saat melihat makanan yang ditunggu waktunya untuk disantap itu tiba-tiba diremas dan dikepal dengan erat menggunakan telapak tangan yang entah bersih atau tidak keadaannya.
"Soalnya lebih ampuh kalo lo makannya kek gini!" Lelaki itu bangkit.
Rambut belakang Anton tiba-tiba dicengkram dan ditarik dengan kuat untuk memaksanya mendongak. Dijejalkannya satu kepalan besar itu dengan kasar sampai membuat Anton tak mampu mengatupkan mulutnya untuk menolak suapan menjijikan itu.
Berusaha memberontak sebisanya, tapi 3 orang lainnya memblokir segala bentuk perlawanan yang diusahakan Anton dengan cara yang menyakitinya.
Lelaki itu tak berhenti menjejalkan makanan ke mulutnya, meskipun tau tak ada yang sama sekali Anton telan.
"Gak usah dikunyah, langsung aja ditelen!" Telapak tangannya mendorong mulut penuh Anton. Kemudian turun dan beralih mencengkram leher jenjang Anton, membuatnya tak sengaja menyemburkan sebagian isi mulutnya di hadapan si lelaki.
Plakk..
Sebelah pipinya menjadi sasaran berikutnya.
"JOROK BANGET SIH!!"
Dbrukk..
Melihat tubuh Anton yang sudah tergeletak di atas ubin yang lembab, semakin membuat si preman kesenangan dan malah semakin kalap.
Anton gagal bangkit, lelaki itu kembali mendorong tubuhnya dengan kaki beralas sepatu.
"Habis makan, lo harus minum. Minum yang banyak!" Mencengkram kerah kemeja belakangnya dan mendorong kepala Anton ke dalam air.
Tangan Anton menumpu di pinggir kolam agar tubuhnya tidak ikut terdorong dan jatuh. Mencoba menarik kepala ke permukaan, namun sulit melawan besarnya kekuatan tangan yang menahan kepalanya untuk tetap di dalam air.
Anton yang panik, hanya bisa berteriak ketakutan dalam hati.
Tolong lepaskan! Ia sudah hampir kehabisan nafas!
Uhhukk..
Makanan dan air kolam yang sempat masuk, Anton keluarkan dengan batuk yang membuat tenggorokannya menjadi sakit dan panas setelah kepalanya di angkat ke permukaan.
Disaat payahnya menarik nafas, tangan dan kakinya diikat kencang sehingga tidak bisa bergerak. Jalan nafasnya masih terganggu saat ke-4 orang jahat itu melemparkan tubuh lemasnya ke tengah kolam.
Anton dengan kemampuan berenang cepatnya tak bisa berbuat apa-apa untuk dirinya sendiri. Tidak mengapung, tidak juga tenggelam. Tubuh yang mulai kehilangan tenaga itu hanya bisa melayang di dalam kolam yang kini mulai kembali tenang.
🦕🦕🦕
To be continue..
I'm sorry everyone..
KAMU SEDANG MEMBACA
Light Of Life || Anton RIIZE✅
Novela JuvenilKisah Lucio Anthony yang memiliki keterkaitan dengan Romeo & Juliet dalam hidupnya.. *menjauh dari cerita saya jika niat anda buruk!!* p(╬ Ò ‸ Ó)q *DON'T COPY MY HARD WORK!!* ⋌༼ •̀ ⌂ •́ ༽⋋