Chapter 8. Belajar Bersama

1 0 0
                                    

"Jika masa lalu belum selesai dan sudah mencari yang baru. Hati ini tidak akan bisa terlepas dari orang lama. Pikiran dan hati masih terpaut untuk dia, aku belum siap membukanya kembali."

Erwin Alzhyan

⦁┈⦁┈⦁┈⦁┈⦁✾✾✾⦁┈⦁┈⦁┈⦁┈⦁

Tak terasa dua minggu berlalu. Jam menunjukkan pukul tujuh. Erwin bersiap ke kantor lebih awal, ia harus menyiapkan dokumen yang akan digunakan untuk meeting siang nanti. Setelah sebua sudah siap, Erwin melajukan motornya ke kantor. Walau sudah naik jabatan dan punya mobil, Erwin tak akan mengangkat kepala tinggi-tinggi. Semua itu hanya titipan dan bisa kapan pun diambil oleh Sang Pencipta.

Erwin tetaplah Erwin yang rendah hati dan baik. Dia tidak akan menonjolkan diri sebagai atasan, toh perusahaan bukan miliknya. Ia hanya diamanahi untuk mengelola perusahaan tersebut. Suatu saat pasti akan diambil oleh pemiliknya.

Didepan perusahaan, Alen sudah menunggu. Padahal tidak ada janji, tapi dia sudah datang duluan. Erwin suka dengan kinerja Alen yang bagus, disiplin, dan sopan. Jika begini Erwin bisa betah kalau partner kerjanya Alen.

"Pagi Pak," ucap Alen tersenyum hormat.

"Pagi juga Alen, kita ngobrol diruangan Saya saja!" balas Erwin membalas sapaan Alen.

"Baik Pak," Alen mengekor Erwin ke ruangannya.

Diruangan Erwin, mereka mengobrol seputar pekerjaan dan pembahasan yang akan dijadikan bahan meeting nanti. Alen memberikan dokumen dan beberapa laporan yang kemarin dikasih oleh para devisi. Erwin belum sempat mengeceknya, karna dalam beberapa hari ini banyak aktivitas diluar menghadiri rapat.

Sampai waktu meeting datang, Erwin dan Alen pergi ke ruang meeting bersama beberapa staff perusahaan dan partner kerja dari perusahaan lain.

Meeting berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Kerja sama telah terjalin diantara mereka. Pemimpin perusahaan yang menjadi partner bisnis Erwin kali ini sangat suka dengan cara kerja Erwin.

Selesai meeting, Erwin break sebentar. Beberapa menit lagi waktu istirahat. Erwin berkutat dengan laptopnya sambil melihat beberapa dokumen yang diberikan Alen tadi. Setelah dibaca dengan teliti dan dirasa sudah benar, Erwin menandatangani dokumen tersebut.

Saat jam istirahat datang, Erwin tidak keluar ruangan, seperti biasa. Dia akan memesan makanan secara online sambil melihat beberapa postingan yang lewat diberandanya. Erwin membuka akun pribadinya dan membuat postingan disana.

•┈┈┈••ʚɞ••┈┈┈•

"Jadilah yang terbaik dimata Allah. Jadilah yang terburuk dimata diri sendiri. Jadilah yang sederhana diantara manusia."

[ Ali bin Abi Thalib ]

•┈┈┈••ʚɞ••┈┈┈•

Diletakannya kembali ponsel tersebut, lalu terdengar seseorang mengetuk pintu. Erwin berjalan ke arah pintu dan membukanya, ternyata ada Yura yang datang memberikan pesanan Erwin. Padahal tadi Erwin hendak keluar juga, ternyata sudah diantar duluan oleh Yura.

"Ini pesanan Pak Erwin!" kata Yura

"Terima kasih," ucap Erwin sambil menjaga pandangannya agar tidak bersitubruk dengan Yura.

"Iya Pak, sama-sama. Saya permisi dulu," Erwin mengangguk, lantas Yura pergi dari sana.

Dikantin Kantor, Elisa sedang menunggu Yura datang. Mereka tadi memang ingin ke kantin bareng, namun ternyata ada satpam yang memberikan pesanan Erwin untuk diantar ke ruangannya. Saat itu Yura menawarkan diri agar ia saja yang mengantarkan pada Erwin. Satpam itu pun mengiyakan dan menyerahkan paper back coklat tersebut kepada Yura.

MEMBUKA LEMBARAN BARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang