Chapter 3. Sampai Rumah

4 1 0
                                    


••••••••❁★ Story Of The Day ★❁••••••••

Jangan Mencintai Seseorang Terlalu Dalam

Nαbi Muhαmmαd shαlαllαhu αlαihi wαsαllαm berpesαn “cintαilαh kekαsihmu sekedαrnyα kαrenα bisα jαdi suαtu hαri diα αkαn menjαdi sosok yαng kαu benci.”
( H.R Tirmidzi )

Sebαgαimαnα jugα dikαtαkαn :

“ Don't love too deeply, becαusα the depth of your love todαy is the depth of your wound tomorrow ”

“ Jαngαn mencintαi terlalu dαlαm, kαrenα dαlαmnya cintαmu hαri ini αdαlαh dαlαmnyα lukαmu keesokαn nαnti ”

───────ೋღ💠ღೋ───────

Jam makan siang telah tiba, Erwin beristirahat sambil melaksanakan shalat dhuhur. Karyawan yang lain pun ikut shalat dhuhur berjamaah. Erwin lah yang menjadi imam shalat untuk mereka. Sudah biasa kalau Erwin yang diminta menjadi imam. Selesai shalat dhuhur, Erwin kembali ke ruangannya sambil menunggu pesanan makan siang datang. Tadi dia sudah memesan makanan lewat grabfood.

Sambil menunggu, Erwin sempatkan untuk membuka laptopnya. Melihat pekerjaannya yang tadi barangkali ada yang kurang atau salah. Erwin begitu teliti dalam bekerja, dia berusaha agar tidak membuat kesalahan dan mengecewakan atasannya. Lalu Erwin membuka aplikasi media sosial yang dia buat untuk berdakwah dan menshare motivasi. Kebanyakan sekarang, orang lebih suka menatap hanphone dari pada pergi ke majelis ilmu. Dihanphone sudah lengkap berbagai macam vidio dakwah dan aplikasi al-qur'an ada juga.

Sehingga Erwin memanfaatkan hanphone yang ada untuk menyebar dakwah serta memotivasi remaja milenial diluar sana. Dia hanya punya dua akun di aplikasi yang berbeda. Erwin tidak mau punya banyak akun, karna nantinya semua itu akan dihisab.
Jemarinya mengetik sesuatu yang akan dia posting diakunnya.

🌹Jangan Inscure!
Ana teringat perkataan dari Jalaludin rumi:

"Bila kamu ingin mempelajari suatu rahasia, hatimu harus melupakan tentang rasa malu dan martabat. Kamu adalah orang yang dicintai Tuhan, namun kamu mengkhawatirkan apa yang orang katakan."

Ada notif yang masuk dihanphonenya. Ternyata dari orang yang mengantar makanan. Erwin pun keluar dari ruangannya untuk mengambil pesanan.

"Kembaliannya ambil saja pak," ucap Erwin.

"Terima kasih banyak pak, semoga rezekinya lancar selalu."

"Aamiin."

Erwin kembali masuk ke dalam dan berpapasan dengan Fharri yang hendak keruangannya untuk memberikan berkas. Fharri memang teman kerja yang dekat dengan Erwin. Tapi saat dilingkungan kerja Fherri selalu bersikap profesional, dia bisa membedakan mana dunia kerja dan bukan. Mana teman dan atasan. Jabatan Erwin memang lebih tinggi dari Fherri, tapi hal itu tidak membuat Erwin membeda-bedakan dalam berteman. Bahkan dia bersikap seolah dirinha juga karyawan seperti mereka.

Langkahnya terhenti saat Fharri memanggilnya. "Permisi pak, saya bawa berkas yang anda minta tadi. Saya letakkan dimeja anda?" tanya Fharri.

"Saya bawa sekalian saja Fharri, mana berkasnya?" pinta Erwin.

"Ini pak, kalau begitu saya permisi," ucap Fherri.

"Silahkan Fherri, terima kasih," balas Erwin tak lupa selalu mengucapkan terima kasih. Apa susahnya menghargai tindakan orang, tapi zaman sekarang kata terima kasih dan maaf seolah sulit diucapkan.

MEMBUKA LEMBARAN BARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang