tujuh : permata hati II

24 19 0
                                    

halo semuanyaaaa.

selamat membaca...

.

.

.

.

.

...


Bekasi tujuh tahun lalu.

stasiun padat dengan para penumpang di hari libur yang menjadi hal yang wajar bagi masyarakat jabodetabek. melihat keramaian yang entah sampai malam pun masih terus berlanjut, KRL yang ditunggu dua remaja itu belum datang namun, menunggu tidak begitu jenuh rasanya.

angin mulai berhembus sesekali memberikan hawa udara panas daerah bekasi yang hanya mengandung sekian persen rasa sejuk, namun lagi-lagi kesejukkan seakan berpihak pada kedua remaja yang tengah berbincang di sisi peron dengan dunia mereka. 

"ka, kaka pernah bilang belum pernah ke GNI ya?" tanya silvia di selang pembicaraan.

"hmmm, iyya. sempet ada pengen ke sana cuma udah keburu lelah di kotu" ucap razka sembari menjaga intonasi berbicaranya senormal mugkin.

'kenapa gua gugup bangat siiiii' batin razka mencoba berkordinasi dengan dirinya.

"owhhh ke kota tua, bisa tuh kayanya kita abis dari GNI ke sana, kaka mau ga?" tanya silvia, permintaan silvia terasa seperti sebuah peluang yang sebenarnya tak perlu jawaban bila ia bisa membaca gelagat tubuh razka saat mendengarnya. 

mata razka membulat seakan tak percaya bahwa ia akan menghabiskan sehari penuh dengan silvia, wanita berparas manis dengan senyumnya bak barisan mutiara yang tersusun rapi serta taburan kilauan bintang pada bola matanya yang beberapa kali menyihir razka.

obrolan mereka berlanjut dengan hangat sampai kereta dengan dua sisi mesin kendali itu berhenti tepat dihadapan mereka, beberapa orang keluar dan beberapa yang lainnya masuk. seperti roda kehidupan yang begitu teratur. ada seseorang yang menunggu sebuah kesempatan lalu meraihnya, ada pula orang yang harus istirahat dari perjalanannya menempuh pencarian kesempatan itu. dan kali ini adalah kesempatan razka memenuhi harinya bersama sang permata hati.

bangku kereta keberangkatan dari bekasi terlihat lebih sepi dari pada perjalanan seterusnya, razka dan silvia mendapat bangku yang kosong, mereka tidak bersebelahan malainkan berhadapan karena kondisi bangku yang tersedia, silvia seperti penumpang konvensional mengeluarkan handphone-nya untuk mengisi waktu sepanjang perjalanan. razka dengan handphone di tangannya sedang bingung, apa yang harus ia lakukan. tidak ada kontak yang ingin ia hubungi atau kabari, tidak ada kabar yang sedang ia tunggu dan sedangkan bidadarinya sedang duduk dihadapannya.

'sopan gasih kalo foto silvia?, hmmm ga deh gausah' batin razka tengah saling berdebat tentang mengabadikan moment itu namun, hatinya mencoba melarang itu.

...

jakarta dengan panasnya menyediakan pemandangan ibu kota yang begitu sibuk bahkan di akhir pekan. angkutan umum serta banyak kendaraan berlalu-lalang. stasiun juanda tujuan akhir razka dengan silvia di pukul 10:00.

"kaka ga capek?" tanya silvia dengan lembut.

"ga ko, ya, lumayan sih" jawab razka yang baru saja sampai setelah berdiri sepanjang perjalanan lantaran masuk penumpang prioritas sehingga razka memberikan bangkunya kepada penumpang prioritas itu sepanjang perjalanan. namun, jika diperhatikan baik-baik silvia cukup terpukau dengan kepekaan razka pada lingkungan sekitarnya.

AKU MENERTAWAKAN LUKAMU? || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang