4

159 22 48
                                    

a/n: terjemahan boso jowo ada di komentar:)

.

.

.

buat jaka, bukannya dia nurut cuma-cuma. tapi emang cuma itu yang dia tahu selama ini. pokoknya nurut sama apa yang Romo bilang, asal jaka nurut sama romo, jaka dibebasin. bebas mau main sama siapapun, bebas mau nyoba apapun, dikasih kuasa buat ngapain aja, terserah pokoknya.

dibandingkan sama mas bayu yang harus begini-begitu, jaka jelas dapat enaknya.

jaka selalu dapat enaknya. dimanjain oleh kerabatnya, jadi kesayangan juga oleh semua yang mengabdi di keluarganya, cucu favorit kakeknya dengan hanya dia yang punya badan sehat dan kuat.

tapi bukan berarti dia suka-suka aja begitu. ga banyak yang tahu, tapi dengan dia dibebasin begitu dia malah merasa tak berakar, seperti rumput liar yang gampang dicabut begitu saja.

menuruti romo satu-satunya akar tunggal yang menjaganya tetap tegak.

...

sewaktu biyungnya bilang kalau biyungnya mau melihat jaka bersanding di pelaminan, jaka mau tidak mau menuruti. tapi kali ini bukan cuma instingnya yang langsung mau untuk langsung nurutin kemauan biyungnya itu. karena itu berarti menjadi cucunya kakung yang dijodohkan dengan sahabat karib kakung sejak dahulu, menjadi pengganti mas bayu.

Karena jaka tahu, apa yang mas bayu alami selama ini dan akhirnya kenapa mas bayu merasa perlu buat ngelakuin apa yang akhirnya dia lakuin ini.

Mas bayu diutus buat nemuin jodohnya di kota supaya bisa saling kenal dan siapa tahu saling sayang, tapi yang orang-orang rumah nda tahu, malah mas bayu kawin lari sama perawatnya.

Mas bayu udah ngelakuin hal yang bener-bener salah, tapi jaka nda nyalahin mas bayu. Mas bayu berhak ngelakuin itu. Meskipun akhirnya jaka yang jadi ikut kena getahnya. Dan jaka bisa aja sekali ini ga nurut, ngebangkang romo sama biyung yang berniat buat rampas kebebasan jaka sebagai pengganti mas bayu.

Tapi jaka juga tahu, dibalik permintaan sederhana biyung itu, tersimpan kemauan kuat untuk menyelesaikan kewajiban. Kewajiban yang sebenarnya hanya pemaksaan diri, yang jadi menggerogoti kesadaran biyung.

Jaka penurut, bukan karena dia yang apa-apa dituruti oleh romo dan biyungnya, tapi dia menurut sebagai bentuk kewajibannya berbakti pada romo dan biyung.

“orangnya emang kaya gimana to mas? Jelek po? Kok sampe mas ga mau?” suatu hari jaka bertanya, dengan nada yang jelas mengajak bercanda tentu setelah bayu pulang membawa pengantinnya.

Badai sudah mereda, orang-orang rumah sudah berdamai dengan kenyataan karena bagaimanapun juga yang terjadi sudah terjadi, permanen dan tidak bisa dipulihkan. lagipula kesepakatan baru sudah langsung tergagas.

Mas Bayu balik lagi menyendiri di paviliun belakang, tempat favoritnya karena teduh di bawah pohon mundu. Cuma ditemani sama burung-burung kenari peliharaannya yang girang dan selalu bernyanyi kalau ada mas bayu. Jaka tahu mas bayu menyendiri karena tidak mau bertemu sama jaka, orang yang nantinya gantian akan menanggung tanggungjawabnya.

Dan kalau mas bayu kaget jaka yang kesannya santai banget begitu, mas bayu pinter banget nutupinnya.

“kamu ki.. nda usah khawatir soal itu.."  dia bilang, nyamain nada playfulnya jaka. “soal muka ga ada yang nyaingin..”


“woh, tenan iki mas?” jaka berharap kalimatnya itu tidak dianggap sarkastik sama masnya itu.

"wes percoyo o to. wuayu temenan, suk yen ketemu rak mikir, 'iki mas bayu goblok po ya, koyo ngene kok ra gelem'.."

Setelah Janur MelengkungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang