56

160 19 67
                                    

Janur56
Maaf updatenya lama :(( i don’t have any excuse.. :\
Anyways, aku tahu ini bakalan annoying tapi komen yang banyak ya biar jadi semangat. Kaya apa favorit kalian dari episode sebelumnya, misalnya..

.

.

.

.

Gamelan di joglo kadipaten selalu dibunyikan setiap sore, entah untuk latihan menari atau latihan menembang jawa atau memang latihan bermain gamelan.

Kinar ga tahu jadwalnya latihan nembang hari apa soalnya adi dia tanyain juga jawab ga tahu. Makanya kinar cuman asal dateng aja sore-sore ga ngarep apa-apa selain bisa denger bunyi suara gamelan.

Dia juga ga ngarepin biyung nemenin dia karena walaupun biyung sudah selesai kerjaannya, biyung pasti lebih memilih untuk pulang beristirahat.

Tapi ternyata pemikiran kinar salah.

Dari tempatnya duduk dan ngeteh, kinar bisa lihat biyung yang berdiri menggendong cucunya dengan kain jarik warna merah, sedikit berayun-ayun seolah menirukan alunan daun beringin putih di depan joglo yang teriup sepoin angin di sore hari. Kinar bisa menangkap sesekali bibir biyung yang melafalkan pelan lagu jawa

Pemandangan itu idilik banget buat kinar dan satu hal yang langsung terlintas di kepala kinar, “maybe emang dia harusnya tinggalkan saja kehidupannya di kota dan stay di sini.”

Lalu bagaimana dengan kuliahnya? bagaimana dengan apartemennya? Bagaimana dengan papa dan mamanya?

Kinar hela nafasnya berat, pikirannya kembali berkecamuk dan dia benci itu tentang dirinya.

“..kenapa..?”

Tanpa sepengetahuan kinar, sepertinya adi tertarik perhatiannya karena hembusan nafasnya itu. Matanya memang sudah kembali menatap serius layar macbooknya, tapi nada lembut dari pertanyaan yang adi lemparkan tadi masih terngiang di telinga kinar.

Kinar tahu dan dia percaya kalau suara lembut adi juga diturunkan oleh biyungnya.

“adi, caranya nembung, minta ke biyung buat nyanyiin dedek juga gimana..?”

Denger pertanyaan kinar itu adi full perhatiin kinar. Dia noleh bentar ke arah biyung dan paham kalo biyung memang sedang bernyanyi untuk mas mada, makanya kinar pake embel-embel ‘juga’

Dia ga nyangka kinar beneran mau lakuin sarannya buat dedek bayi mereka mendengarkan suara biyung. Kirain kinar nyusulin dia ke joglo karena kangen.

Karena memang adi lagi sibuk ngurusin proyeknya romo, makanya dia udah dari pagi ke joglo sekalian meeting juga sama romo.  Kerjaannya belum selesai, makanya pas kinar nyariin dia, bawain teh sepoci dengan gula batu, adi cuma pindah tempat dari kantornya romo ke halaman depan wisma tapi tetep bawa-bawa laptopnya.

Adi ikut melihat biyungnya, kali ini sudah ditemani oleh romo yang baru kembali dari kantor. Romo terlihat tersenyum sambil mengelus rambut hitam tebal mada dan akhirnya juga membuat biyung ikut tersenyum.

Senyum kecil langsung terulas di bibir tipis suaminya itu, dan kinar lagi-lagi dibuat endeared.

Tahu di moment itu kinar yakin dia merasakan apa yang adi rasakan. Semua resah dan semua takut tertutup oleh satu imaji, kelak saat jabang mereka yang berada di posisi yang sama, merasakan kasih dan sayang yang tulus dari eyang-eyangnya.

Adi tiba-tiba bangun setelah dia minum tehnya dan mulai berjalan menghampiri kedua orang tuanya itu.

“mau kemana?” tanya kinar, apalagi lihat adi yang senyum-senyum.

Setelah Janur MelengkungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang