31

191 21 40
                                    

.

.

.

.

.

.

a/n: please ini serius, setengah episode ini
(⁠ ͡⁠°⁠ ͜⁠ʖ⁠ ͡⁠°⁠)
beneran 🔞
lebih dari biasanya tapi ga eksplisit.
viewers discretion ya, kalo ga comfortable skip juga gpp. tapi jangan full skip semuanya, ga full implisit kok episode ini, di akhir-akhir masih ada plot(di bagian awal juga ada plot sih, tapi  eniwey-)

.

.

.

.

.

Sesuatu tentang cara natap adi ke kinar setelah mamanya pergi rada bikin merinding kinar.

Mungkin karena kinar yang emang belum sepenuhnya imun sama suaminya itu.

Adi dengan segala keadidayaannya, menatap kinar dengan penuh kelembutan. Senyuman manisnya yang menghiasi wajah tampan dengan permata manik yang berkilauan, seolah kinar lah sang sumber cahaya yang memantulkan binar di mata adi.

“aku ndak kecewa kok. Cara pikirku masih sama, kita ndak perlu terburu-buru..” ujarnya, kerutin hidungnya karena gemas dengan mata kinar yang menatapnya tidak tentu.

“yok siap-siap yok?” adi bilang setelah dia elus pipinya kinar. Dia kembali ngasih tatapan yang sulit banget kinar cerna karena bibir tipisnya bergerak-gerak seolah dia pengen ngelakuin sesuatu. Atau mengatakan sesuatu.

Serius kinar sendiri makin kesulitan baca raut wajah adi karena jantunganya yang udah deg-degan tiba-tiba kaya berhenti bentar saat matanya turun dari mata adi ke bibirnya.

Kinar cuma bisa nelen ludah, respon anggukan dari ajakan adi pun dia kasih asal, head udah empty soalnya.

Lihat itu Adi mau ninggalin kinar buat dia duluan yang masuk kamar mandi, tapi terus kinar tarik lagi tangannya adi yang udah lepasin pipinya. “tungguin.”

.

“nanti nek udah ditungguin papa gimana?” adi nanya padahal dianya sendiri ga mau lepasin pegangan tangannya di bawah paha kinar, satu tangannya ada di sebelah kepala kinar,nyari sandaran yang lebih solid

“yaudah ayo buruan mentas,” kinar bilang, dianya yang malah makin bikin adi nempel. Bikin badan keker suaminya itu mengapit badannya ke ubin dinding kamar mandi.

.

Adi usap-usapin handuk kecilnya ke rambutnya, nafasnya masih belum normal tapi kayanya dia makin kesulitan buat nenangin diri, apalagi lihatin kinar yang, sama dengannya nafasnya masih rada berat, terduduk duduk di meja riasnya, mata terpejam dan dada yang berusaha keras dia atur nafasnya. Ga sadar kalo handuk kimononya tersingkap dari satu pahanya.

Kinar menengadahkan kepalanya, alisnya sedikit terpaut saat tangannya ke belakang buat dia bersandar. Bikin adi terkekeh, senyuman miringnya makin terlihat congkak karena tahu istrinya itu masih berusaha keras buat turun dari puncaknya.

Harus adi akui, mereka bisa sangat intens. Dia sendiri masih berusaha buat ngumpulin daya buat kakinya bisa jalan normal lagi.

.

Kinar kaya udah bisa tenangin dirinya, hembusin nafas pelan dan bisa buka matanya. Dia nemuin adi yang masih aja natap dia pake tatapan berbahayanya.

Kinar ngerasa badannya panas lagi, dia lihatin adi dan kontras di kulitnya dengan tatonya. Gimana ada satu bulir air yang netes dari rambut di keningnya, tetesannya mendarat di otot dadanya, bergerak saat adi mulai memakai kaos singlet putihnya.

Setelah Janur MelengkungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang