15

147 22 42
                                    

CONTENT WARNING: bimbingan orang tua. implisit. 17+. karena cerita ini kan nyeritain hubungan suami istri ya, jadi ada part yang pas mereka berduaan (⁠ ͡⁠°⁠ ͜⁠ʖ⁠ ͡⁠°⁠)
just for the plot, tapi kalo tetep ga nyaman bacanya malam aja 😁

.

.

.

.

Kinar kebangun sebelum fajar. Pasti ga sengaja ketiduran sehabis nonton film, soalnya tivinya masih nyala.

Dia ingat kalo adi pulang, akhirnya. dia juga ingat kalo dia dimasakin indomie goreng dan makan bareng sama adi, hangat banget rasanya bisa nikmatin sesuatu sesimple mie instan bareng gitu. Makan berdua tapi kenyang dan puas rasanya. Makanya dia heran kenapa dia kebangun, padahal ini juga dia ngerasa nyaman banget tidurnya, anget pula. Walaupun dia tidur di sofa dan selimut bulunya masih nutupin badannya sampai bawah dagu.

Kinar ngerasa jawabannya pasti ada hubungannya sama hembusan nafas teratur ke alisnya. Dia buka matanya dan dongak buat nemuin wajahnya adi yang pulas. Mulut sedikit terbuka nandain nyenyaknya dia tidur, padahal kinar pake badannya buat dijadiin kasur. Kinar juga sadar tangan kanan adi yang meluk dia, jagain biar ga terguling jatuh dari sofa, pake badannya kinar buat dijadiin guling kayanya.

Damn, adi kalo flexing lowkey aja langsung efektif banget.

Kinar perhatiin baik-baik wajahnya adi.  Wajah tenang ini, wajah yang terpahat begitu delicately, that jawline, that sharp cheekbones. bibirnya rada tipis bikin dua gigi serinya keliatan ujungnya, sesuatu tentang bibir tipis merah jambu itu bikin kinar penasaran apakah akan terasa lembut.

Apakah akan selembut dan sehangat perasaan yang dirasakan oleh kinar tiap dia menangkap tatapan hangat dari suaminya?

Ini suaminya. Sebuah realisasi yang tidak lagi membuatnya ketakutan atau gamang. Justru kinar merasa sesuatu yang lain, yang baru, yang membisikinya untuk meminta.

Kinar tahu sebagian besar ketertarikannya dimulai dari tampilan fisik cowok di bawahnya ini, tapi berdua bersamanya, mulai dari pelaminan lalu menghabiskan waktu bersama, merasakan perhatian suami barunya, kinar tidak munafik. Dia mulai menginginkan yang lebih dari Adi.

Tangannya keluar dari selimut untuk membelai pipi adi, “Adi,” panggilnya.

Perlu sampai kinar harus bermain dengan bulu mata lentik milik adi sampai adi memberikan respon, “adi,” bisik kinar lagi, wajah mendekat, begitu dekat sampai kinar yakin hembusan nafasnya langsung masuk ke bibir adi.

“hn..?” respon adi singkat, wajahnya mulai terlihat bergerak-gerak, dan bibirnya tertutup. Ujung bibirnya turun meskipun dia mecucu, tandanya dia tidak terima tidurnya diganggu.

Jadi begitu dekat, kinar rasa atom dari bibirnya sudah mulai ditarik oleh susunan atom milik bibir adi.

“adi,” bisiknya lagi, kali ini berhasil membuat satu mata terbuka, “hh?”

“pindah kamar? Mau?” tangan kinar meraup sisi kanan wajah adi, membuat adi akhirnya lebih awas lagi. Matanya terlihat menyatu di tengah, membuat kinar tersenyum gemas, kinar ikut mengerutkan hidungnya. “yuk..?”

Butuh beberapa detik, tapi sepertinya adi mulai mengerti kalimat ajakan kinar. Apalagi kaki kinar yang mulai gelisah dibawah selimut. “kalo mau pindah, pindah aja kinar..” ucapnya, masih terlalu grogi untuk sadar ada maksud lain dari kinar, walaupun matanya tidak berhenti untuk turun dari mata kinar pindah ke bibir kinar. Mereka terlalu dekat. Adi bisa merasakan tiap hembusan nafas kinar.

Setelah Janur MelengkungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang