Sudah 3 hari lamanya Yue dan Jia dirawat di rumah sakit akibat cidera yang dialami keduanya lumayan parah, sepanjang hari menatap ruangan putih itu sambil berbaring. membosankan bukan?
"Hei Jia, apa kau merasa bosan?"
Yue mengalihkan pandangannya kepada JiaJia menoleh
"..Tentu saja, kenapa kau masih bertanya? Ini semua juga salahmu"Yue mengerutkan keningnya, merasa kesal
"Aku lagi?...Jika kau tidak membalas pukulan ku ini semua juga tidak akan terjadi!""APA?! Kau yang memukulku duluan tapi kau masih menyalahkan aku?!"
Ketus jiaYue mendengus kesal, sebagai yang tertua terpaksa ia harus mengalah agar masalah ini tidak semakin memanjang.
"Iyadeh...aku yang salah"
Mereka terdiam untuk beberapa saat. perasaan kesal perlahan menghilang, kepala Jia kembali mendingin setelah ia menghela nafas panjang, perutnya yang kosong karena belum terisi sedari pagi menghasilkan bunyi yang memecah keheningan di antara mereka berdua.
Kruyukkk
"......"
"Aku ingin maeuntang.."
Keluh jia*Maeuntang: (sup ikan pedas dari Korea)*
"Mana ada yang jual begitu disini"
"Tunggu sampai kita bisa pulang, aku akan masak-kan untukmu"Mata Jia berbinar mendengar ucapan Yue, ternyata teman sekaligus rivalnya ini punya rasa kepekaan yang sangat kuat.
"Tunggu- Memangnya kau bisa masak?"
Tanya Jia dengan nada sedikit mengejekYue menaikkan sebelah alisnya
"Kau meragukan ku? Aku sudah mahir memasak sejak aku masih remaja""Benarkah?"
"Tentu saja"
Jia menyipitkan matanya
"Bagaimana bisa? Diumur segini saja aku masih takut dengan minyak"Yue terkekeh
"Aku sudah berpengalaman..dulu saat masih kecil aku yang selalu memasak untuk keluargaku"
Ucap Yue"Kenapa? Ibumu masih ada kan?"
Tanya JiaYue menghela nafas
"Aku juga bingung, semenjak adikku lahir sikap ibu dan ayah mulai berubah, seperti...aku bukan siapa-siapanya lagi bagi mereka"Flashback
Di China, tepatnya di kota Beijing hidup sebuah keluarga kelas menengah pemilik Toko obat-obatan yang terkenal di Beijing pada saat itu.
Disinilah Sheng Yue, gadis kecil berumur belasan tahun yang terkenal dengan kecerdasannya. Sebagai seorang anak, Yue memiliki hak untuk mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Tapi, Yue selalu diperlakukan berbeda dari kedua adiknya, ia diperlakukan selayaknya pembantu dan selalu mendapatkan kekerasan.
"Go xǐ fā cái! Hong Bao na lai?"
Ucap kedua adik Yue secara bersamaanIbu Yue terkekeh
"Ahahaha..ini angpao untuk Xinyi, dan Xiaoyi"
Ia memberikan dua buah amplop merah kepada masing masing anaknya"Terimakasih!"
Ibu Yue membalasnya dengan senyuman, ekspresinya seketika berubah saat berbicara kepada putri tertuanya
"Yue! Cepat siapkan makanan!""Baik.."
Yue mendengus kesal
"Kenapa harus aku....aku juga mau amplop itu tau ಥ‿ಥ"
Gumam yue sambil mengelap mejaPov Yue:
Hari raya Imlek, seharusnya itu menjadi hari yang paling bahagia, namun...tidak bagiku.Sial. Sebenarnya aku sudah muak melayani mereka, tapi..mau bagaimana lagi? Yah, kuakui semua ini kulakukan karena terpaksa.
Padahal aku kan juga anak kandung mereka, kenapa mereka memperlakukan ku selayaknya Anak pungut? Menyebalkan.
Flashback end
..
"Ethan..aku ga nyangka.."
Mata Ethan melebar
"AKU GA SENGAJA!!"
Ethan segera berdiri dari atas radevan yang membeku dengan raut wajah panikEthan meraih bahu Stefan- mendorong tubuhnya dan menempelkannya di tembok
Ethan menatap mata Stefan dengan intens
"Tolong jangan salah paham, ini semua juga ulah radevan!"
Ujarnya panikStefan menepis tangan Ethan
"Iya aku tahu...kau ini berlebihan"
"Oh ya, kemarin kau kan yang meminjam charger ku?Kembalikan sekarang"Ethan mengedipkan matanya, berusaha mengingat kembali dimana ia menaruh charger milik Stefan
"Ntahlah. awalnya aku taruh di kasur, tadi pagi sudah tidak ada"Stefan membulatkan matanya
"Apaa?!"
"Ah sial, baterai ponselku tinggal 2%...""Mungkin diambil Aiden"
Mendengar dirinya difitnah, Aiden mengerutkan keningnya sambil berjalan mendekati Ethan
"Hei! Sejak semalam aku terus berada di kamarnya radevan! Mana mungkin aku mengambilnya"
"Bukannya kau sendiri yang meminjamnya?!""Haaa? Aku semalam tidak ada di rumah,kau tidak lihat kantung mataku ini ಠ_ಠ?"
Ujar Ethan sambil menunjuk kantung matanya yang sedikit menghitam🐼Aiden merasa kesal, ia tidak mau kalah dalam debat ini yang jelas-jelas ia tidak bersalah
"Lalu siapa lagi??Siapa yang bisa masuk ke dalam kamarmu yang pintunya bersandi itu??""....."
"Apa kau sebenarnya menyembunyikan seorang wanita di dalam kamarmu? playboy?~"
Aiden berusaha memojokkan EthanEthan menarik kerah baju yang sedang dikenakan aiden
"Hei! Yang playboy itu radevan!"
Ketus Ethan tak terima dirinya dikatai playboy
"Aku mengunci kamarku karena ada benda berharga disana, kau pasti sudah mencurinya jika aku tidak menguncinya""Oh? Masa' charger nya bisa teleportasi?? Kau pasti menyembunyikannya!"
Bentak Aiden terus menyalahkan ethan"Hei? Yang kehilangan aku, kenapa kalian yang bertengkar?"
"Jika kalian berdua tidak membawanya, lalu...siapa?"
Ujar StefanMereka bertiga menoleh ke arah seseorang yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Oh iya, aku yang mengambilnya"
Sahut Raphael dengan santai, pandangannya tak lepas dari ponselnya"APAA?!"
"Kenapa kau tidak bilang dari tadi?!"
Raphael tertawa
"Pffttt..seru lihat orang berantem"Ethan mengepalkan tangannya, menghampiri Raphael
"Oh~ seru ya?"
Ia menyeringai lebarMata Stefan menyipit melihat Ethan yang seakan-akan hendak menerkam manusia di depannya
"Ayo pergi Aiden, sepertinya tempat ini akan menjadi arena tinju"
Bisik StefanAiden mengangguk
"Sepertinya begitu"Dua orang itu beranjak pergi dari Tempat dimana mereka berdiri sebelumnya, 'Bisa bahaya kalau ada didekat monster itu saat dia marah'-stefan
Raphael mendongak ke atas menghadap Ethan yang berdiri didepannya
"Hei,Tunggu...kau mau ngapain?"Buak..
Buak..
Bugh..
Braaakk.."Kan? Apa kubilang
Ujar Stefan sambil berjalan membelakangi dua sejoli yang sedang baku hantam tersebut"Oh iya, ngomong-ngomong bagaimana caranya El bisa masuk ke kamarnya Ethan?"
Tanya Aiden"Ntahlah.."
Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴡʜᴏ ɪꜱ ᴛʜᴇ ʀᴇᴀʟ ᴠɪʟʟᴀɪɴ?
Aléatoire☯-설명-。*゚+ Siapa dalang yang sebenarnya? ⚠️WARN⚠️ •Mengandung unsur kekerasan •terdapat kata-kata kasar •kata non baku