Di sebuah kota kecil di Jepang yang dikelilingi oleh hamparan laut biru yang berkilau, sosok seorang perempuan cantik terlihat berdiri di pinggir dermaga, melamun jauh.
Matanya yang dalam dan penuh emosi menatap lepas ke arah cakrawala, seolah mencari jawaban dari kehidupan yang seakan terputus di tengah jalan.
Perempuan bernama Yunia ini mengenakan baju santai yang nyaman; sebuah kaos putih sederhana dan rok pendek yang bergetar lembut tertiup angin pantai.
Ia terlihat anggun meski aura kesedihan menyelimuti wajahnya.
"Hah," sebuah hembusan napas panjang yang penuh beban keluar dari bibirnya, mencerminkan ketidakberdayaannya.
Tatapannya kosong, sementara pikirannya bergelut dengan kenyataan pahit yang harus ia hadapi.
Di usianya yang masih muda, Yunia kini berada dalam pertarungan melawan kanker yang perlahan merenggut vitalitasnya.
"Apa, akhiri hidupku akan berakhir karena penyakit ini?" tanyanya pada diri sendiri, suara hati yang penuh keraguan dan keputusasaan.
Saat lamunan itu menguasainya, perhatian Yunia tiba-tiba tertuju pada sesuatu yang tidak biasa di laut.
Seorang sosok tampak tenggelam, berjuang untuk tetap di permukaan, namun tampaknya sudah kehabisan tenaga.
"Apa itu manusia?" gumamnya, seraya berusaha memfokuskan pandangan. Desir cemas melanda hatinya.
Deg.
Detak jantungnya terasa semakin kencang saat matanya bertemu dengan mata orang yang tenggelam tersebut.
Dalam sekejap, hatinya bergetar; ia tahu itu adalah manusia, bukan ilusi. Tanpa berpikir panjang, impulsif ia mengeluarkan desahan "Aiss," sambil melepaskan sandal yang dikenakannya, merasakan panggilan untuk membantu.
Dengan secepat mungkin, Yunia melompat ke dalam laut, satu keputusan yang murni didorong oleh insting untuk menolong.
Namun, secepat itu pula, kenyataan pahit menghantamnya; ia bukanlah perenang ulung.
"Ini akhir hidupku? Ah, sial sekali!" gerutunya dalam hati.
Ketakutan dan kepasrahan menyatu dalam pikirannya. "Selamat tinggal dunia, setidaknya aku tak mati karena penyakit tersebut," bisiknya, dengan mata yang perlahan mulai tertutup karena keletihan.
Namun di sisi lain, di sebuah negara yang jauh, perempuan lain terbangun di sebuah rumah sakit mewah.
"Akkh!" ia terengah, merasakan sakit yang menusuk di kepalanya.
Ketika matanya terbuka, keindahan yang tak tertandingi terpancar dari iris berwarna perak yang menakjubkan.
Rambut panjang dan bergelombangnya berkilau bak cahaya bulan, menciptakan irama yang kontras dengan kekalutan yang ada di dalam dirinya.
"Aku masih hidup?" tanyanya, entah kepada siapa, seolah alam semesta menjadi saksi dari kebangkitan yang misterius ini.
Perempuan ini adalah Avira, seorang idol terkenal dari Indonesia yang bercita-cita tinggi. Namun, di dalam dirinya, jiwa yang menghuni bukanlah jiwanya sendiri, melainkan jiwa Yunia-perempuan yang berkorban dalam usaha menolong orang lain, tetapi pada akhirnya terjebak dalam takdir kelamnya sendiri.
Yunia, yang kini terperangkap dalam tubuh Avira, melirik sekeliling dengan tatapan bingung. "Rumah sakit? Sepertinya aku diselamatkan seseorang," gumamnya, tanpa menyadari perubahan drastis yang terjadi pada dirinya.
Dengan susah payah, Yunia berusaha untuk duduk dari tempat tidur, tubuhnya terasa lemas dan tak berdaya. Namun hasrat untuk menemukan kamar mandi tak dapat dibendung.
Setibanya di dalam kamar mandi, ia melangkah maju, namun langkahnya terhenti dengan pandangan yang menyayat hati ketika menyaksikan sosok di cermin.
"Itu siapa?" jeritnya histeris saat melihat wajah cantik dengan mata dan rambut berwarna perak yang anggun.
"A, aku itu," ungkapnya dengan kepanikan yang semakin menggunung.
Ketakutan melanda saat ia menyadari wajah yang ia lihat adalah milik Avira
. "AKKH!" teriaknya panik, merasakan sakit yang menyengat di kepalanya.
Dalam sekejap, ingatan-ingatan asing menyerbu pikirannya-potongan-potongan memori yang bukan miliknya, bertubrukan hebat dengan ingatannya sendiri.
Darah mulai mengalir dari hidung Yunia, menambah kepanikan yang ada. "Aku adalah Avira," bisiknya terkejut, seolah menerimakan kebenaran yang tak terelakkan.
Setiap orang yang mengenal Avira sudah tahu, ia adalah idol muda berbakat yang memukau dengan suara dan penampilan.
Namun, di balik pesonanya tersimpan ketidakpastian, potensi yang belum sepenuhnya tergali.
Kini, dengan ingatan dan jiwa Yunia mendominasi, hidup Avira terguncang dalam cara yang tak terbayangkan sebelumnya.
Dengan ingatan yang terus bertubrukan dan darah yang masih mengalir, Yunia kehilangan kesadaran, terjatuh ke dalam kegelapan. Tak ada yang tahu, sebuah perjalanan baru telah dimulai, menghubungkan dua jiwa yang berbeda namun saling membutuhkan.
Author:gila revisinya 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
pemalas jadi idola (Sudah Revisi)
Short StoryBaca aja langsung lagi masa revisi