Aku terbangun saat aku mendengar suara dering ponsel milikku. Kusambar benda yang bergetar secara bar-bar itu dengan malas. Ada panggilan tak terjawab dari Yuta dan beberapa pesan yang belum kubuka. Salah satunya dari Rose, teman sekolahku di Jepang. Aku mengucek mataku, kepalaku sedikit pening. Hal terakhir yang kuingat, aku tertidur di dalam mobil baru pemberian Appa saat Johny mengajakku berkendara. Tapi...kenapa aku bisa ada di tempat tidur?!
"Oh, kau sudah bangun, Lis?"
Aku tersentak. Secepat kilat aku menoleh ke arah sumber suara. Tampaklah sesosok laki-laki familiar yang sedang memunggungiku di depan meja rias. Ia hanya mengenakan selembar handuk putih yang melilit di pinggangnya hingga lutut. Sehingga, tereksposlah punggung kekar dengan lukisan tato di bagian lengannya yang berotot sempurna.
Pria itu menoleh ke arahku seraya bertanya. "Kenapa?"
Sontak aku menjerit keras seraya memejamkan mataku. Namun, pria itu langsung menerjangku hingga aku jatuh telentang. Ia menindihku seraya membungkam mulutku dengan tangannya yang besar.
BRAKK
"ADA AP-Astaga!"
Aku membuka mataku dengan cepat, pandanganku langsung bersirobok dengan sepasang mata tajam Johny yang ada di atasku. Lalu, aku berpaling ke arah pintu kamar dimana Appa berdiri bingung seraya berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Astaga, Johny. Setidaknya kau kunci dulu pintu kamarmu. Bagaimana jika yang masuk kemari bukan aku tapi Taeil atau Jennie?!" Ucap Appa pelan.
"Ahh, maaf Appa. Bisa tolong kau tutup pintunya. Aku harus-"
"Ya ya ya baiklah. Kau lanjutkan saja. Maafkan Appa ya, Lalisa sayang. Dan kau, Johny. Jangan sampai kau terlalu memaksakan Lisa." Sahut Appa sebelum keluar.
Begitu Appa keluar dari kamar, aku menepis tangan Johny yang masih sempurna menutup mulutku. "Minggir." Desisku pelan.
Johny tersenyum miring. "Kenapa? Kau tidak suka berada di bawah, ya?"
Aku mendelik horor. "Aku akan senang jika yang ada diatasku adalah kekasihku."
"Oh, tapi aku suamimu, Lis. Bukan kekasih malah." Sahut Johny.
"Kau kakakku, Johny. Dan, tidak akan pernah menjadi suamiku. Pernikahan kita itu salah." Kataku pelan seraya berpaling. Menyembunyikan air mata yang mulai memenuhi pelupuk mataku.
Johny terdiam. Ia masih menatapku dengan raut yang sulit kutebak. Dia tidak marah, tidak pula sedih atau tertawa. Johny hanya diam. Tapi, justru dengan diamnya Johny membuatku semakin tersiksa. Oh, aku benci berada dalam situasi ini.
"Kita tidak memiliki hubungan darah, Lisa. Dimana salahnya?" Tanya Johny pelan. Pandangannya yang tajam menusuk langsung ke dalam mataku.
Aku kembali berpaling ke samping untuk menghindari tatapan Johny yang membuat jantungku berisik. Tiba-tiba saja aku teringat pada sodok gadis berambut merah yang fotonya terpajang di kantor Johny. "Aku tidak mencintaimu, Johny. Dan aku yakin, kau juga tidak mencintaiku."
"Begitu, bagaimana jika keyakinanmu itu salah hmm?" Bisik Johny di dekat telingaku.
"Hah?" Sontak aku kembali menatap Johny hingga tanpa sengaja pipiku membentur hidung Johny yang mancung. Membuatku malu.
Johny menghela nafas panjang. Ia bangkit, mengambil selembar kaos dan celana pendek dari dalam almari kemudian memakainya begitu saja di depanku. "Mandi sana. Appa pasti sudah menunggu kita di bawah. Lagipula, tadi kau tidur lelap sekali sampai kau melewatkan makan siangmu."
Aku terdiam. Lalu, bangkit bermaksud hendak keluar, tapi Johny menahanku. "Aku akan mandi di kamarku."
"Di sini saja. Barang-barangmu ada disini. Bajumu ada di almari sebelahku." Kata Johny pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAUGHTY (Lalisa X NCT Fanfic)
Fanfiction18+ bijaklah dalam memilih bacaan ya, dear🙃 Penuh adegan yang mengundang tawa, bawang, baper, dan....entahlah kadang typo jg. Mimin lg mode gila soalnya wkwkwk! Terjebak pernikahan tanpa cinta yang Appa angkatnya rencanakan, Lalisa Manoban melakuka...