'Bun, ternyata waktu benar-benar berjalan sangat cepat. Satu tahun yang lalu, aku kehilanganmu dan bergerutu menyalahkan semesta. Dan, dimana setelah kepergianmu yang meninggalkan luka, kehangatan rumah sudah tidak seperti dulu lagi, bahkan saat ini aku sudah lupa dengan kehangatan rumah yang seperti apa. Dan semenjak kepergianmu, aku dan dan orang-orang yang juga mencintaimu semakin berjarak.'
#JunardikaEzaqiell
***
Lelaki bername tag Junardika Ezaqiell itu menunduk menatap sepatu hitam yang di kenakannnya. Suara-suara obrolan orang dewasa terdengar sangat jelas di telingannya, yang menurutnya ia hanya cocok menjadi pendengar saja.
Juna tidak pernah menyangka masalah sekecil ini mengharuskan Juna memanggil orang tuanya untuk ke sekolah dan menghadapi guru BK yang terkenal dengan kedisiplinannya.
"Baiklah, Pak. Untuk semua rinciannya saya akan menggantikan semuanya, beserta dengan hukuman yang sudah seharusnya Juna dapatkan." Menurut Juna ini adalah final dari obrolannya.
Pak Tatang, Guru BK yang sudah memasuki usia kepala lima mengangguk mengerti dan membalas perkataan tersebut dengan tepat.
"Untuk hukuman tidak ada yang bagaimana, Mas. Lagian ini sudah jam pulang sekolah, jika memang nantinya Juna akan di berikan hukuman, akan diberikan besok saja," tukas Pak Tatang di angguki oleh Sarfa.
Siapa Sarfa?
Dia adalah anak yang menduduki peringkat sebagai anak pertama di keluarga Gerlandio. Yang artinya, Sarfa adalah Kakak pertamanya Juna. Maka, siapa sangka bahwa Kakaknya lah yang mendatangi undangan dari Guru BK hari ini, bukanlah ayahnya.
"Baik, Pak. Tapi udah Bapak pastikan tidak ada korban pada saat lemari itu jatuh?"
"Sudah di pastikan, Mas. Alhamdulillahnya memang tidak ada, yang dekat dengan lemari tersebut langsung menghindar pada saat sadar bahwa lemari itu akan jatuh," jelas Pak Tatang yang paham bahwa Sarfa mengkhawatirkan orang yang mungkin bisa saja terluka karena ulah adiknya.
Juna ikut menghela nafas lega mendengar itu.
"Untuk Juna sendiri, lebih hati-hati lagi untuk kedepannya ya? Dan jangan sesekali membawa bola basket ke perpustakaan, apalagi sampai memainkannya. Jika sudah seperti ini, kamu menyesal bukan?" Juna tidak membalas perkataan Pak Tatang, Juna bahkan belum sadar bahwa lemari itu runtuh karenannya.
Mungkin Juna sadar dengan kesalahannya yang membawa bola basket ke perpustakaan dan mendribellnya beberapa kali. Hingga tidak sadar bola itu mengampul dan mengenai lemari yang sudah mulai rusak, dan lemari yang sudah usang itu akhirnya runtuh dan menjatuhkan banyaknya buku-buku yang semulanya tertata rapi dan tentu saja lemari itu rusak berat.
Apa salahnya juga jika lemari itu sudah usang?
Juna rasa, pihak sekolah hanya memanfaatkannya saja.
Harusnya jika sadar lemari perpustakaannya yang mulai rusak itu buru-buru di ganti, tidak dibiarkan terpampang begitu saja bukan?
"Maafkan atas kesalahan adik saya, Pak." Pak Tatang mengangguk.
"Yasudah. Terima kasih atas kedatangannya, Mas."
Setelah berpamitan, Sarfa beserta Juna keluar dari ruangan BK dengan Juna yang masih menunduk memperhatikan sepatu nya. Sebenarnya Juna tahu, dengan undangan dadakan seperti ini adalah hal yang paling anggota keluarganya benci.
Ayah dan ketiga kakak nya itu sangat sibuk, dan suka saling melempar pada saat hal-hal yang berkaitan dengannya bersangkut pautan dengan mereka.
"Kamu tahu? Dengan Mas datang kesini, Mas meninggalkan tanggung jawab yang lebih penting dari ini," kata Sarfa dengan penuturan yang dingin dan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stronger | Jun Svt
Fanfiction'Lukanya sempurna, dari segala sisi yang membuatnya ingin selalu menyerah.' Min, 26 Mei 2024