Bagian 4 : HARI MEMBUKA JURNAL DINDING

3 2 0
                                    

-2007-
Tahun itu mereka masih berusia 9 tahun. Venus, Ester, dan Prada merupakan sahabat kecil saat ada di panti asuhan. Mereka bertiga sahabat sejati, sahabat bertukar cerita, dan sahabat yang selalu berbagi satu sama lain.

Terdapat suatu cerita, kala itu mereka bertiga sengaja tidak melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Bibi Ana. Mereka keluar panti untuk pergi ke suatu tempat, yaitu rumah produksi stiker karakter. Venus sangat menyukai stiker karakter, dia lah yang memiliki ide itu untuk mengajak Ester dan Prada pergi bersamanya.

“Itu di sana tempatnya.” tunjuk Venus kepada Ester dan Prada saat sudah sampai di rumah produksi stiker karakter itu.

Rumah itu tampak besar berwarna putih. Di dalamnya banyak karyawan yang sedang membuat beribu stiker karakter untuk di jajahkan. Entah, Venus tahu dari mana lokasi rumah produksi ini?

Tempat itu tidak berpagar, siapapun bisa masuk ke dalam tanpa sepengetahuan, kecuali jika ada penjaga di depan pos sana. Namun, kali ini mereka beruntung, karena penjaga sedang terlelap.

“Kayanya, Pa Kumis itu sedang tidur pulas deh.” Bisik Prada.

Mereka bertiga jalan berjingkat masuk ke dalam rumah produksi itu dengan mulus. Di dalam mata mereka tak hentinya melihat sekeliling, banyak sekali stiker-stiker yang di produksi di rumah itu. Ini tampak seperti surga bagi para pecinta stiker.

“Ngumpet!” Seru Venus membuat Ester dan Prada kelimpungan.

Mereka bersembunyi di balik tembok. Venus tidak ingin orang-orang mengetahui keberadaannya, karena orang-orang itu bisa saja mengusir mereka dari sini. Tempat ini sangat tidak ramah untuk anak-anak seperti mereka sebab rawan pencurian. Mereka bertiga akhirnya hanya mengintip saja dari balik tembok.
Saat mereka tak sadar dan asik mengintip dari balik tembok, seorang laki-laki tua datang menyapanya dari belakang.

“Wah! Ada tamu siapa ini?” Sapa Bapak-bapak itu.

Sontak! Venus, Ester, dan Prada terperanjat kaget. Sial! Persembunyiannya ketahuan. Namun, seperti tidak ada raut amarah. Sepertinya Bapak ini adalah pemilik dari rumah produksi stiker karakter di sini. Dari raut wajahnya dia seperti orang baik.

“Kalian sedang apa mengintip begitu?” Tanya Bapak itu dengan wajah yang berseri.

Mereka bertiga masih mematung dengan sesekali saling menyenggol siku satu sama lain karena takut kena marah, “E…ee…anu Pak,” gugupnya, “Maaf kami cuma mau liat-liat aja, kok, Pak.” Jawab Venus dengan gemetar.

“Iya Pak, kami ngga mencuri, Kok, kami anak baik-baik, beneran!” Prada menimpal dengan suara yakinnya sambil mengangkat dua jarinya membentuk huruf V. Serentak Venus dan Ester mengangguk meyakinkan Bapak-bapak itu.

Bapak itu tertawa renyah, “Siapa yang bilang kalian pencuri?”

Venus, Ester, dan Prada saling menatap satu sama lain dengan tatapan bingung.

“Mari ikut Bapak. Bapak akan menunjukkan sesuatu pada kalian.” Ucapnya kemudian langsung pergi.

Tanpa ragu, mereka bertiga membuntuti Pak tua itu di belakangnya dengan senyum-senyum.

Laki-laki itu rupanya pemilik rumah produksi ini. Sebenarnya yang galak bukan beliau, tapi karyawan-karyawannya. Beliau tidak mempermasalahkan jika anak-anak datang ke tempatnya hanya untuk melihat-lihat. Namun, tentu saja, tindakan mencuri adalah hal yang salah dan tidak bisa dimaafkan.

“Kami tahu, Pak. Perbuatan mencuri itu adalah perbuatan yang salah. Kan kami tadi sudah bilang kalau kami ke sini hanya mau liat-liat saja.” Prada kembali menyeletuk setelah Pak Tua menjelaskan kepada mereka kenapa anak-anak tidak boleh datang ke sini, karena biasanya mereka diam-diam mencuri.

Panti Asuhan Venus [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang