Bagian 5 : HARI KEMBALI

8 1 0
                                    

2004 di Panti Asuhan.
Venus menangis seorang diri di halaman belakang panti. Dia mengenakan baju tidur garis-garis berwarna biru dengan kondisi muka bantalnya. Dia duduk di teras, entah apa yang membuat Venus menangis pagi-pagi begini.

Seorang Pria datang menghampiri Venus. Pria itu tampak terlihat baik, raut wajah berseri dan senyum tulusnya yang terus mengembang. Pria itu duduk di samping Venus, mengelus rambutnya, lalu merangkulnya dengan begitu hangat.

“Kamu kenapa? Kok pagi-pagi begini nangis?” Tanya Pria itu, lalu Venus menyeka air matanya yang sudah membasahi pipi.

“Eh, Tuan.” Lirihnya pelan kepada Pria tersebut.

Pria itu bernama Zari, kerap disapa anak-anak panti dengan sebutan Tuan Zari, seorang penderma yang tidak pernah absen datang ke panti asuhan ini untuk menjenguk dan bermain dengan anak-anak. Dia Pria yang baik dan dermawan, ceria juga bijaksana. Anak-anak selalu gembira ketika Tuan Zari datang ke panti, karena bagi mereka Tuan Zari bagaikan malaikat yang selalu membuatnya tenang. Anak-anak selalu menantikan kedatangannya.

“Kamu kenapa? Lapar?”

Venus menggelengkan kepala.

“Mau mainan?”

Lagi-lagi Venus menggelengkan kepala.

“Terus kenapa dong? Ayo cerita, Tuan pengen denger.” Ujarnya dengan merayu Venus untuk terbuka padanya.

Venus menghela napas berat, “Aku kangen sama Ibu dan Bapak, tapi aku ngga tau di mana mereka, aku juga ngga tahu seperti apa wajah mereka.”

“Hmmm… jadi Venus kangen sama Ibu dan Bapak?”

Venus mengangguk.

Tuan Zari pindah posiai. Sekarang dia bersimpuh menghadap Venus dan memegang kedua telapak tangannya erat-erat. Dia meminta Venus untuk memejamkan mata dan berdoa kepada Tuhan untuk selalu menjaga Ibu dan Bapaknya. Venus menuruti perkataannya dengan baik.

Setelah harapan dan doa semua sudah dilangitkan. Venus kembali membuka matanya. Dia menatap dalam-dalam Tuan Zari, lalu memeluknya dengan hangat.

“Tuan tau kalau Venus itu anak yang kuat.”

***

Kembali ke tahun 2023.
Venus menceritakan semuanya kepada Ester di ruangan rahasia itu terkait siapa lukisan laki-laki yang dimaksudnya.

“Jadi namanya Tuan Zari?”

Venus mengangguk, “Beliau juga yang selalu bagi-bagi mainan dan makanan enak buat anak-anak panti.”

Bola mata Ester membulat disertai kening yang berkerut karena kaget, jadi selama ini dia tidak tahu siapa dia.

“Kok kamu kaget sih! Emangnya kamu ngga kenal siapa dia?”

“Dulu aku tidak peduli dan tidak mau tau siapa nama laki-laki itu. Yang aku tau hanya Tuan aja, itu kan yang selalu kita panggil?”

“Iya. Aku kenal baik sama beliau, tapi sekarang aku ngga tahu beliau di mana dan keadaannya seperti apa.”

“Apa hubungannya Tuan Zari sama panti asuhan? Apa dia ngga tahu kalo panti asuhan itu sarang derita?” Ester menanyakan perihal kejanggalannya dengan nada naik satu oktaf. Dia sangat penasaran.

Venus tidak perlu menutupinya lagi, sekarang dia sudah memiliki rekan investigasi dengan kembalinya Ester, udah saatnya rahasia itu Ester juga harus mengetahuinya. Semakin dia terbuka, semakin mudah untuk dia menjalankan misi ini.

“Sebenarnya Tuan Zari itu adik kandung Bibi Ana,” pungkasnya membuat Ester terkejut.

“Adiknya Bibi Ana!?”

Panti Asuhan Venus [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang