Bagian 10 : HARI MENYUSUN STRATEGI

2 2 0
                                    

Boommmm….!!!

“Apa artikel ini benar?”

“Siapa yang berani menyebarkan berita semengerikan ini?”

“Dasar wanita jalang!”

“Penipuan berkedok panti asuhan.”

“Umpatan yang banyak untuk wanita penyiksa anak-anak.”

Semua ucapa  buruk menoreh di kolom komentar pada artikel itu. Seketika nama Bibi Ana langsung membumi dan banyak dibicarakan oleh orang-orang di seluruh Kota. Segala emosi meluap, perasaan kesal dari banyak kalangan terhadap kejahatan Ana pada anak-anak di panti asuhan. Cacian, makian, dan murka warganet terus mencuat menggelora hingga menenggelamkan artikel baik Disnatalis yang lebih dulu dipublikasi oleh awak media.

***

Sementara di panti asuhan, Ana begitu geram membaca artikel yang telah mengudara di layar ponselnya. Perasaan khawatir akan terjadi hal buruk jika artikel itu terus mengudara, dia takut jika para donatur akan mencabut donasinya hanya karena artikel itu.

“Sialan!” Teriaknya dengan melempar ponselnya ke lantai.

“Ini tidak bisa dibiarkan!”

Dia bangkit, lalu meminta kepada anak buahnya untuk melakukan pertemuan pers bersama para awak media di seluruh Kota.

Seluruh wartawan dan pekerja jurnalistik di seluruh Kota langsung menggerudug gedung aula panti asuhan setelah mendengar adanya jumpa pers yang dilakukan oleh Bibi Ana. Ini akan menjadi berita besar dan cukup mendebarkan penduduk Kota. Bahkan beberapa stasiun televisi turut menyiarkan jumpa pers tersebut untuk mengklarifikasi dan memberikan jawaban kepada masyarakat, apakah artikel yang tersebar itu benar atau itu hanya berita palsu.

Pada jumpa pers hari itu, Bibi Ana sengaja menghadirkan satu anak laki-laki dan satu anak perempuan berusia sekitar 9 tahun sebagai saksi. Entah ancaman apa yang dilakukan Bibi Ana sehingga anak-anak itu mau bersaksi untuknya. Mereka tampak gemetar dan gugup.

***

Di sisi lain. Venus, Ester, dan Prada tengah menyaksikan bersama jumpa pers tersebut melalui siaran televisi di ruangan rahasia. Mereka bertiga penasaran, kira-kira apa jawaban yang akan diutarakan oleh Bibi Ana kali ini.

“Pintar sekali dia membawa anak-anak sebagai alat.” Cetus Prada dengan lirikan mata yang menyebalkan.

“Kalau begini caranya media akan dengan cepat mempercayai dia.” Ester melanjutkan ucapan Prada.

“Stttt….” Respon Venus menyuruh mereka berdua diam, “Kita dengar dia mau menyampaikan apa.” Tegurnya membuat Ester dan Prada kembali fokus.

***

Pada jumpa pers itu, Bibi Ana mengancam kepada salah satu dari anak-anak yang dia bawa untuk menyampaikan kesaksiannya, bahwa semua yang telah diberitakan adalah tidak benar. Dia juga meminta supaya anak-anak itu mengatakan kepada awak media terkait mereka yang tidak pernah mendapatkan kekerasan selama di panti asuhan.

“Kami sama sekali tidak mendapatkan kekerasan. Bibi Ana merawat kami dengan baik seperti merawat anak sendiri. Kami sangat senang ada di sini.” Ucap salah satu anak itu di hadapan para awak media.

Dilihat dari tatapannya, anak itu seperti mendapat tekanan yang besar. Ada naskah yang dibacanya sebelum dia menjumpai para masa seperti ini. Sungguh, ini benar-benar tidak murni, semua ini hanya permainan dan sandiwara belaka.

“Saya hanya ingin meluruskan bahwa artikel yang beredar itu tidaklah benar. Itu hanya oknum yang ingin menjatuhkan nama saya dan menghancurkan reputasi panti asuhan saya. Kalian bisa melihat sendiri bahwa anak-anak di sini sangat bahagia. Mereka berdua bersaksi bahwa semua itu tidak benar. Terima Kasih.” Sambung Bibi Ana membela diri dengan tegas.

Panti Asuhan Venus [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang