JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA.
Typo, koreksi📌●○●○●○
Setelah pulang sekolah, Nara bersantai di kamarnya sambil asyik menggeser layar handphone. Sesaat kemudian, ia membuka aplikasi berikon hijau untuk mengecek apakah ada pesan masuk, terutama dari sahabatnya yang sangat dirindukannya. Benar saja, sebuah pesan baru muncul dari kontak yang ia sematkan.
Dharararararari:
Gue udah pulang dari tadi siang, lo cepetan ke sini! Ke rumah! Gue bawain banyak oleh-oleh buat lo!Setelah membaca pesan dari Dhara, Nara langsung bangkit dari rebahan ternyamannya. Tanpa pikir panjang, ia cepat-cepat mengganti seragam sekolahnya dan bergegas menuju rumah Dhara. Hanya butuh sekitar tiga menit berjalan kaki hingga akhirnya ia tiba di depan gerbang rumah sahabatnya itu.
"Woy, Dhara! Cepet bukain gerbangnya dan serahin oleh-oleh gue!" teriak Nara dari luar gerbang.
"Lo lama-lama makin gak ada akhlak, ya. Udah seminggu lebih gak ketemu gue, bukannya temu kangen, malah teriak-teriak kayak rentenir nagih utang," sindir Dhara dengan nada kesal, tepat setelah membuka gerbang dan melihat sahabatnya yang minus akhlak.
Tanpa menghiraukan kekesalan Dhara, Nara langsung nyelonong masuk ke dalam rumah, bahkan sebelum dipersilakan oleh tuan rumah. Sikap seenaknya itu sukses membuat Dhara geleng-geleng kepala.
Rumah Dhara terdiri dari dua lantai dengan dominasi warna cokelat terang yang memberi kesan elegan. Di ruang tamunya, berdiri sebuah jam antik yang mencuri perhatian, berdampingan dengan lemari kaca berisi deretan boneka lucu dan beberapa koleksi robot yang tertata rapi.
"Mamah gue belum pulang, jadi gue sendirian di rumah," celetuk Dhara.
"Jadi, selain ngasih oleh-oleh, lo nyuruh gue ke sini buat nemenin lo di rumah ini, gitu?" tebak Nara dengan tepat.
Dhara tersenyum senang. "Nah, gitu dong. Jadi sahabat itu harus peka, kayak sekarang ini," puji Dhara sambil memeluk Nara sebentar. Setelah itu, dia menggiring Nara menuju kamarnya yang terletak di lantai atas.
Setibanya di kamar Dhara, mereka langsung disambut aroma lavender yang menenangkan dan dinding berwarna biru laut, mencerminkan selera khas Dhara.
Di pojok kamar, terdapat sebuah figura besar yang dipenuhi foto-foto polaroid kenangan Dhara dan Nara. Foto-foto tersebut mengabadikan momen-momen mereka, mulai dari masa kecil hingga liburan terakhir mereka di pantai, tiga minggu yang lalu.
"Kamar lo berubah ya?" tanya Nara, merasa sedikit asing dengan suasana baru di kamar Dhara.
"Gak banyak sih, cuma ganti cat dinding sama nambahin lampu neon aja," jelas Dhara, membenarkan. Setahu Nara, dinding kamar Dhara sebelumnya adalah perpaduan warna abu-abu dan hijau tua.
"Padahal baru seminggu nggak ke sini, udah makin kece aja kamar lo," puji Nara. Jujur, Nara lebih suka kamar Dhara yang sekarang karena warna biru juga termasuk salah satu warna kesukaannya.
"Jadi, karena lo udah tau gue di rumah sendirian, nanti malam temenin gue tidur, ya?" pinta Dhara dengan penuh harap.
"Kalau itu mah, tanpa lo tawarin juga gue bakal temenin lo. Tapi, nanti temenin gue dulu buat minta izin ke bunda sekalian ngambil handphone, ya!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Detik dan Detaknya (REVISI)
Teen Fiction⚠️WARNING⚠️ JANGAN MENJIPLAK! ITU PERBUATAN RENDAH DAN TIDAK BERADAB. .・✫・゜・。. .・。.・゜✭・ Nara menyukai Razka sejak masa SMP. Setiap hari, rasa suka itu semakin bertambah, hingga kini dia duduk di bangku SMA. Seiring berjalannya waktu, rasa itu sema...