"Getaran yang sama"

2 2 0
                                    

"Ayoo cus jalan" Seru Zia mengacukan tangan ke atas
Hari ini kelompok yang dibagi oleh ibu Nia kemarin akan melaksanakan kerja kelompoknya. Ada 8 orang yang menjadi kelompok Aira, salah satunya adalah Rafka. Yup orang yang paling ingin di hindarinya.

Tujuan mereka hari ini adalah pasar untuk mencari bahan kerajinan yang mereka pilih, yaitu kulit jagung. Beberapa pedagang jadi sasaran pertanyaan kelompok mereka.

"Bu permisi, boleh kami minta kulit jagungnya bu? Untuk bahan kerajinan" Tanya desy dengan sopan.

"Oh boleh neng silahkan diambil aja" Umar ibu² berwajah teduh itu.

"Makasih bu, kami ambil ya bu" Ujar Desy kembali, ibu tersebut hanya tersenyum.

Karna kulit jagung yang mereka butuhkan belum cukup, beberapa. Orang dari kelompok mereka akhirnya mencar di area pasar untuk mencari kulit jagung yang dibutuhkan. Aira bersama Zia berkeliling berdua, dari kejauhan mereka melihat Nuga sedang beradu mulut dengan seorang pedagang.

"Pelit banget pak, cuma kulit jagung doang padahal" Ujar Nuga kesal

"Ya terserah saya dong, kulit jagung saya kok" Balas Bapak penjual.

Zia dan Aira yang melihat kejadian itu akhirnya menghampiri.

"Kenapa Nug?" Tanya Zia

"Ini bapak²nya pelit banget ngasih kulit jagung doang, maksa harus beli jagungnya baru di kasih kulit jagung yang lain" Ujar Nuga dengan muka kesal.

"Pak kalo pelit nanti kuburannya sempit loh pak" Ancam Zia.

"Kamu nyumpahin saya" Ucap bapak itu garang.

Ke empat anak SMA itu merinding takut mendengar ucapan galak dari si bapak.
Aira yang mendengar pertikaian tersebut akhirnya angkat bicara.

"Maaf Pak atas ucapan teman² saya, mereka tidak bermaksud menyumpahi bapak. Kalo begitu kami beli jagungnya saja pak, soalnya kami sedang butuh kulit jagung itu untuk kerajinan pak. Mohon maaf sekali lagi pak" Ucap Aira sopan

"Gitu dong dari tadi. Pake nyumpahin segala, mau beli berapa?" Tanya bapak tersebut masih dengan nada galaknya

"Beli 1 kg aja pak" Ujar Aira sambil merogoh sakunya.

"Nih 10 ribu" Jagung yang dibeli di ulurkan oleh bapak tersebut. Saat Aira ingin memberikan uangnya, Aira sudah di dahului oleh orang di sampingnya. Saat Aira menoleh ternyata orang itu adalah Rafka.

"Ini pak, pakai uang ini saja" Ujar Rafka. Aira hanya melirik dan menarik kembali uangnya.

***

Selesai membeli bahan kerajinan mereka berkumpul di rumah ayu untuk mulai membuat ide kerajinan mereka.
Ada yang sibuk membuat pola, ada juga yang sibuk menggunting dan menempelkan bahan sesuai pola.

"Zi minta lem nya dong" Aira mengulurkan tangan ke sampingnya Sambil mengamati kotak pensil yang belum berbentuk itu.

Seseorang meletakkan lem kertas di tangan Aira.

"Makasih Zi" Ujar Aira masih dengan pandangan yang sama.

"Sama-sama" Ada balasan dari ucapan Terima kasih Aira, namun bukan suara Zia yang terdengar

Aira menolehkan pandangan ke samping, terlihat Rafka sedang memperhatikan kotak pensil yang Aira buat, seperkian detik padangan mereka beradu. Dan iya detak jantung Aira mulai tidak beraturan, cepat cepat Aira menggelengkan kepalanya dan fokus kembali dengan kotak pensilnya meskipun sulit untuk fokus kembali pastinya.

"Ra udah selesai kotak pensilnya?" Tanya sisi salah satu anggota kelompok mereka, gadis dengan kacamata bulat itu.

"Udah kok, tinggal tunggu lemnya kering" Ujar Aira sambil membolak-balikan kotak pensilnya.
Tiba-tiba perut Aira terasa sakit karena terlalu lama menunduk, perutnya terasa melilit hingga tidak bisa berdiri.

"Ra kamu kenapa? Pucet banget mukanya?" Tanya ciko salah satu teman Nuga. Semua orang menoleh kearah Aira tak terkecuali Rafka dia melihat Aira seperti ada raut khawatir.

_________________________________________
Segitu dulu ya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AirafkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang