54. Campur Aduk

6 1 0
                                    

Usahakan vote sebelum membaca

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Rintik hujan yang jatuh secara kasar tidak sama sekali membuatku beranjak guna mencari tempat berteduh, bahkan payung yang aku bawa tidak aku gunakan. Aku lebih memilih untuk melindungi seseorang  di depanku. Aku tak perduli jika aku sakit, asal dia tidak kedinginan. Tiba-tiba rintik hujan tak lagi terasa, akupun mendongak menatap siapa gerangan yang menghalangi rintikan kasar itu dari tubuhku.

"Bisa kita bicara?"

Aku yang semula berjongkok pun langsung berdiri, aku menatap matanya tajam, tak suka dengan kehadirannya. Ia menganggu waktuku dengan Bang Rafka.

"Ayo, ikut kakak."

Aku lantas mengikuti langkahnya setelah memastikan payungku berhasil menutupi Bang Rafka.

"kita bicara di mobil."

"Di mobil Raka saja Kak, baju Raka basah."

"Tidak apa, di mobil kakak aja."

Bagai kerbau yang di cocok hidungnya, aku menurut begitu saja. Aku memasuki mobil miliknya. Namun setelah lima menit berdiam diri, laki-laki di sampingku tak kunjung membuka suara.

"Kalau gak ada yang perlu kakak bicarain, Raka keluar." ucapku berusaha membuka pintu mobil, namun terkunci.

"Kakak sudah lama kenal sama Rafka, kamupun tahu sendiri kan?"

Kalimat itu berhasil membuatku spontan menghentikan kegiatanku.

"Kakak tahu, apa yang dia suka dan apa yang dia gak suka."

bukan dia yang aku inginkan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang