11. Kotak Musik Balet

84 50 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


11. KOTAK MUSIK BALET

Tik! Tik! Tikk!!..

Jarum jam kian berdenting nyaring. Saat Auri sedang fokus dengan lembaran bukunya, tiba-tiba ada yang mengetuk jendela kacanya dari luar. Waktu sudah menunjukkan pukul 01.03, siapa yang mengetuknya saat tengah malam seperti ini? Aneh sekali. Dari tadi tidak ada hal aneh yang menghampirinya. Tapi saat jam menunjukkan pukul 01.00 keanehan mulai ia rasa. Seperti beberapa hari yang lalu saat ia pulang malam dan dimarahi oleh Herman. Hal ini kembali terulang lagi padanya.

Namun, sepertinya hari ini berbeda dengan beberapa hari yang lalu. Pasalnya, siapa yang berniat mengisengi orang saat tengah malam seperti yang terjadi hari ini? Seharusnya ini waktu untuk beristirahat, bukan untuk menakut-nakuti orang. Auri tidak tahu siapa yang mengetuk jendelanya karena ada tirai yang menutupi jendela kaca dikamarnya. Auri tidak menghiraukan ketukan itu. Tapi setelah beberapa saat suara ketukan itu hilang, suara itu muncul lagi dengan tempo yang lambat dan terdengar lebih keras.

Degg!

Jantungnya berdetak semakin tak karuan. Buku yang semula terbuka ia tutup begitu saja. Dan pena yang ada disela jarinya terlempar entah kemana. Dengan reflek Auri segera mengarah pada kasurnya. Menarik selimutnya hingga kepala. Berusaha memejamkan matanya, namun nihil. Suara itu kembali terdengar dengan ketukan yang memaksa seperti ingin dibukakan jendela oleh sang pemilik kamar. Sudah tiga kali ketukan itu menghampirinya. Pertama ketukan yang wajar, kedua ketukan yang menyeramkan, dan ketiga ketukan yang lama dan sangat keras hingga terdengar sangat berisik. Itu yang m mbuatnya tidak bisa tidur dengan nyaman. Suara ketukan-ketukan itu sangat menggangunya.

"Siapa ya?" Gumam Auri didalam selimut.

Tiba-tiba suara ketukan di jendelanya berhenti saat Auri mengeluarkan suaranya. Hilang secara tiba-tiba entah kemana perginya. Aneh sekali bukan?

"Horor banget kamar gue, perasaan kemarin-kemarin biasa aja." Gumamnya lagi dengan setengah wajahnya tertutup selimut.

TOK! TOK! TOK!

Suara ketukan kembali terdengar. Dan kali ini bukan jendela kamarnya yang diketuk, melainkan pintu kamarnya. Suara ketukan keempat yang mengagetkannya. Kenop pintu yang semula diam, bergerak naik turun seperti pintu yang akan dibuka, hal ini menimbulkan suara berisik dari kenop pintu itu.

"Siapa ya?"tanyanya bingung pada diri sendiri.

Takut. Tapi dia juga penasaran siapa yang mengetuk pintunya tengah malam seperti ini. Biasanya anggota keluarganya dan para pekerja rumahnya sudah tertidur. Kecuali Herman, karena dia orang yang gila dengan pekerjaan. Tidak peduli dia sakit atau dalam bahaya sekalipun. Yang ada dipikirannya hanya kerja, kerja, dan kerja untuk mendapat banyak uang.

Ketukan dipintu ya kembali terdengar dengan suara kenop pintu yang berisik. Bersamaan dengan itu, jendela kamarnya juga seperti diketuk kembali. Ada apa ini? Apa malam-malam seperti ada orang iseng mengetuk pintu dan jendela kamar orang secara bersamaan?

Tapi jika dipikir, orang yang mengetuk jendela dan pintunya pastilah orang yang berbeda. Yang mengetuk pintu kamarnya pasti orang rumah, dan siapa yang mengetuk jendelanya? Malam-malam?

Entahlah...

Sangat tidak masuk akal jika dipikirkan. Tapi, mungkinkah jika orang yang mengetuk jendelanya adalah pekerja rumahnya yang sedang mengerjai Auri? Tapi ini juga tidak mungkin terjadi. Karena tidak ada pekerja dirumahnya yang tidur diatas jam 24.00

Rasa penasarannya lebih besar dari rasa takutnya. Auri beranjak dari ranjang dan mendekati jendela kamarnya. Saat Auri menyibak tirai yang menutupinya, tiba-tiba rasanya ada yang aneh. Auri merasa tubuhnya begitu dingin secara tiba-tiba, tangannya gemetar. Dan saat ia mengintip sedikit, tidak ada siapapun disana. Ia menyibak seluruh tirainya. Benar! Tidak ada siapa-siapa diluar jendelanya.

Auri masih kaget dengan hal yang menimpanya. Siapa yang mengganggunya tengah malam seperti ini?

Saat Auri masih terbengong dibalik jendela, pintunya kembali terdengar berisik. Auri reflek menutup tirainya kembali dan ingin membuka pintu. Tapi saat ia baru dua langkah dari jendela, kakinya tersandung kakinya sendiri. Ia terjatuh karena terburu-buru dan tidak hati-hati. Suaranya tidak berhenti. Ketukannya semakin keras. Auri cepat-cepat berdiri untuk membuka pintu. Ia penasaran siapa yang mengetuk pintunya. Mungkinkah itu bukan orang?

Dan...saat Auri memegang kenopnya ingin membuka, kenop pintu itu terasa sangat berat untuk dibuka. Telapak tangannya berkeringat dan tangannya masih gemetaran karena tadi. Auri mencobanya untuk membukanya lagi. Dan kali ini ia berhasil membuka pintunya.

"AAAAAA!!!" Teriaknya ketakutan saat melihat sosok didepannya.

Auri meringkuk didekat ranjangnya. Kepalanya ia tenggelamkan dilututnya dengan kedua tangan memeluk kakinya yang meringkuk. Ia sangat takut. Auri tidak sadar jika pintunya ia biarkan terbuka begitu saja. Walaupun tidak terbuka lebar, tetap saja dia bisa masuk kedalam kamar Auri. Wanita berpakaian putih itu berjalan mendekati Auri yang masih meringkuk ketakutan disisi ranjang.

Semakin dekat, semakin dekat,dua langkah lebih dekat, dan...

Wanita itu menyentuh kepala Auri dan mengelusnya. Jantung Auri semakin berdetak tak terkondisikan, seperti ingin keluar dari tempatnya. Nafasnya memburu naik turun tak karuan. Tangan itu mengelus kepalanya, dari atas kebawah. Hingga berhenti pada pundaknya. Dan...

"Non,"

Tunggu. Non? Auri tidak salah dengarkan? Barusan ia mendengar kata 'Non' dari suara wanita yang tidak asing baginya. Auri memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya. Betapa leganya hati Auri saat melihat orang yang berada didepannya. Ternyata orang yang mengetuk pintu kamarnya adalah bi Minah, art dirumahnya.

"Maaf, non. Sudah buat non Auri ketakutan. Bibi cuma mau ngasihin paketnya non Auri." Kata bi Minah yang memakai mukena putihnya.

"Paket?" Tanya Auri.

"Iya, tadi siang ada yang ngirim paket. Katanya atas nama Auristela. Itu nama non Auri, kan?"

Auri mengangguk, "Tapi Auri nggak ada pesen paket bi." Auri keheranan.

Paket apa yang ia pesan? Seingatnya ia tidak memesan apapun akhir-akhir ini.

"Mungkin non lupa, non Auri kan sibuk ngurusin karir non Auri sama kuliahnya non Auri."

Bi Minah menyerahkan paketnya, setelah itu bi Minah ijin pergi ke kamarnya lagi. Auri sangat penasaran dengan isi didalamnya. Ia segera bangkit dari duduknya dilantai karena reflek meringkuk tadi. Ia duduk ditepi ranjangnya. Membuka paket yang baru diterimanya dari bi Minah.

"Kotak musik?"

Isi didalamnya ternyata adalah kotak musik berbentuk seperti penari balet yang sedang menari dengan riang. Tapi anehnya, bentuk penarinya sedang terduduk diatas kotaknya dengan kedua tangannya keatas, satu kakinya tertekuk, dan kaki satunya lagi seperti sengaja dipatahkan. Entah dimana dan kenapa, memang konsepnya seperti itu atau kotak musiknya sudah rusak.

Saat Auri mencoba memutarnya, penari diatas kotak itu bergerak menari seperti seorang ballerina. Dan anehnya lagi, yang terlihat menari hanya setengah tubuh bagian atasnya. Mungkin karena kakinya tertekuk dan satu kakinya patah. Auri merebahkan tubuhnya, ia terus mendengarkan irama yang keluar dari kotak musik itu hingga tertidur pulas tanpa sadar dengan kotak musik yang masuk berbunyi.

.≈≈≈||≈≈≈.

-Jangan percaya dengan MEREKA yang tak berwujud nyata-

.≈≈≈||≈≈≈.

Penari Tanpa Kaki [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang