Harin terus melangkahkan kakinya menelusuri taman di bawah sinar matahari petang. Matanya terus berputar menatap sekeliling demi menikmati pemandangan. Harin merendahkan tubuhnya ketika melihat kumpulan Echinacea yang indah. Mereka tumbuh dengan subur dan terawat.
"Kalian cantik, aku selalu iri. Sejak dulu aku ingin sekali menjadi echinacea."
Harin kembali berdiri, melanjutkan perjalanannya. Harin memiringkan kepalanya menatap container kecil yang ada di seberang jalan. Harin tersenyum kecil lalu ia berdiri di bibir jalan. Sebelum melintas, Harin memandang ke kiri dan ke kanan.
"Aku pesan dua cooki-es...." Harin menghela napasnya, Harin melirik ke samping, tidak ada seseorang di sana. Harin tersenyum simpul.
"Satu cookies untuk dibawa pulang," ulang Harin.
"Cookies atas nama Harin Han!" Harin berdiri dari duduknya, akhirnya cookies itu selesai. Harin berjalan beberapa langkah, berdiri di depan container. Laki-laki bertubuh kecil yang berada di dalam sana berbalik. Meletakan cookies pesanan Harin dengan senyum manis.
"Nikmati cookiesmu nona, totalnya 10 Dollar." Harin memandang nanar pada si cookies, laki-laki manis itu mampu membuat tubuh Harin membeku. Sebelum air matanya jatuh, Harin membayar dan segera berlari dari sana.
Harin menjatuhkan tubuhnya di kasur empuknya. Menangis sejadi-jadinya di sana. Mengerang putus asa dengan wajah yang memerah. Harin membuka nakas, menggapai sebuah buku dan membukanya. Harin mengusap sebuah foto yang tertempel di sana, laki-laki bertubuh kecil yang tersenyum manis.
Butterfly
Butterfly, dia kekasihku. Dia selalu berkata ingin menjadi kupu-kupu yang bisa terbang bebas di udara. Sejak hari itu, aku ingin diriku menjadi sekuntum echinacea, bunga yang sangat disukai kupu-kupu.
Kekasihku sangat berbeda dari laki-laki di luar sana. Tubuhnya tidak kekar seperti mereka, dia memiliki tubuh yang kecil, punggungnya tidak terlalu lebar, begitu pula dengan dadanya yang tidak begitu bidang. Tapi tubuh kecilnya begitu hangat saat mendekap.
Wajahnya memang tidak tampan seperti mereka, wajahnya manis dihiasi senyum tipis. Gigi gingsulnya terlihat sangat manis saat ia tersenyum. Pipinya bulat sehalus porselan putih. Dia pintar sekali merawat diri, aku suka mengusap kulit bersih dan lembut miliknya.
Dia tidak bisa merayuku seperti laki-laki lain lakukan pada kekasihnya. Akulah yang selalu berhasil membuatnya tersipu malu atas ucapan manisku. Dia semanis cookies, kami memang suka sekali makan cookies bersama.
Tubuhnya lemah, dia mudah sekali jatuh sakit. Biasanya, ia hanya terkena penyakit ringan yang mudah disembuhkan. Tapi hari ini, dia dihinggapi penyakit keras. Tubuhnya semakin kurus karena selalu berbaring di rumah sakit. Dia sudah tidak bisa berjalan, kakinya tidak bisa digerakan dan menompang berat badannya sendiri.