Salju Bulan Desember [bxb]

277 0 0
                                    

Lee Jevan menghirup udara segar pinggir pantai. Florida memang pemenang dari semuanya. Jevan tidak henti-hentinya menganggumi keindahan Miami sepanjang perjalanan. Hari malam memang sangat bagus untuk berjalan di pinggiran pantai. Ombak kecil terus membasahi kakinya sebatas mata kaki. Satu hari setelah landing in Florida, Amerika Serikat Jevan langsung ingin mendatangi pantai indah ini.

Semilir angin yang berhembus menggelitik wajah. Deru ombak yang menenangkan jiwa. Semua yang ada di sini mampu membuat Jevan terkesima. Jevan meneguk sekaleng soda yang ia pegang. Sempurna, liburannya tahun ini sangat sempurna. Tidak biasanya Jevan sangat excited dengan liburan. Selama ini Jevan selalu saja ditempeli keluarganya, dan hari ini Jevan bisa pergi sendiri.

Jevan menatap kagum kota Florida di bawah langit malam dari atas gedung bertingkat. Jevan menumpu kedua lengannya di penyanggah balkon. Semua otot tubuhnya ia lenturkan, melepaskan semua rasa lelah yang sudah menghantuinya.

Seteguk vodka sudah meluncur dengan baik melalui kerongkongannya. Jevan membalik lembaran buku yang ia baca. Pria itu menutup bukunya dengan kasar dan melemparnya ke meja. Jevan menghembuskan napasnya dengan kasar.

Brak! Brak! Brak! Ting tong! Ting tong! Jevan meyeringit tak suka mamandang pintu hotelnya yang berisik. Setelah menggedor-gedor pintu ia juga menekan bel berkali-kali, sangat menganggu. Dengan perasaan kesal Jevan beranjak dari balkon untuk membuka pintu.

Seorang laki-laki langsung mendorong Jevan masuk dan menutup pintu dengan sangat kasar. Laki-laki itu bedecak kesal memandang Jevan yang sedang bingung. Dengan tidak sopan pria itu berjalan menuju kamar Jevan, membaringkan tubuhnya di sana. Berguling-guling ke kiri dan ke kanan hingga bad cover itu terlihat sangat kusut.

"Go out!" ujar Jevan malas.

"Fuck you, shut your mouth there bitch. Go away you damn thing!" Jevan menatap nyalang pada pria aneh yang memakinya. Dengan tidak sabarnya Jevan menarik lengan laki-laki itu hingga tubuh itu terjatuh, sialnya Jevan menjadi parasut.

"Get off my body," ujar Jevan dengan nada yang pelan, tubuh pria aneh itu benar-benar berat. Jevan meneringit ketika aroma alkohol menyeruak tajam memasuki Indra penciumannya saat mereka berada sedekat ini. Dengan sekuat tenaga Jevan menyingkirkan tubuh pria asing itu dari tubuhnya.

Dengan decakan kesal Jevan menyambar telepon yang ada di atas meja untuk menelfon pihak hotel. Sambungan itu belum diangkat tapi Jevan lebih dulu mematikannya. Wajah manis pria yang terbaring di lantai itu mengikis rasa iba. Dengan terpaksa Jevan mengangkat tubuh itu ke atas kasur.

Pagi telah tiba, Jevan memandang pria asing yang tidur bersamanya semalam dengan tatapan yang sulit diartikan. Pria itu terlihat manis bahkan bisa dibilang cantik. Kulitnya halus dan bersih. Tubuhnya juga tidak terlalu besar. Jevan membuang pandangannya saat kelopak mata pria itu mulai terbuka seraca perlahan-lahan.

“Shit...," Jevan memandang intens pada wajah orang aneh itu, mulutnya tidak semanis wajahnya.

"Go out!" pria itu terperanjat kaget mendengar Jevan, seakan tersadar dirinya bangun bersama orang lain.

"Go out!" ulang Jevan.

"Let me stay here for a while, my head is dizzy." Jevan menghembuskan napasnya kasar.

"Drinks are in the kitchen," ujar Jevan dingin.

"Lend me your bathroom," tanpa persetujuan pria itu pergi begitu saja. Beberapa saat kemudian, dia kembali dengan tampilan yang lebih segar. Aroma sabun Jevan menguar dari sekujur tubuhnya.

"Mark Lee, and you?"

"Lee Jevan."

"Where do you come from? You must be here on holiday."

❀ 𝑩𝒖𝒕𝒕𝒆𝒓𝒇𝒍𝒚 ꕥTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang