Jevan tersenyum kecil memandangi bangunan universitas ternama itu. Beberapa buku tersusun rapi di lengannya. Melihat temannya melampaikan tangan dan berhenti di dekatnya Jevanpun melepas kacamata yang bertengger di hidungnya itu. Jevan menaikan kedua alisnya seakan-akan bertanya tujuan si teman.
"Olimpiademu selesai?" Jevan mengangguk. Jevan adalah murid berprestasi, ia menempati peringkat dua nilai terbaik di sekolah. Sekarang mereka berada di universitas yang sedang mengadakan beberapa pertandingan untuk menarik mahasiswa baru.
"Lepaskan bukumu mari kita lihat lomba melukis."
"Itu sangat membosankan, kenapa kita harus melihat lomba melukis? Kita bisa menonton pentomim dari pada melukis."
"Kita bukan melihat proses melukis, tapi hanya melihat sekilas lukisan mereka dan melihat cantiknya sang pelukis tentu saja."
Akhirnya Jevan menyerahkan dirinya, dengan langkah malas Jevan masuk dan mulai melihat-lihat pada canvas putih yang sudah penuh dengan lukisan yang hampir selesai. Semuanya biasa saja, Jevan pernah melihat lukisan yang lebih baik dari semuanya.
Manik Jevan terpaku pada tangan putih yang sedang bergerak-gerak di atas kanvas. Jevan berjalan ke samping untuk bisa melihat wajah pemilik tangan itu, wajahnya manis dan bersih. Jevan terpana melihat lukisan si lelaki yang menawan, lukisan kupu-kupu yang berhasil menarik perhatiannya.
Buku mata yang lentik itu naik turun mengikuti kedipan matanya. Rambutnya yang sedikit panjang menambah kesan manis untuknya. Tubuhnya kecil, sepertinya sangat nyaman untuk dipeluk.
"Jevan?" Jevan menaikan kedua alisnya tanpa memutus pandangannya pada sang pelukis.
"Mari pergi, aku sudah melihatnya. Kita pergi ke tempat lain."
"Pergilah, aku ingin disini."
"Kau kenapa?"
"Kau tau cara mendapatkan seorang kekasih?" temannya hampir terperanjat mendengar ujaran Jevan. Si kutu buku itu bertanya perihal cinta? Luar biasa!
"What? Kau tertarik pada salah satu pelukis itu ya?"
"Pergilah, tinggalkan aku sendiri disini."
Jevan berdiri di depan cermin toilet, memandang pantulan dirinya yang terlihat tampan. Jevan berdecak sebal sembari mengusak-usak rambut rapinya. Jevan merapikan seragam sekolahnya yang sudah rapi dan kembali menatap wajahnya.