Lee Jevan?
He is a doctor.
Jevan tersenyum kecil saat melepas tetoskopnya. Jevan usap rambut panjang perempuan kecil berumur 3 tahun itu hingga ia tertawa pelan. Jevan tertawa melihat si kecil mengembangkan lengannya. Mengerti maksud dari anak itu, Jevan menggendongnya sembari mengusap-usap punggungnya dengan sayang.
"Princess cantik dokter sudah sembuh."
"Sembuh?"
"Iya cantik, besok sudah bisa pulang dan bermain di luar."
"Itu artinya tidak bertemu dokter J lagi?" ujar si kecil dengan tatapan sedih.
"Dokter tidak ingin kita bertemu di sini, nanti kita bertemu di taman bermain bagaimana?"
"Janji?" ujar gadis kecil itu sembari mengangkat jari kelingkingnya. Jevan tersenyum lebar dan mengaitkan kelingkingnya disana.
"Janji, sekarang tidur supaya cepat bertemu di taman ya?" Jevan menurunkan gadis kecil itu untuk dibaringkan di kasur. Jevan tarik selimut untuk si gadis, sebelum pergi Jevan menyempatkan diri untuk mengecup singkat keningnya.
Melihat banyak tirai terbuka di samping bangsal di gadis, Jevanpun menarik napasnya dalam. Jevan melambaikan tangannya pada semua bilik yang dibatasi tirai, anak-anak kecil itu tersenyum dan melambaikan tangannya kembali.
"Tidur princess ini sudah malam."
"Hei jagoan tutup matamu."
"Cantikku sayang sudah waktunya tidur."
"Selamat malam semuanya, tidurlah ini sudah larut."
"Dokter J!" seru seorang gadis kecil saat Jevan ingin menutup pintu kamar yang dimuati oleh 10 anak itu.
"Iya cantik?"
"Dokter i love you."
"I love you too," Jevan tersenyum dan menutup pintunya. Inilah keseharian Jevan, setiap hari dan di setiap saat digerogoti banyak anak kecil. Saat menginjak umur 25 tahun Jevan berhasil mendirikan rumah sakit anak miliknya sendiri. Walau tak terlalu besar tapi rumah sakit ini memiliki pemasukan yang fantastis. Sekarang umurnya sudah 27 tahun, Jevan lelah terus diganggu oleh anak-anak kecil seperti tadi, ia sangat ingin diganggu oleh anaknya sendiri.
"Huuufs...andai saja saat lelah begini ada yang memelukku dari belakang dan berkata 'I miss you love'."
Jevan kembali menyusuri koridor, langkahnya berhenti tepat di dipan ruang VIP. Jevan gapai knop pintunya dan ia masuk ke dalam. Pasiennya yang satu ini berumur 16 tahun, dia baru masuk jenjang menengah atas. Jevan merasa iba pada kulit pucatnya, wajah manisnya selalu murung setiap kali Jevan periksa.
"Jagoan kau sudah minum obat?"
"Belum."
"Kenapa belum? Bahkan sudah lewat setengah jam dari jadwalmu."