Part 2

148 16 4
                                    

Lee berlari, tak peduli kaki nya terantup batu atau bahkan tertusuk ranting-ranting pohon. Ia hanya ingin cepat kembali ke desa, meminta para warga untuk datang menyelamatkan teman-teman nya.

Lee terjatuh, membuat kedua kakinya terluka, mengapa hutan ini sangat besar? Mengapa perjalanan terasa sangatlah panjang? Bukankah saat datang mereka hanya membutuhkan waktu setengah hari? Atau Lee tersesat?

Lee menangis karena takut ia tidak akan berhasil menyelamatkan Gaara serta Sasuke. Ia takut jika Sasuke dan Gaara sudah lebih dulu menjadi santapan para monster itu. Lee takut kehilangan kedua teman berharganya.
Lee bangkit dengan susah payah, kembali berjalan meski tertatih. Ia harus segera sampai desa bagaimanapun caranya. Memberi tau keluarga Gaara jika kini Gaara sedang dalam bahaya.

...

Gaara termenung, memikirkan keinginan terbesar apa yang ia mau? Cukup lama ia berpikir, membuat pemuda dengan Surai panjang itu menatapnya tak sabar. Hampir 15 menit mereka terdiam, dan Gaara masih belum memberi jawaban apapun.

Terdengar helaan nafas berat dari Neji, apa sesulit itu mengucapkan permohonan nya? Atau apa semengerikan itu Neji dimatanya? Hingga Gaara merasa begitu takut untuk mengeluarkan suara. "Katakan apa yang kau inginkan?" Ucap Neji untuk kesekian kalinya.

Jika setelah ini ia harus mati, bisakah Gaara merasakan cinta dan kasih sayang? Selama ini ia tumbuh tanpa semua itu, Gaara hanya mendapat caci serta maki dari keluarganya. "Bisakah aku mendapatkan cinta?" Ucap Gaara nyaris tak terdengar.

"Apa?" Tanya Neji sedikit mendekatkan diri pada Gaara.

"Jika setelah ini kau membunuh ku, bisakah aku merasa dicintai sebelum aku mati?" Jawab Gaara.

Dicintai? Mengapa Gaara meminta hal itu? Mengapa ia tak meminta kekayaan seperti yang lain? Mengapa Gaara meminta hal yang bahkan Neji tidak tau caranya mencintai. Neji terlalu lama hidup dalam kesendirian, ia sudah lama melupakan hal itu. Ingat, Neji adalah monster, ia tak lagi memiliki belas kasih karena ia harus membunuh banyak orang tamak untuk membebaskan dirinya sendiri. Neji membuang semua perasaan yang ada dalam dirinya, membuat dirinya menjadi monster tanpa perasaan.

"Kau tak ingin kekayaan atau semacamnya?" Sahut Neji.

"Apa dengan menjadi kaya aku akan mendapat cinta?" Jawab Gaara.

Neji terdiam. Uang memang bisa membeli segalanya, namun uang tidak bisa membeli cinta. Mungkin bibir bisa mengatakan cinta, tapi hati tidak bisa berbohong. Banyak orang diluar sana yang mengatasnamakan 'cinta' untuk sekedar hidup dalam kemewahan, meski terkadang mereka tidaklah bahagia atas semua harta yang mereka miliki.

"Hah~ baiklah, aku akan menuruti permohonan mu." Putus Neji pada akhirnya.
Gaara mengangkat kepala, menatap mata menyala Neji, mata yang tampak mengerikan itu. Berlahan Gaara tersenyum sebelum ia berbisik mengucapkan terima kasih karena Neji mau mengabulkan permohonannya.

...

"Aku ingin kau membebaskan teman ku." Ucap Sasuke tanpa rasa takut.

"Hah?" Naruto menatap Sasuke tak mengerti, membebaskan? Permohonan macam apa itu? Naruto tidak mungkin membebaskan mereka begitu saja, terlebih mereka sudah melihat jelas wajah Naruto dan Neji, mereka bisa menyebarkan berita jika pada warga desa dan berakhir Naruto dan Neji akan dibunuh oleh seluruh warga desa.

"Aku akan melakukan apapun sebagai gantinya." Ucap Sasuke lagi meyakinkan.
Naruto menarik nafas panjang, "apa kau sangat menyayanginya?" Ucap Naruto.

Untuk beberapa saat Sasuke terdiam. Sasuke sangat menyayangi Gaara, karena hanya Gaara serta Lee yang ia punya. Kini hanya Gaara yang ada disini, dan Sasuke tidak tau apa Lee baik-baik saja? Apa ia berhasil melarikan diri? Sasuke berharap Lee dapat kembali ke desa dengan selamat.

"Hanya mereka yang ku miliki." Jawab Sasuke dengan menunduk.

Sasuke tak dapat berbohong jika dirinya takut, ia takut berada di Castle ini, terlebih bersama 2 monster yang pasti siap menjadikan Sasuke santapan mereka. Namun, Sasuke lebih takut jika melihat Gaara meregang nyawa tepat didepan matanya, Sasuke tak siap melihat hal itu. Bahkan untuk membayangkannya saja Sasuke tak sanggup.

Naruto terdiam, pikirannya kembali mengenang masa lalu, dimana tak seorangpun mengenalnya, tak seorangpun ingin berbicara dengannya. Ia hanya bocah miskin yang beruntung, bocah yang berakhir menjadi saudagar kaya raya pada masa itu.

"Aku tak dapat berjanji, tapi akan ku coba." Jawab Naruto pada akhirnya.

Sasuke mengangkat kepalanya dan mengucapkan terima kasih dengan senyum kecil yang nyaris tak terlihat namun masih dapat dilihat oleh lawan bicaranya, senyum yang begitu tulus yang entah mengapa membawa perasaan asing hinggap di dadanya. Perasaan yang tak pernah Naruto sangka akan datang juga.

...

Lee menghentikan langkah kakinya, mata besar itu menatap langit yang kini sudah menggelap, mentari kini sudah berubah menjadi Cahya rembulan.

Lee mendudukkan diri dibawah pohon, menyandarkan tubuhnya pada pohon besar itu, entah sudah berapa lama ia berjalan menyusuri hutan, namun ia tak kunjung menemukan jalan keluar dari hutan.

Lee memejamkan matanya, ia terlalu lelah karena berjalan tanpa henti sepanjang hari ini, dan lagi ia mulai merasa lapar, ia belum memakan apapun sejak kemarin.

Berlahan angin malam menerpa kulit, membuat Lee sedikit meringkuk memeluk tubuhnya, mencari kehangatan pada dirinya sendiri. Tanpa sadar Lee mulai kehilangan kesadaran, kegelapan menguasai alam pikiran Lee, ia terlelap dibawah pohon itu, dibawah langit malam dengan cahaya rembulan.

...

Lee membuka mata, dimana dirinya? "Kau sudah bangun?" Sontak Lee menoleh mendengar suara asing itu, matanya melihat kakek tua yang kini jalan menghampirinya.

"Apa kau tau, berada di hutan--"

"Teman-teman ku! Aku harus kembali ke desa." Gumam Lee beranjak dari ranjang kecil itu.

Namun, tangan sang kakek menghentikan Lee, membuat pemuda bermata besar itu menatap wajah tua sang kakek. "Pergilah saat mentari sudah meninggi." Ucap sang kakek menenangkan.

Apa ia menyuruh Lee untuk menunggu esok pagi? Apa ia gila?! Nyawa kedua teman nya dalam bahaya, dan ia menyuruh Lee untuk menunggu?! Yang benar saja! Lee tidak siap untuk kehilangan kedua temannya!

Lee menepis tangan sang kakek dan segera berlari meninggalkan gubuk tua itu, peduli setan dengan hewan buas, nyawa kedua temannya lebih berharga!

...

Sasuke dan Gaara menyusuri koridor Castle, tentu ditemani oleh sang pemilik Castle. Sasuke sebenarnya sedikit tak mengerti mengapa mereka memperlakukan Sasuke dan Gaara begitu baik? Apa mereka benar-benar monster? Atau mereka memang selalu memperlakukan santapan mereka sebaik ini?

Neji berjalan mendahului Sasuke, menarik tangan Gaara untuk ikut bersamanya. "Apa kau suka membaca buku?" Tanya Neji yang dijawab anggukan kepala serta senyuman manis dari sang lawan bicara, senyuman yang entah mengapa begitu manis dan membuat jantung Neji berdebar hebat.

Tunggu! Sejak kapan jantungnya kembali berdetak? Sejak Neji menerima kutukan itu, ia tak lagi dapat merasakan detak jantungnya. Ia sudah lama mati, namun ia terjebak karena kutukan kakek malam itu. Neji sempat menghentikan langkah kaki dan menyentuh dadanya, memastikan jika ia tidak sedang berhalusinasi, ia benar-benar merasakan detak itu.

"Ada apa?" Tanya Gaara membuat Neji mengangkat kepala, menatap kedalam mata indah itu. Ada perasaan aneh yang kini menghinggapinya, perasaan asing yang tidak Neji kenali. Apa yang salah dengan? Ia merasa seakan ia hidup kembali, seakan ia dapat keluar dari kegelapan yang selama ini menghantuinya.

"Neji?" Naruto menepuk bahu itu, membuat Neji tersadar dari lamunannya. Neji sedikit berdeham sebelum melanjutkan langkah yang sempat terhenti.

...

JeanTheRapper.

Save Them🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang