Blossoms of Unrequited Love

125 14 0
                                    

Suara batuk Haechan memecah keheningan kamar, membuat tidur Johnny terganggu. Dengan gerakan cepat, pemuda sexy itu menyalakan lampu meja samping tempat tidurnya, memperhatikan Haechan yang duduk di tepi ranjang dengan napas tersengal-sengal.

"Haechan-ah, gwenchana?" Johnny bertanya dengan nada khawatir, matanya terfokus pada wajah pucat Haechan.

Haechan memaksa senyum palsu, mencoba menenangkan teman sekamarnya. "Gwenchana, maaf membuat hyung terbangun."

"Aku rasa batukmu semakin parah, kau yakin tidak perlu ke dokter?" Johnny menanyakan lagi, mengabaikan permintaan maaf Haechan.

Haechan menggeleng pelan, bibirnya terkatup rapat dalam kebingungan yang nyata. "Entahlah.." katanya ragu, terhenti oleh serangan batuk yang tiada hentinya, menginterupsi setiap kata yang hendak keluar dari bibirnya.

Haechan yang kesakitan tidak sempat menyembunyikan kelopak bunga yang jatuh ke atas kasur. Dengan mata terbelalak, Johnny memperhatikan setiap gerakan Haechan dengan perasaan panik yang tumbuh di dadanya.

"Yak! Sebenarnya apa yang kau sembunyikan? Kau sekarat!" Johnny tanpa sadar mengeraskan suaranya, namun nada bicaranya terdengar sangat khawatir dalam setiap katanya.

Haechan menatap ke bawah, memunguti satu per satu kelopak bunga yang mulai berserakan.

"Diam, jangan lakukan apapun. Aku akan memanggil Taeyong," kata Johnny pelan, suaranya hampir tersendat oleh ketakutan yang menghantui pikirannya.

"Jangan! Tolong rahasiakan ini dari semua orang," pinta Haechan dengan suara serak.

"Tidak bisa Haechan," jawab Johnny dengan tegas, memutuskan untuk mengambil tindakan segera.

Blossoms of Unrequited Love | HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang