7. Tidak Asing & Sepaket Kenangan

16 1 0
                                    

📎🎀🀄👟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📎🎀🀄👟

Gardenoia Flos bukan hanya sebuah kedai bunga dipinggir jalan. Bukan sekadar kedai yang dikelilingi organisme kingdom plantae itu. Bukan semata-mata kedai yang menampung tumbuhan ragam warna. Bukan cuma tempat singgah makhluk cantik bersayap warna warni yang datang silih berganti setiap harinya. Lebih dari itu, Gardenia Flos lebih indah dari bunga dan kerumunan kupu-kupu yang berterbangan di sana. Karena Gardenia Flos adalah tempat yang menjadi alasan untuk sebuah senyum penuh damai salah seorang karyawannya. Senyum Aaveysha, yang selalu berseri-seri setiap bunga-bunga di sana tersusun berjejer seperti taman.

Sejak kecil, Aaveysha memang memiliki ketertarikan pada makhluk yang indah ini. Karena keterbatasannya pada suara, ia hanya memandang dunia dan mengenali segala hal lewat warna dan bentuk.

Ia mungkin tidak mendengar gelak tawa bahagia, tapi melihat deretan rapi gigi putih tiap orang yang tersenyum, itu sudah cukup bagi Aaveysha. Ia mungkin tidak mendengar suara haru biru orang ketika menangis, tapi bening kaca yang hampir retak di iris mata orang-orang, itu juga sudah cukup bagi Aaveysha. Aaveysha bisa memahami segala jenis emosi dengan baik lewat warna dan rupa yang ia lihat.

Lewat cerita-cerita dalam hening yang terjalin antara Aaveysha dengan ibunya Noraya, disitulah ia mengenal bunga. Bunga menurut Aaveysha adalah makhluk hidup yang sangat cantik, kuat, tetapi tidak mengeluarkan bunyi apapun. Aaveysha kecil yang saat itu merasa bahwa ia dan bunga memiliki kesamaan, jatuh cinta dengan keindahan dan kelebihan bunga. Tangkainya memang tidak sekuat batang pohon tetapi begitu tulus menopang kelopak-kelopaknya agar tetap bersemi.

Tangkai dan bunga yang tumbuh dan mekar bersama sejak masih menjadi benih. Namun bila mereka dewasa, mereka harus siap merelakan untuk berpisah. Ketika bunga telah mekar, beberapa kelopak akan gugur, hilang dipetik manusia, atau dibawa pergi oleh angin, meninggalkan tangkainya yang telah bertahan selama ini. Tetapi tangkai bunga tidak pernah menyesal, karena bagi tangkai tugasnya adalah membuat bunga terlihat indah di puncak. Lalu saat mati, ia tetap setia bertahan di atas tanah, mengering bersama akarnya, terurai dan membumi.

Aaveysha merasa hidup di dunia ini adalah sama seperti bunga. Manusia harus siap dengan segala hal yang akan terjadi di masa depan. Kehilangan dan kepergian adalah hal yang pasti terjadi.

Mungkin bagi orang-orang di luar sana bunga hanya sebatas tumbuhan. Tapi bagi Aaveysha, bunga adalah temannya, makhluk yang amat ramah baik di mata dan juga hatinya. Seolah-olah hanya bersama bunga ia dapat bertukar cerita tentang rahasia hatinya. Rasa yang menggebu-gebu membuncah bahagia kala netranya menangkap kilau warna dari kelopak-kelopak bunga yang mekar terkena pantulan fajar pagi hari.

Lamunan Aaveysha pun buyar, manakala dua tangan halus menyapa bahu Aaveysha, mengusik aktivitasnya yang mengamati beberapa kuntum tulip kuning telah terbalut rapi dalam sebuah buket berpita senada. Aaveysha seketika memutar tubuh dan sedikit terhuyung ke belakang karena secara tiba-tiba mendapati wajah bersama sepasang mata bulat yang diiringi senyum tipis di bibir begitu dekat dengannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝑫𝒊𝒂𝒑𝒉𝒂𝒏𝒐𝒖𝒔 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang