4. Hujan Yang Menjadi Awal

20 3 0
                                    

Ost Part: To All of You-Ming Ginyu

Ost Part: To All of You-Ming Ginyu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca!

AAVEYSHA PAMELA20 TAHUN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AAVEYSHA PAMELA
20 TAHUN

***

Toko gerabah kecil yang menjual beberapa furniture keramik dengan bentuk unik-unik menjadi tempat Algebar mencari lembar-lembar alat tukar untuk bertahan hidup. Rutinitas Algebar di toko itu adalah berkutat dengan tumpukan-tumpukan tanah liat, lalu memotong dan membentuknya menjadi beberapa benda; gelas, piring, mangkuk, vas bunga, guci, dan sebagainya. Hingga menjelang sore, setelah jam kerjanya usai Algebar akan mengemasi peralatannya dan bersiap untuk pulang. Namun hari ini pria itu tidak akan langsung pulang.

Menurut perhitungan, Algebar akan menerima upahnya bekerja pada hari ini. Lantas setelah meninggalkan ruang tempat proses pembuatan gerabah, Algebar menemui pria tua yang tengah duduk di kasir toko. Pria itu tampak menghitung dan menyusun uang. Sebagian uang ditindih dengan patung kucing putih yang dapat bergerak agar uang itu tidak tercecer akibat hembusan kipas angin.

Algebar duduk di kursi yang tersedia setelah pria tua itu menyadari kehadirannya.

"Sudah mau pulang? Sebentar, ya. Saya hitung duitnya dulu."

Algebar menunggu tidak terlalu lama. Beberapa lembar uang ia terima setelah pria tua itu menghitung dan memberikan uang tersebut kepadanya. Tetapi, Algebar merasa apa yang ia terima sangat jauh dari yang seharusnya.

"Pak... ini... gaji saya cuma segini?"

Tidak terima dengan pertanyaan Algebar, pemilik toko gerabah itu balik menyerangnya, "Ya menurutmu? Datang kerja seenaknya, minta izin hampir tiap minggu, bahkan kadang seminggu full kamu gak masuk kerja, kamu nanya kenapa gaji kamu segitu? Kalau kamu lagi stand up, saya jamin akan kasih tawa gratis buat kamu."

Algebar mengernyit. Tapi bukankah selama ini ia selalu pulang lewat dari jam kerja? "I-iya, saya tau itu. Saya memang jarang masuk kerja. Tapi tiap jam lembur saya selalu kerja sampai jam 10. Apa gak ada sepeserpun upah lembur yang saya dapat?"

𝑫𝒊𝒂𝒑𝒉𝒂𝒏𝒐𝒖𝒔 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang