&&&
Selagi aku dan Kahlia bersiap-siap, Tante Sofi dan Rayyan mengisi waktu dengan mengobrol ringan di ruang makan. Keduanya masih asyik bercengkerama ketika aku bergabung. Rupanya, Tante Sofi dan Rayyan sedang membicarakan tentang tradisi keluarga besar mereka.
Salah satu tradisi yang diturunkan dari keluarga besar adalah menikah muda untuk anak laki-laki. Agak aneh, mengingat pada umumnya, justru anak perempuan lah yang biasanya dituntut keluarga buat segera menikah.
"Kalau kata neneknya Papa—ayah mertua kamu— dulu, cowok harus disegerakan menikah soalnya mereka punya kebutuhan yang mendesak. Cewek lebih bisa mengontrol kebutuhan biologis dirinya, kalau cowok, yah... nggak semua bisa, lah. Makanya tradisi di keluarga kami beda sama keluarga lain," jelas Tante Sofi. "Kamu target menikah kapan, Yan?"
"Dua puluh tiga tahun, Ma."
"Eh? Terus usia dua tiga kemarin, kamu udah punya calon?"
"Nggak ada, Ma, makanya belum nikah, nih. Sekalinya ada calon, saingannya banyak, mana susah banget dideketinnya," jawab Rayyan sambil berdeham dan melirikku. "Udah mau kelewat dua tahun dari target, coba. Kasihan banget ya aku, Ma?"
Tante Sofi tertawa. "Tahun ini bukannya kamu dua puluh empat, Yan?"
"Sekarang dua puluh empat, tiga bulan lagi, resmi masuk fase quarter life," jelas Rayyan. "Aku kalah nih dari Papa. Papa kan usia dua puluh tiga udah nikah sama mamaku. Seusiaku dulu, Papa udah punya satu anak."
"Kalau tahun ini kamu menikah sama Katja, usia dua puluh lima, kamu langsung dapat dua anak lho, Yan," seloroh Tante Sofi.
"Mamaaa!" aku merajuk secepat kilat sementara Rayyan terbahak.
***to be continued***
Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/rachelea/private-message-chapter-18-ambivalence
KAMU SEDANG MEMBACA
Private Message
أدب نسائيKepergian Dirga membuat Katja Chaerina (28) menyandang status sebagai janda dua anak di usia yang sangat muda. Rasa sakit karena kehilangan separuh jiwanya membuat Katja harus berjuang menghadapi depresi. Bagi Katja, jatuh cinta lagi adalah hal yang...