Brew No.2: Caramel Macchiato (2)

7 5 1
                                    

Dia memperhatikan sekitarnya; dinding kafe dicat putih seluruhnya, ada empat meja bundar yang dilengkapi dengan beberapa kursi kayu. Setiap meja juga dihiasi oleh setangkai bunga krisan putih yang duduk manis di dalam vas kaca – tidak ada yang unik. Namun ketika dia melayangkan pandangannya ke langit-langit, dia melihat banyak untaian lampu origami kupu-kupu yang berwarna warni. Hanya hiasan inilah yang memberikan warna untuk kafe yang sederhana ini.

Masih terpana dengan hiasan yang indah itu, tiba-tiba Anna merasakan ada bulu-bulu yang menyentuh kaki kanannya. 

Melihat kucing lucu itu, Anna pun membelainya tanpa sadar sambil tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat kucing lucu itu, Anna pun membelainya tanpa sadar sambil tersenyum. "Sepertinya Aylin menyukaimu," kata seorang pria tinggi yang entah muncul dari mana. Rambutnya sehitam langit malam dan warna matanya sama seperti batu giok hijau yang indah. Pakaiannya serba hitam bak seekor burung gagak.

"Ini kucing Anda?" tanya Anna basa basi.

"Benar dan tidak biasanya dia suka dibelai oleh orang lain. Ngomong-ngomong selamat datang di Soul Café. Apa Anda ingin memesan sesuatu?" tanya pria itu sambil tersenyum ramah.

"Ah, tidak, tidak. Aku hanya ke sini karena di luar dingin. Aku akan pergi sebentar lagi," kata Anna menolak tawaran dari pria tersebut.

"Anda yakin? Jam segini tidak ada bus yang beroperasi. Stasiun MRT juga jauh dari sini. Selain itu, daerah sini jarang ada taksi yang lewat," kata pria itu menjelaskan, namun tersirat sebuah paksaan halus yang sepertinya mengharuskan Anna untuk tetap berada di kafe.

Anna akhirnya menghela nafas dan menyetujuinya. Selain itu ini tidak terlalu buruk. Setidaknya dia bisa menikmati secangkir kopi untuk menghangatkan dirinya. Anna pun berjalan ke meja yang paling dekat dengan jendela lalu duduk di sana. Aeron dengan sopan memberikan Anna selembar menu yang penuh dengan minuman.

"Silakan dilihat-lihat. Oh ya, namaku Aeron. Jika Anda sudah memutuskan apa yang ingin Anda pesan, Anda bisa memanggilku," kata Aeron lalu pergi ke ruang belakang.

Anna melihat tulisan yang ada di menu dengan seksama. Setelah beberapa detik, akhirnya dia memutuskan untuk memesan secangkir "Caramel Macchiato" hangat.

Aeron mencatat pesanan Anna, lalu pergi ke meja counter untuk mulai membuat pesanan Anna. Sambil menunggu, Anna melihat refleksinya yang terpantul di kaca jendela. Yang dilihatnya sekarang adalah gadis berambut pirang pendek yang cantik.

"Rambut pendek bagus juga," ucap Anna tanpa sadar ketika melihat refleksinya itu. Dulu dia pernah memiliki rambut panjang yang lurus.

 Dulu dia pernah memiliki rambut panjang yang lurus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Meow..." eongan Ailin membuat Anna terbangun dari lamunannya itu dan tidak lama setelah itu, Aeron muncul sambil mengantarkan minuman pesanan Anna.

"Caramel macchiato Anda. Selamat menikmati," kata Aeron dengan ramah.

"Terima kasih," kata Anna sambil membalas senyum Aeron. Anna menghirup dalam aroma manis karamel dari minumannya dan entah kenapa itu sanggup membuat semua pikirannya yang kacau tadi menjadi tenteram. Dengan pelan, Anna menyeruput minuman yang ada di tangannya dan tiba-tiba matanya berbinar seperti seorang anak kecil.

"Enak sekali! Baru pertama kali ini aku minum Caramal Macchiato yang seenak ini," ceplos Anna dan itu membuat Aeron tertawa kecil. Tidak biasanya pelanggannya memujinya secara terang-terangan seperti itu.

Sejujurnya, Anna pikir Aeron adalah orang yang dingin karena penampilan fisiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejujurnya, Anna pikir Aeron adalah orang yang dingin karena penampilan fisiknya. Tidak disangka olehnya ternyata Aeron itu ramah sekali. Selain itu entah kenapa, Anna merasa tidak asing dengan Aeron. Sambil menikmati minumannya, Anna berbincang-bincang dengan Aeron yang di luar dugaannya ternyata menyenangkan sekali – seperti berbicara dengan sahabatnya sendiri.

***

Sejujurnya pada awalnya agak bingung juga hiasan apa yang akan menjadi spesial di kafe polos milik Aeron. Namun tiba-tiba kepikiran sebuah kafe kecil yang pernah aku kunjungi di Hangzhou. Kafe itu punya lampu gantung dengan kristal-kristal berbentuk merpati. Jadi di cerita ini aku mengganti kristal merpati itu dengan lampu origami kupu-kupu yang berwarna warni yang melingkar layaknya kumpulan kupu-kupu yang sedang terbang ke langit. 

Soul Cafe - Short Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang