Epilog

6 3 2
                                    

Tidak lama setelah itu, Aeron pun kembali ke kafenya. Di sana sudah ada Aylin yang menunggunya.

"Aku kembali," kata Aeron tetapi sepertinya dia tidak mendapat sambutan baik dari kucing kesayangannya.

Meski tidak bisa berbicara seperti manusia, tetapi Aeron tahu kalau mood Aylin sedang jelek.

"Apa yang kuperbuat kali ini sehingga membuatmu marah, Tuan Putri Aylin?" tanya Aeron yang juga kebingungan. Dia berpikir keras, tetapi dia tidak menemukan jawabannya.

Melihat majikannya yang masih belum menyadari kesalahannya, Aylin hanya mengeong keras kemudian dengan cepat pergi ke belakang counter.

Aeron pun berjalan mengikuti Aylin.

Aylin kembali mengeong, seakan berkata "Berani-beraninya kamu melupakan makananku! Kamu ingin aku mati kelaparan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aylin kembali mengeong, seakan berkata "Berani-beraninya kamu melupakan makananku! Kamu ingin aku mati kelaparan?"

"Iya, iya Aylin. Maafkan aku," kata Aeron yang mendengar komplain kucing kesayangannya.

"MEOWW..."

"Iya, aku tidak bermaksud membuatmu lapar. Kau tahu kalau aku itu sibuk," kata Aeron sambil menuangkan makanan kucing ke dalam mangkok milik Aylin. Dan seperti biasa, Aylin melahap makannya tanpa mempedulikan Aeron yang berdiri di sampingnya.

Aeron mengusap lembut punggung kucing hitam dan tersenyum.

"Aku bingung kenapa aku bisa memiliki kucing yang banyak maunya sepertimu," kata Aeron dan Aylin hanya mengeong dengan kesal.

"Iya, iya... akulah yang beruntung memilikimu, Aylin," kata Aeron sambil tertawa kecil kemudian pergi ke dalam ruangannya dan beristirahat.

Malam itu, Aeron merasakan adanya air yang menyentuh mukanya, namun air itu memiliki tekstur yang agak lengket.

Dia membuka matanya dan mendapati Aylin sedang menjilat wajahnya dan kucing itu dengan tidak sopannya berdiri di atas dadanya.

"Aylin...." tegur Aeron namun Aylin masih tetap menjilat wajahnya. Dengan malas, dia mengambil kucingnya dengan kedua tangannya.

"Kamu sebenarnya punya dendam pribadi denganku ya?" tanya Aeron dan Aylin hanya mengeong. Melihat sepertinya Aylin tidak merasa bersalah atas apa yang dilakukannya, Aeron pun meletakkannya ke lantai.

"Orang lain dibangunkan oleh kecupan pasangan mereka, dan aku dibanguni oleh air ludahmu yang lengket. Benar-benar romantis," kata Aeron dengan sarkastik dan Aylin mengeong beberapa kali dengan keras.

"Jangan mengomel atau aku tidak akan memberimu makan," kata Aeron untuk membuat Aylin lebih kesal lagi. Aylin memang menggemaskan, tapi terkadang dia juga menjengkelkan. Setelah bersih-bersih, Aeron pun mulai bersiap untuk membuka kafe miliknya itu.

Dan benar saja 10 menit setelah dia membuka kafenya, bel kafenya itu berdenting. Dengan ramah, Aeron pun menyambut pelanggannya.

 Dengan ramah, Aeron pun menyambut pelanggannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Maka berakhirlah short story "Soul Cafe". Aku butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan semua ilustrasi di cerita ini dan percayalah, laptop tuaku "menjerit" ketika aku membuka software Adobe Illustrator untuk mengerjakan projek ini. Otak ini juga sempat berasap karena memikirkan komposisi dan bagian yang ingin aku ilustrasikan.

Btw,  mana menjadi ilustrasi favorit kalian?

Punyaku adalah ilustrasi "Aku mencintaimu". Benang jodoh yang putus (sad)

Aku ingin sekali menambahkan jenis minuman lain dan cerita mini lainnya untuk dimasukkan ke dalam cerita ini. Tapi diriku terlalu malas untuk memikirkannya. Mungkin kapan-kapan kali ya? Untuk sekarang akan kututup cerita ini.

Terima kasih telah mampir dan membaca cerita singkat ini.

Soul Cafe - Short Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang