Brew No. 2: Caramel Macchiato (4)

5 3 4
                                    

Dan tiba-tiba detik itu juga Anna teringat akan sesuatu.

"Ti... tidak... ini tidak mungkin," kata Anna dengan segala rasa tidak percayanya.

"Tidak!!" teriaknya lagi berusaha menolak kenyataan tragis yang baru disadarinya, yang membuatnya seakan-akan ditusuk oleh pisau yang tajam.

"Satu-satunya alasan kamu bisa masuk ke kafeku karena kamu sudah meninggal, Anna. Dan aku adalah malaikat kematian yang bertugas untuk mewujudkan penyesalan terbesar di hidupmu.

Setelah mengatakan itu, Anna pun terdiam seribu bahasa. Dirinya terlalu shock untuk menerima fakta jika dia telah tiada.

Anna meninggal karena penyakit kanker usus yang diidapnya selama tiga tahun terakhir dan tidaklah mudah baginya menghadapi penyakit ini. Banyak suka duka dan di dalam semua itu, ada Leo yang selalu berada di sampingnya untuk menguatkannya setiap hari. Di balik ulasan senyum yang Leo tunjukan padanya ketika dia diopname di rumah sakit, dia tahu jika laki-laki itu pernah diam-diam menangis berdoa pada Tuhan untuk menyembuhkan penyakitnya. Dan karena ini juga, Anna berjanji pada dirinya sendiri dia tidak akan menyerah.

Tidak peduli berapa banyak rambut yang harus rontok, tidak peduli seberapa sakitnya kemoterapi yang harus dijalankannya, Anna percaya kalau suatu hari dia pasti akan sembuh. Namun takdir berkhianat pada semua usaha kerja kerasnya, sehingga dia harus meninggalkan dunia yang telah ditempatinya selama 30 tahun.

"Hei, Anna... Bagaimana kabarmu? Agak awkward sepertinya berbicara seperti ini ketika kamu tidak di sampingku, tetapi aku berharap kamu bisa mendengarkanku," kata Leo seakan-akan Anna ada di depannya.

"Apa kamu ingat? Hari ini adalah 20 Mei. Hari yang kita pilih sebagai hari pernikahan kita," katanya lagi dengan ekspresi yang pilu lalu dia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya.

"Aku tahu kamu sangat menyukai pantai dan meskipun kamu tidak pernah secara lansung megatakannya padaku, tetapi aku tahu kalau kamu ingin sekali menyelenggarakan pernikahanmu di tepi pantai," kata Leo lagi dan kali ini matanya berkaca-kaca.

Leo berdeham sekali, kemudian melanjutkan pembicaraanya.

"Oleh karena itu... akumemutuskan untuk datang kemari dan mewujudkan mimpimu." Leo membuka kotak kecil itu dan di dalamnya terlihat...

"Aku benar-benar merindukanmu, Anna," kata Leo ketika menatap cincin itu dan tanpa sadar, air membasahi pipinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku benar-benar merindukanmu, Anna," kata Leo ketika menatap cincin itu dan tanpa sadar, air membasahi pipinya. Dia mengingat kembali semua kenangan yang dilaluinya bersama dengan Anna. Bagaimana dirinya yang jatuh cinta pada pandangan pertama ketika melihat gadis itu tersenyum ramah padanya di café baru yang tidak jauh dari rumahnya, bagaimana dia mengutarakan perasaannya ketika mengamati senja di pantai bersama dengan gadis ini dan juga wajahnya yang merona merah ketika Leo mengecup keningnya, dan bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama di rumah sakit. Semuanya tersimpan jelas di dalam memorinya seakan-akan mereka baru saja melewati itu bersama.

"Sejak kamu pergi meninggalkanku, aku tidak henti-hentinya memikirkanmu, Anna. Seandainya saja ada kehidupan lain setelah ini... aku ingin kamu tahu kalau aku bersedia untuk mencintaimu lagi," kata Leo dan saat itu juga tangisan Anna langsung pecah. Air mata mengucur deras dari kedua matanya dan kedua kakinya tak kuasa menahan tubuhnya lagi.

Aeron yang melihatnya hanya bisa menepuk ringan pundak Anna.

Leo kemudian berjalan menuju lautan dan meletakkan buket bunga, cincin, dan juga abu kremasi ke dalam. Leo menatap benda-benda itu 'ditelan' oleh ombak laut dan berusaha keras untuk menahan air mata yang tampak ingin merembes keluar dari matanya.

Dan di saat yang bersamaan, tiba-tiba di jari manis tangan kiri Anna muncul sebuah cincin berlian yang sama persis dengan cincin yang dibawa Leo.

"Lihat Anna, matahari sudah terbit," kata Aeron kepada Anna dan Anna pun dengan pelan bangkit dan menyaksikan pemandangan yang indah itu. Warna langit berangsur-angsur berubah dan menjadi terang. Anna menyeka air matanya kemudian berjalan ke depan Leo, meskipun Leo tidak bisa melihatnya.

"Terima kasih telahmencintaiku dengan tulus, Leo. Aku benar-benar sangat bahagia...

 Aku benar-benar sangat bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anna kemudian mengecup dahi Leo untuk yang keteakhir kalinya dan setelah itu roh Anna pelan-pelan menghilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anna kemudian mengecup dahi Leo untuk yang keteakhir kalinya dan setelah itu roh Anna pelan-pelan menghilang.

"Selamat jalan,Anna..." kata Aeron sambil tersenyum. 

Hari ini dia berhasil mengabulkan satu permintaan dari Anna – gadis manis yang tidak menyadari bahwa dia telah meninggal.

*** 

Asli, part ini aku agak mewek. Like.... Leo, we need to give you a hug. Awalnya aku ingin cuma taroh buket bunga di laut. Tapi adikku tiba-tiba mengusulkan ide abu kremasi yang diletakkan bersama dengan cincin nikah. 

Funfact: Nama Leo awalnya ingin kubuat David. Tapi sebutan Dav, Vid kayak... gak enak banget di telinga sehingga akhirnya aku ganti menjadi Leo (Leonard). Seems more personal. 

Soul Cafe - Short Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang