Chapter 12

19 11 1
                                    

Alooo gess Nana kambekk!

Udah gak sabar pengen baca chapter 12 Yaa??

Enjoy the story!

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Darren berjalan ke arah kamarnya. Namun, ia ditahan oleh Alvina. Alvina memanggil Darren dari belakang membuat Darren menoleh dan menghampiri ibunya yang sedang berada di dekat pintu kamar Aluna.

"Kenapa, Ma?"

"Kamu kenapa baru pulang? Biasanya cuman sampai jam 5, itupun kamu selalu ngabarin Mama."

"Tadi Darren sambil latihan buat tournament, Ma. Jadi agak lama, terus Darren juga nggak buka ponsel." Tentu ia berbohong, tidak mungkin ia mengatakan yang sejujurnya. Tournament memang akan dilaksanakan, tetapi beberapa minggu lagi.

"Jujur sama Mama, Darren"

Darren memegang kedua tangan ibunya dan menatapnya dengan lekat.

"Darren jujur, Ma. Mama jangan khawatir"

Melihat tatapan Darren, Alvina akhirnya mengalah dan menyuruh Darren untuk beristirahat sebentar menunggu waktu isya dan makan malam tiba. Walaupun di dalam hati Alvina masih ada yang mengganjal, tetapi tidak ia hiraukan.

Darren memasuki kamarnya dan melihat Darrel sedang enak rebahan di kasur. Sepertinya ia sudah mandi, karena bajunya juga sudah diganti.

"Lo bicara apa sama Papa?" Darrel mengatakan itu dengan mata tertutup. Darren pikir Darrel sudah tidur, tapi ternyata belum.

"Gue pikir udah tidur, lo."

Darrel duduk dari tidurnya dan menatap Darren yang sedang mempersiapkan baju, karena ia akan segera mandi.

"Tadi lo ngomongin apa sama Papa?" Tanya Darrel lagi karena pertanyaan yang tadi tidak mendapat jawaban dari Darren.

"Ngomongin apa, ya." Darren malah berlagak seperti orang kebingungan.
satu lemparan bantal mengenai wajah Darren. Bantal itu berasal dari Darrel.

"Sono mandi lo!"

"Ya emang gue mau mandi." Darren dengan santainya berjalan ke arah kamar mandi meninggalkan Darrel yang sudah kesal pada dirinya.

Selesai Darren mandi. Adzan isya sudah berkumandang. Zayyan mengajak Darren dan Darrel pergi ke masjid. Darrel mengiyakan, tetapi tidak dengan Darren, ia hanya bilang ia akan menyusul.

Setelah Sholat berjama'ah di masjid, mereka makan malam bersama, Darren dipaksa oleh Darrel agar makan bersama keluarganya. Darren hanya bisa pasrah.

Tidak ada pembicaraan diantara mereka. Semuanya fokus pada makanan masing-masing. Sampai makan malam pun selesai. Darren dan Darrel teringat akan permen kapas yang belum mereka berikan kepada Aluna.

Setelah mereka mengambil permen kapas di dalam mobil. Langkah kaki mereka menaiki tangga untuk menuju ke kamar sang adik.

Sesampainya di depan kamar. Mereka mengetuk pintu tersebut.

𝘛𝘰𝘬.... 𝘛𝘰𝘬... 𝘛𝘰𝘬

"Siapa?" Terdengar suara Aluna di dalam sana. Saat hendak Darren menjawan. Darrel menutup mulut Darren dengan tangannya. Dan ia kembali mengetuk pintu.

"Siapa?!" Suara Aluna terdengar sedikit kesal di dalam sana.

𝘛𝘰𝘬.... 𝘛𝘰𝘬.... Tok

"Ih! Siapa sih?!" Terdengar suara bahwa Aluna turun dari kasur dan hendak membuka pintu. Saat membuka pintu, ia melihat kedua abangnya yang sedang berdiri. Permen kapas itu disembunyikan di belakang Darren.

Our Story [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang