Chapter 14

15 8 2
                                    

𝘐𝘯𝘥𝘰𝘯𝘦𝘴𝘪𝘢 𝘳𝘢𝘺𝘢

𝘔𝘦𝘳𝘥𝘦𝘬𝘢, 𝘮𝘦𝘳𝘥𝘦𝘬𝘢

𝘏𝘪𝘥𝘶𝘱𝘭𝘢𝘩 𝘐𝘯𝘥𝘰𝘯𝘦𝘴𝘪𝘢 𝘳𝘢𝘺𝘢

Pagi ini di SMA Siliwangi sedang melakukan upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih. Pengibaran berjalan sangat khidmat. Tidak ada murid yang berbicara satu pun. Barisannya pun terlihat sangat rapih.

Kegiatan upacara tersebut berlanjut tahap demi tahap sampai seluruh siswa di perintahkan untuk kembali ke kelas masing-masing dengan bimbingan para OSIS.

"Huh, pegel kaki gue, woy!" Ucap Selsa. "Asli, bjir. Tu amanat cuma 2 doang tapi beranak!" Timpal Amanda dengan muka juteknya.

"Bener! Ni kaki udah kayak yupi, " Seru Aluna.

"Assalamu'alaikum." Pelajaran pertama hari ini adalah matematika. Dan gurunya baru saja memasuki kelas. 𝘔𝘪𝘯𝘪𝘮𝘢𝘭 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘯𝘢𝘧𝘢𝘴 𝘥𝘶𝘭𝘶, 𝘉𝘶.

"Wa'alaikumsalam, Bu."

"Silahkan tertibkan dulu kelas nya, " Ujar guru tersebut karena masih terlihat murid yang baru datang. Saat semuanya sudah duduk dengan rapih. Baru guru tersebut membuka pembelajaran.

"Baiklah. Karena kemarin kita sudah mempelajari tentang bentuk pangkat dan akar. Sekarang kita pelajari tentang logaritma." Tangannya mulai bergerak menulis di papan tulis.

Guru itu menjelaskan secara detail, tetapi hanya beberapa orang yang mengerti. Pembelajaran terus berlanjut sampai pergantian jam. Di jam pelajaran ke dua, guru tersebut tidak memasuki kelas dan sama sekali tidak memberi tugas.

Kondisi kelas sangat tidak kondusif, sampai bel istirahat berbunyi.

Seluruh siswa berhamburan keluar kelas memburu kantin-kantin yang berada di sekolah. Terdapat empat kantin di sekolah tersebut.

Ke-empat sahabat itu tidak pergi ke kantin karena mereka membawa bekal.

Satu persatu siswa mulai memasuki kelas.

Bel masuk sudah berbunyi. Bel tersebut seperti nya tidak dihiraukan oleh para siswa-siswi di sana.

Mereka berada di luar seperti menunggu sang guru killer mengaung.

Si paling Komunitas Disiplin pun bertindak melihat teman sekelasnya keluar kelas.

"Woy! Masuk lagi lo!"

"Dih, siapa kamu?" Ucap siswa tersebut bernama Mushkil. "Siipi kimi? Masuk lo!" Akhirnya Mushkil kembali ke kelas dan duduk bersama Nugi. Nugi menoleh padanya dan hanya tersenyum.

"TEMAN-TEMAN KUUU YANG BAIK HATII, CANTIK, GANTENG. DIMOHON SISIHKAN SEDIKIT UANG JAJAN KALIAN BUAT UANG KAS!!" Sang Bendahara bernama Keyzha beraksi.

"Wahai ibu bendahara yang baik, karena anda baik, maka tolong bayarkan uang kas saya," Ujar Mushkil

"Nah iya bener! Bendahara kan uangnya banyak!" Timpa Diky.

"Yoi! Bendahara tukang malak!"

Ujaran mereka hanya diberi tatapan sinis oleh Keyzha. Sontak ekspresi dari Keyzha mengundang gelak tawa dari murid laki-laki.

"Sabarr, Keyy," Ucap semua murid pada Keyzha.

"Siapa yang mau ke kantin??" Tanya Amanda.

Semua murid mengacungkan tangan. Lalu Amanda melirik Keyzha. "Pake uang kas dulu, Key," Ucap Amanda dengan senyum lebarnya.

"Bowlehhh."

"Terima kasih bendahara tercinta!!" Ucap semuanya kompak. Hal itu membuat Keyzha tersipu malu.

"Keyzha shy shy meong," Ucap Nayla.

"Shy shy Mouse," Ucap Queensa berniat meralat perkataan Nayla.

"Eh, nggak boleh gitu," Ucap Aluna dengan gaya yang alay.

Keyzha dan Alinea saling tatap dan melempar senyum.

Setelah beberapa menit berlalu, Amanda kembali dengan kantong plastik berwarna hitam. Mereka menyatukan beberapa meja agar bisa makan bersama-sama.

"Perasaan nih, ya! Gue tuh kan awalnya mau nagih uang kas! Kenapa sekarang malah uang kas yang jadi korban?!" Gerutu Keyzha dengan mengambil salah satu makanan.

"Dih, gausah marah-marah lu kalau ngambil juga!" Ucap Diky.

"Ya kan kalau gue gak ambil, jadi rugi!"

"Shutt! Nenek aku kate tak boleh ribut depan rezeki."

"Harus chill."

"Hahahaha" Gelak tawa menggema di kelas X IPA 2.

"Foto dulu guyss, " Ajak Amanda.

"Ayokk, gass!!!"

Akhirnya mereka makan setelah foto bersama.

Seluruh siswa berhamburan keluar gerbang setelah mendengar bel pulang.

Saat ke empat sahabat itu keluar kelas, sudah terdapat Darren dan Darrel.

Mereka berjalan bersama menuju gerbang sebelum akhirnya mereka berpisah.

"Hati-hati semuanya!" Ucap Aluna sembari melambaikan tangannya kepada tiga sahabat nya yang sedang berada di parkiran. Tiga sahabat itu membalas lambaian Aluna.

Aluna pun pergi dengan kedua saudara nya itu.

"Lu mau langsung ke cafe, Lin?" Tanya Nayla sembari menaiki vespa nya. Alinea hanya menjawab dengan anggukan.

"Pulang sekolah cuci mata liat Saka niii," Goda Queensa pada Alinea.

"Apaan?!"

"Ciee... Ekhemm..." Sekarang keduanya menggoda Alinea.

"Apa sih, kalian?! Suka ya sama Saka?!"

"Lu kali yang suka sama Saka," Ucap Queensa dengan senyum nya.

"Akuu cukanyaa camaa kaliann," Ucap Alinea dengan nada yang di mirip kan seperti anak kecil.

"Heh! Lu belok?!" Queensa kaget mendengar jawaban Alinea.

"Ya nggak lah! Kan kalau lawan jenis bukan muhrim, yaudah camaa kalian ajaa," Ucap Alinea sembari mengerjapkan matanya berkali-kali.

Terlihat ekspresi Nayla dan Queensa seperti lelah menghadapi Alinea.

"Sesama jenis tuh dosa!" Jelas Queensa.

"Tapi kan katanya kita harus saling menyayangi antar sesama agar lingkungan aman dan damai." Alinea terus saja membela dirinya.

"Gak gitu konsepnya, Lin!" Terlihat Queensa sudah tidak bisa menahan diri, dan Nayla bersiap-siap melepaskan sepatunya.

Alinea hanya cengengesan melihat respon dari teman-temannya.

"Kabuurrr!!" Ucapnya dan melajukan motornya pergi.

Nayla dan Queensa hanya menghela nafas panjang sebelum akhirnya mereka saling tatap.

Karena sekolah sudah hampir sepi, Nayla dan Queensa bergegas pulang.





================================
........................................................................


Budidayakan vote, comment, add to library, and follow

See you🐣

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Story [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang