MED. 2

33 2 0
                                    

Seorang gadis cantik, dengan rambut coklat panjangnya terurai bergelombang dengan indah sedang duduk di bangku VIP sambil menatap tablet berwarna putih kesayangannya itu dengan sesekali menatap jendela kaca untuk melihat indahnya awan. Kacamata hitam tak pernah lepas dari hidung mancungnya itu sehingga menutupi mata indangan dengan bola mata biru laut itu.

"Berapa lama lagi kita akan sampai?" sebuah pertanyaan keluar dari bibir mungil gadis itu dengan mata yang masih fokus ke tablet kesayangannya itu.

"Sekitar satu jam lagi, Queen." Jawab seseorang yang berada di samping gadis itu.

"Apakah menurutmu aku akan mendapatkan kejutan, kak?" tanya gadis itu lagi.

Laki-laki disamping gadis itu yang diajaknya bicara terdiam sebentar. "Sepertinya Queen akan mendapatkan kejutan apalagi Queen sudah memberikan keputusan bahwa Queen persetujuan yang selama ini mereka tunggu." Jelasnya.

Gadis itu menganggukkan kepala dua kali. "Tiga tahun ga ketemu sama mereka, kira-kira ada yang berubah ga ya dari mereka?" Tanya gadis itu.

"Informasi yang saya dapatkan banyak sekali perubahan dari gaya mereka, kehidupan mereka, dan tentu saja musuh mereka yang selama ini berusaha mencari indentas Queen namun hanya virus yang mereka dapatkan." Jelas lelaki lagi.

"Bukankah kak Madava sendiri yang mengirimkan virus itu kepada mereka?"tanya gadis itu terkekeh kecil.

Madava Lavegas. Asisten pribadi dari gadis itu sejak kecil. Madava sendiri bukan anak muda lagi, umurnya sudah menginjak 30 Tahun. Namun wajahnya masih saja terlihat seperti anak kuliahan. Madava sendiri sudah memiliki istri yang bekerja juga untuk namun istri dari Madava akan menyusul Madava setelah tugas yang diberikan oleh gadis itu selesai.

***

Motor Sport dan motor klasik tersusun rapi di parkiran salah satu markas bessar. Markas besar Starlight. Mereka semua berkumpul untuk menjemput princess mereka apalagi identitas princess mereka sudah dipublik beberapa jam yang lalu.

"Oke seperti yang tadi dijelaskan sama wakil ketua kita, habis ini kita berangkat dengan teratur." Jelas Adrian.

"Kita berangkat."Perintah ketua yaitu Leon.

Semua anggota yang saat ini akan bergambung dalam penjemputan princess mereka segera menuju ke motor masing-masing. Bahkan para ketua dari berbagai daerah rela terbang ke Jakarta untuk turut andil dalam penyambutan princess mereka yang selama ini di idolakan. Bagaimana tidak, princess mereka ini adalah otak dari hampir semua strategi baik penyerangan, perekrutan, bahkan pelatihan masing-masing divisi yang ada dalam geng mereka.

Meskipun mereka semua sudah tau wajah dari princess mereka lewat foto yang mereka dapatkan di grup, namun mereka tentu saja penasaran dengan aslinya.

Derum motor berjalan menuju bandara dengan teratur. bahkan mereka tidak menganggu pengguna jalan lainnya karena mereka mengikuti aturan lalu lintas. Tak lama kemudian mereka semua sudah sampai dibandara. Mereka semua menunggu diparkiran karena hanya kelima orang yang akan masuk dan menunggu princess mereka. Leon, Adrian, Marvel, Dikta, dan Dewa mereka berjalan dan tentu saja menjadi pusat perhatian. Siapa yang tidak mengenal mereke berlima.

"Gue akan jadi orang pertama yang peluk dia." Ucap Dikta dengan penuh keyakinannya.

Marvel tak terima dengan apa yang sahabatnya itu ucapkan. "Enak aja, dia adek gue, tentu saja gue yang akan peluk dia yang pertama."

Dikta hanya mengangguk tersennyum. Yang lain tak menanggapi ucapan Dikta dan Marvel. Mereka fokus menunggu seseorang namun yang ditunggu belum muncul juga sampai sekarang.

MEDELLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang