MED.7

22 5 0
                                    

Hari ini akan ada pertandingan basket putri yang akan dilaksanakan di SMA Pancasila sebagai tuan rumah. Namun sepertinya tim basket putri SMA Nusantara sedang ada masalah.

"Gimana ini coach? Citra katanya kecelakaan, otomatis kita kekurangan tim inti, sedangkan anak baru masih belum bisa maju karena skillnya masih kurang." Chelsea mengeluh karena saat ini tim basket putri sedang kekurangan annggota.

Coach Daniel masih mencoba mencari solusi dengan mata yang terus menatap ke arah lapangan basket.

Sandra menyenggol bahu Galuh dengan ngasih petunjuk bahwa sepertinya ada solusi untuk masalah ini. Chelsea, Anesa pun nampaknya sepemikiran dengan Sandra.

"Sepertinya dia cocok masuk tim kita Coach" ucap Sandra kepada Coach Daniel.

Coach Daniel menganggukkan kepalanya. "Saya dapat informasi bahwa dulu ia merupakan kapten basket yang sangat terkenal di sekolahnya. Bahkan satu negara mengakui kehebatannya" jelas Coach Daniel.

"Tunggu apalagi Coach?" tanya Galuh menatap Coach Daniel.

Coach Danie segera mendekati lapangan basket yang sedang digunakan olahraga itu.

***

Medellin masih asik bermain basket di jam olahraganya ini. Ia sedang melakukan by one dengan Dewa yang merupakan ketua ekskul Basket. Skor Dewa sangat tertinggal dengan jauh dengan skor Medellin.

Teman sekelas Medellin terus menyoraki Medellin untuk menyemangati Medellin. Dan ya... tentu saja Medellin menang.

"Yesss!" Medelin bersorak karena ia berhasil mengalahkan Dewa.

Dewa duduk selonjoran di tengah lapangan dengan bola basket ditangannya. "Anjir, seorang Dewa ketua ekskul baskel kalah sama cewek." keluhnya menatap Medellin yang bahagia atas kemenangannya.

"Jangan lupa beliin gue susu kotak rasa coklat 1 kardus ya". Ucap Medellin yang menjatuhkan tubuhnya pada Dewa, ia menggunakan paha Dewa sebagai bantalan karena saat ini mereka tengah rebahan di tengah lapangan Indoor itu.

"Mau dikirim ke markas apa ke rumah?" tanya Dewa.

"Ke maskar aja" jawab Medellin.

"Medellin?"

Medellin dan Dewa sontak berdiri karena ada yang memanggil Medellin.

Ya, dia adalah Coach Daniel.

"Ada apa coach?" tanya Dewa.

"Tim basket putri sedang ada masalah, Citra selaku kaptep basket kita saat ini kecelakan dan tidak bisa mengikuti turnamen basket di SMA Pancasila. Bolehkah saya meminta Medellin untuk menggantikan Citra?" jelas Coach Daniel to the point.

"Kenapa saya?" tanya Medellin.

"Kepala Sekolah pernah mengatakan bahwa kamu pernah menjadi pemain basket di sekolahnya yang dulu, bahkan kamu satu negara mengakui kehebatanmu." jelas Coach Daniel.

Medellin menatap Dewa meminta pendapat. "Terserah." ucap Dewa.

"Baiklah, saya akan menbantu" putus Medellin.

"Terimakasih, kalau begitu bersiaplah kita akan segera berangkat ke SMA Pancasila dan sebelumnya kamu bisa ngambil jerseymu kepada Dewa." Ucap Coach Daniel.

"Saya akan menyusul bersama Dewa, kalian bisa berangkat duluan" ucap Medellin.

"Baiklah kalau begitu, saya permisi" Coach Daniel segera pergi karena ia akan menuju ke SMA Pancasila.

"Ya udah ayo kita siap-siap kita semobil aja, gue yang nyetir" ucap Dewa memberi keputusan sepihak.

Belum Medellin mengucapkan sudah diputuskan oleh Dewa membuat Medellin menggerutu kesal. Dewa meihat itu hanya tertawa cecikikan karena ia sudah tau maksud Medellin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MEDELLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang