MED.6

34 3 0
                                    

Cafe Venus

Sebuah Cafe dimana merupakan usaha dari geng Venus, uangnya akan masuk uang kas geng tersebut. Cafe Venus merupakan sebuah cafe yang cocok untuk anak muda, suasananya yang isntagramable dan setiap malam minggu akan ada live musik dari anggota geng Venus sendiri.

"Good"

Arjuna sontak menoleh ke arah Medellin. "Gimana menurut lo?" tanyanya.

Medellin menengok ke arah Arjuna. "Not bad"

"Ayo masuk!" Ajak Arjuna.

Arjuna dan Medellin masuk ke dalam cafe, diikuti oleh anggota geng Venus yang lainnya. Sampai didalam ada seorang gadis yang memeluk Arjuna secara tiba-tiba.

"Kok lama?" Ucap gadis itu saat masih ada dalam pelukan Arjuna.

Arjuna melepaskan pelukan gadis itu. "Ada urusan." Ucap Arjuna.

Gadis itu menatap Medellin dengan tatapan berbeda. "Dia siapa?" Tanyanya menatap Arjuna.

"Kenalin, dia adalah Medellin." Ucap Arjuna memberitau siapa Medellin.

"Oh jadi ini yang namana Medellin!" ucap gadis itu, gadis itu langsung mendekat ke arah Medellin. "Kenalin, gue Alika. Ya ampun, aslinya cantik banget gila. Ikut gue aja duduk disana." Tanpa persetujuan Medellin, Alika langsung membawa Medellin duduk di tempat yang biasa ia duduki bersama anggota inti geng Venus.

Medellin hanya pasrah karena ia sebenarnya lapar ingin sekali makan, namun ia harus bertemu dengan gadis yang menurutnya sangat cerewet ini.

Arjuna dan anggota geng Venus lainnya hanya melongo menatap Alika yang membawa Medellin tanpa aba-aba itu. Bahkan mereka masih berusaha mencerna, Alika itu terkenal orang yang cuek, dan posesif ketika Arjuna menggandeng cewek selain dirinya dan keluarganya, namun ini Alika justru tampak senang dan antusias saat bertemu Medellin.

Dibangku yang kini sudah ada Alika dan Medellin yang duduk, mereka ngobrol bersama, lebih tepatnya Alika yang sangat cerewet dan Medellin yang hanya mendengarkan saja.

"Oh iya, Juna sering banget cerita sama gue tentang lo, dari cerita Juna, gue jadi penasaran gimana aslinya lo." Alika terus saja berceloteh.

"Oh iya?" Medellin berusaha menanggapi.

"Iya, sampai gue jadi punya nazar, kalau ketemu sama lo, gue mau punya adik kayak lo. Gue juga mau berguru sama lo" Ucap Alika.

"Berguru tentang apa?" tanya Medellin. Pikirnya ia tak pernah melakukan apapun atau ngajarin apapun terhadap orang lain.

"Gue juga pengen belajar ngedrift sama lo, kata Juna lo keren banget kalau udah ngedrift" Alika terus saja berceloteh dengan antusias. "Lo mau ya jadi adek gue juga, gue pengen punya adek, gue anak tunggal soalnya." Alika memberitau keinginannya ke Medellin.

"Kayaknya kita seumuran deh." Ucap Medellin.

"Tanggal lahir lo berapa?" tanya Alika.

"10 November." Jawab Medellin.

Alika tersenyum dengan jawaban Medellin. "Lebih tuaan gue. Gue 5 januari malah." Ucapnya. "Pokoknya lo harus jadi adek gue, ya ya yaaaa" Alika terus saja memohon kepada Medellin agar ia mau jadi adekknya.

Medellin sudah malas menanggapi. "Oke" finalnya.

Arjuna dan ketiga temannya ikut duduk di bangku tersebut. Tak lupa dengan pelayan cafe yang membawa semangkuk bakso dan beberapa cemilan.

"Sayang, ngobrolnya nanti lagi ya, Medellin harus makan dulu" Ucap Arjuna yang duduk di samping Alika.

"Loh, Medellin belum makan?" tanya Alika, "kamu gimana sih, bawa anak orang kok ga dikasih makan gitu." Alika ngomelin Arjuna karena membiarkan Medellin kelaparan.

"Betul itu, bawa anak orang kok ga dkasih makan, marahin aja, Al." Kompor temannya Ajuna.

"Iya tuh"

"Marahin, Al."

"Kalian juga, kok ga ingetin Juna sih." Sofyan, Hendrik dan Felix niatnya kompor mereka juga kena semprot.

"Udah yaa, sekarang biarin Medellin makan dulu." Arjuna berusaha meredakan omelan Alika.

Alika tak menanggapi ucapan Arjuna, ia mengambilkan semangkok bakso yang tadi kehadapan Medellin. "Ini bakso resep anak-anak venus sendiri, cobain deh rasanya enak banget." Ucap Alika menjelaskan.

"Jadi ini namanya bakso?" tanya Medellin. Ini pertama kalinya ia melihat langsung bentuk bakso karena selama ini ia hanya melihat dari foto yang dikirim oleh Marvel untuknya.

"Lo belum pernah makan bakso?" tanya Alika.

"Gue di Indonesia waktu kecil aja, selebihnya tinggal di Belanda. Waktu kecil pun gue cuma makan makanan kantin sekolah sama makanan rumah aja." Jelas Medellin.

"Kalau gitu cobain dulu, cobain dari rasa orinya, nanti kurang apa tinggal nambah saos, kecap, sambal, cuka, jeruk nipiss, terserah lo, sesuai selera aja." Ucap Alika.

Medellin mengikuti intuksi dari Alika dan kemudian menambahkan saos, sambal, kecap, bahkan ia sudah bisa meracik sendiri sesuai seleranya.

"Kenapa ga lo ajak kulineran aja, Al?" Sofyan memberi sebuah ide untuk Alika.

Alika berfikir sejenak ide yang diberikan Sofyan kepadanya.

"Ga usah aneh-aneh" ucap Arjuna.

"Lo bener, kapan-kapan lo harus kulineran sama gue, gue akan ajak lo ke tempat makan yang enak-enak." Alika menyetujui ide dari Sofyan.

Alika memang suka kulineran, bahkan ia hafal tempat makan dan jajanan yang enak di Jakarta dan sekitarnya.

"Boleh tuh, gue pengen cobain nasi pecel, kata Marvel enak banget." Medellin bahkan juga menyetujuinya.

"Gue tau tempat nasi pecel enak, tapi menurut gue nasi pecel itu enaknya dimakan pas pagi hari buat sarapan." Jelas Alika memberi saran.

Mendengar penjelasan Alika yang enaknya pas sarapan aja membuat Medellin tidak jadi bersemangat. "Yahhhh"

"Kenapa?" Tanya Alika.

"Gue ga bisa sarapan pagi, ga terbiasa." Ucap Medellin.

"Jam sembilanan gitu belum bisa makan?" tanya Alika.

"Kalau jam segitu udah bisa makan gue." Jawab Medellin.

"Kalau gitu besok minggu jam 8 gue jemput, kita ke tempat pecel Madiun langganan gue, enak banget tuh pecel." Ucap Alika memberi keputusan.

"Ikut ikut." Sofyan, Hendrik, dan Felix kompak.

"No, waktunya ciwi ciwi. Kalian cari kegiatan lain aja." Alika tidak mau waktu bersama adik barunya ini diganggu oleh siapapun atau bakal tau akibatnya.

Arjuna hanya pasrah, bila sudah seperti ini ia pun tidak bisa berkutik. "Kalau ga mau kita ikut, lo harus bisa mendapatkan izin dari Marvel dan Leon, serta kak Marcel untuk pergi berdua saja sama Medellin, karena mereka tidak akan mebiarkan Medellin pergi sendiri, Medellin masih baru di Jakarta." Arjuna hanya mengutarakan saja, karena ia sendiri tidak bisa membantu untuk mendapatkan izin itu.

"Itu bisa di atur." Ucap Medellin.

"Gimana tuh?" tanya Alika menatap Medellin.

"Biarin aja Arjuna, Felix, Sofyan dan Hendrik ikut, tapi mereka bisa pisah meja sama kita." Medellin memberika ide.

"Gue setuju." Alika langsung saja menyetujui ide Medellin.

"Ya udah, besok minggu kita ke rumah Medellin, kita kumpul disana aja langsung." Arjuna memberikan keputusan akhirnya untuk pemberangkatan.

"Oke." Mereka semua setuju.

Setelah itu mereka melanjutkan acara perta penyambutan kembalinya Medellin ke Indonesia, hanya makan-makan saja tentu saja Alika yang terus bersama Medellin dengan cerewetnya itu. Bahkan Medellin sudah mulai terbiasa dengan kecerewetan Alika.

Arjuna serasa di asingkan karena sejak adanya Medellin, Alika hanya fokus kepada Medellin saja. Namun itu tak masalah bagi Arjuna karena Medellin sudah seperti adiknya. Bahkan keluarganya juga sudah menganggap Medellin anaknya.

MEDELLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang