Suasana di kampus Universitas Cempaka Putih semakin terlihat ramai. Di ruangan lobi yang menghubungkan sebuah lorong menuju kelas-kelas, sudah terdapat replika peti mati yang berukuran sedikit lebih kecil dan ramping di sana. Pada replika peti itu, terdapat foto dari salah satu dosen yang mengajar di sekolah tersebut, Sonia Hesti Komalasari.
Bahkan terdapat pula peti-peti lain yang juga terdapat foto beberapa pegawai staf kampus. Para dosen dan mahasiswa beramai-ramai memberikan ucapan doa pada arwah beberapa dosen mereka yang meninggal dalam kecelakaan. Terdapat juga berbagai macam karangan bunga besar yang bertuliskan Turut Berbela Sungkawa.
Terlihat Hannah sedang berjalan dengan Faley Tarmardirtha, kakak tingkatnya yang juga kekasih dari teman sekelas Aji. Mereka terlihat sedang menuruni tangga perpustakaan. Mereka berdua melihat dua orang lelaki yang sedang berdiri di anak tangga bawah. Kedua lelaki itu tidak lain adalah Syam Haris -kekasih dari Faley beserta sahabatnya yang bernama Mahesa Prakarsa. Mereka berdua sedang memperhatikan mahasiswa dan mahasiswi yang sedang berlalu lalang di lantai dasar. Hannah akhirnya menghampiri mereka.
"Permisi?"
"Iya kak?" tanya Syam yang terkejut karena di sebelah kakak tingkatnya itu, telah berdiri kekasihnya juga.
"Gua pengen tanya sama kalian. Kalian liat Aji nggak?" tanya Hannah penuh harap. Seketika raut wajah kedua lelaki di hadapannya itu berubah drastis.
"Issh! Kok kakak nanya pertanyaan kek gitu sih sama kita!? Amit-amit kak! Jangan sampe gua ketemu lagi sama dia! Dasar, dia itu emang bener-bener pembawa sial! Kakak tahu 'kan gosipnya? Waktu ada kakak tingkat yang ditemuin meninggal karena gantung diri di WC, ada dia 'kan di sana? Terus lagi, kematian keluarga Felix, sahabatnya dia. Malemnya 'kan Aji sempet nginep di sana. Dan besoknya, mereka sekeluarga meninggal. Dan sekarang, kakak mungkin gak tau sih ya. Kemarin Aji bilang sama bu Sonia biar Bu Sonia jangan pergi. Katanya, kalo Bu Sonia pergi, bakalan kena musibah kecelakaan dan sekarang hasilnya? Kek gini kan?" ucap Syam panjang lebar. Faley meringis, namun Hannah membulatkan manik sabitnya.
"Mungkin Aji itu cuma pengen cegah kepergiannya bu Sonia! Gua yakin banget, dia itu bukan cowok pembawa sial! Gua juga yakin semua itu cuma kebetulan aja!" ucap Hannah yakin.
"Huuffftt, itu sih terserah kakak ya. Gua sih udah gak mau lagi deket-deket sama dia. Ya, jaga-jaga aja sih ya. Sapa tau kan dia nempelin badan kita sial. Kan berabe kak," ucap Syam lagi. Mahesa hanya mengangguk setuju.
Dengan tiba-tiba, terlihat seorang lelaki yang baru saja datang, mengejutkan mereka. Ya, itu Aji. Aji berjalan dengan langkah pelan. Matanya mengeluarkan buliran-buliran bening sedari tadi. Ia terisak pelan. Namun, orang-orang yang ada di sekitar replika peti mati itu semuanya berhamburan pergi meninggalkan Aji sendirian. Mulai dari mahasiswa/i, bahkan sampai dosen-dosennya dan staf kampusnya. Semuanya pergi menjauhi tubuh mungil yang berjalan semakin mendekati peti yang terdapat frame foto Sonia.
"Ayo, Syam! Kita mending cepet pergi dari sini!" ujar Mahesa yang menatap takut ke arah Aji.
"Ayo kak Fal! Kita pergi aja!" Syam menarik lengan Faley dan segera menjauh. Membuat gadis mungil itu hanya dapat meringis pada adik tingkatnya itu.
"Han? Gua pergi duluan ya?" tanya Faley dan Hannah hanya mengangguk.
Hannah menatap lelaki yang sedang berdiri seorang diri itu dengan tatapan iba. Ia bahkan ingin sekali memeluk tubuhnya. Merasakan kesedihannya yang teramat sangat.
Aji masih menundukan wajahnya. Sehingga ia belum mengetahui bahwa orang-orang sudah meninggalkan dirinya sendirian. Aji bahkan sudah mempersiapkan sebuah buket mawar putih berukuran sedang dan meletakkannya pada replika peti mati milik Sonia.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Mirror • Han Jisung ✓
Horreur"𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝓘𝓷𝓭𝓲-𝓖𝓸!" Aji Susena Hansen, seorang lelaki berparas tampan dan imut yang gaul, ceria dan selalu jahil pada teman-temannya itu, kini berubah menjadi seorang lelaki pendiam. Bahkan ia kerap kali diolok-olok dan dibully oleh tema...