11. Pergi!

39 13 0
                                    

"Kakak...." Aji berucap lirih, memanggilnya. Matanya masih menatap kosong arah depannya. Membuat gadis cantik yang ada di sebelahnya itu mengernyitkan dahinya.

"Please kak, elu pergi," lanjut Aji. Hannah terbelalak.

"Nggak Ji! Gimana bisa gua ninggalin lu sendirian di saat keadaan lu lagi kek gini?" Hannah menggeleng.

"Gua mohon, kak. Gua lagi kacau. Lebih baik lu pergi. Gua pengen sendirian di sini," ucap Aji lagi. Hannah tetap menggelengkan kepalanya.

"Nggak, Aji! Gua harus tetep di sini dan nemenin lu saat lu-"

"GUA BILANG, LU HARUS PERGI DARI SINI!"

Hannah tersentak saat mendengar bentakan keras dari lelaki yang ia sukai itu. Ucapannya bahkan terpotong oleh bentakan Aji yang dilontarkan padanya. Ia tertegun. Entah apa yang ada di pikiran Aji, yang jelas Hannah tak tahu kejadian mengerikan apa yang sudah dialami lelaki berwajah imut itu.

"Lu bilang... kalo lu itu cinta sama gua kan, kak. Lu pasti mau nurutin apa yang gua minta sama lu...." Aji menatap manik kucing Hannah lekat. Hannah tetap menggelengkan kepalanya karena ia sangat khawatir dengan keadaan Aji saat ini.

"...please kak, lu harus pergi. Tinggalin gua sendiri," sambung Aji lagi.

"Aji.... Gua sebenernya gak tau apa yang baru aja dialamin sama lu tadi, sampe bikin lu kek gini. Tapi kalo misalnya lu pengen sendiri.... Apa lu bener-bener yakin, Ji?" tanya Hannah khawatir.

"Gua mohon, lu harus pergi dari rumah gua, kak Hannah!" pinta Aji cepat. Hannah sudah pasrah akan yang diminta lelaki pujaannya. Ia hanya bisa menatap wajah Aji dengan miris dan segera bangkit dari duduknya. Ia menghela napasnya berat.

"Ya udah, oke, kalo itu yang lu pengen.... Gua bakalan pergi dari sini." Hannah mulai melangkahkan kakinya. Namun saat langkah keempat, ia berhenti dan kembali menatap wajah Aji lekat.

"Ji? Tapi kalo misalnya terjadi sesuatu sama lu, lu harus hubungin gua, ya?" ucap Hannah sebelum berlalu pergi. Aji hanya mengangguk lemah sebagai jawaban.

Hannah melangkahkan kakinya keluar dari rumah Aji. Ia segera masuk ke dalam mobil Mercedes Benz C-Class hitam kesayangannya dan melajukannya, meninggalkan rumah Aji. Aji yang melihat kepergian Hannah hanya dapat menangis sejadi-jadinya. Sebenarnya ia senang ada Hannah di sisinya. Tapi di sisi yang lain ia takut, karena umurnya sudah tak lama lagi setelah ia melihat pertanda jika ia akan segera menjemput ajalnya karena tertimpa kecelakaan.

*****

"Ahahahaha!" Terdengar suara tawa menggema di ruangan kelas Aji, Syam dan Mahesa. Kelas Aji terlihat sangat ramai karena adanya free class. Dosen yang mengajar seluruhnya mengikuti rapat dan hanya memberikan tugas saja.

Hannah mendatangi kelas Aji berupaya ingin menanyakan kabarnya. Tapi apa yang dia dapatkan? Aji tidak ada di dalam ruang kelasnya. Sehingga Hannah bertanya pada Faley, sahabatnya sekaligus kakak tingkatnya itu yang kebetulan sedang main ke kelas kekasihnya, Syam Haris.

"Kak Fal?" panggil Hannah.

"Iya Han?" Faley menghampiri Hannah yang sedang berdiri di luar kelas itu.

"Lu tau gak Aji kemana?" tanya Hannah to the point. Namun Faley dengan cepat menggelengkan kepalanya. Ia hanya sedang berkunjung ke dalam kelas Syam jadi ia tidak tahu menahu tentang Aji, teman sekelas kekasihnya itu.

"Wah, gak tau tuh, Han. Gua gak tau dia kemana," jawab Faley jujur. Hannah mendengus. Lalu ia mulai melangkahkan kakinya dan berteriak pada Faley.

"Ya udah, makasih ya kak!"

[2] Mirror • Han Jisung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang