eps. 1

160 14 0
                                    

Seingatnya, malam itu Caleo mengerjakan tugas temannya yang diberikan dengan paksa dan Caleo terima tanpa bisa membantah. Setelah tumpukan tugas yang bukan miliknya selesai, Caleo pergi ke dapur untuk membuat teh panas karena udara dingin malam hari.

Kemudian Caleo merasa mengantuk, akhirnya merebahkan tubuh kecilnya pada kasur yang tidak bisa dibilang empuk dan nyaman, karena nyatanya kasur miliknya sangat keras. Namun, malam itu Caleo tertidur dengan nyaman di rumahnya, di kamarnya. Ingat! Garis bawahi bahwa Caleo tidur di kamarnya sendiri.

Namun, mengapa saat Ia membuka mata bukan langit langit berwarna putih kusam dengan beberapa sarang laba-laba. Yang ia lihat kini adalah langit langit dengan warna langit malam berserta gambar benda angkasa lainnya.

Ssshhh

Caleo mendesis kala merasa kepalanya pening, seakan berputar-putar. Mencoba meredam dengan menutup mata kuat-kuat seolah menekan sakitnya.

Selesai dengan rasa pening nya, Caleo kembali membuka mata. Disuguhkan pantulan cermin yang memantulkan dirinya. Itu betul kok dirinya, namun, dengan versi lebih terurus dan bersih.

Lama berdiam di tempat mencoba mencerna, pintu di samping terbuka. Muncul sosok wanita paruh baya dengan celemek maroon menghampiri nya. Jangan lupakan juga sup yang masih mengepul, semangkuk nasi, ayam goreng, dan susu putih di atas nampan.

"Oh, mohon maaf karena lancang Tuan Muda. Saya hanya akan mengantarkan makanan ini untuk Anda."

Dengan kepala yang sedikit menunduk karena merasa lancang, sang wanita meletakkan nampan tersebut di atas nakas dekat tempat tidurnya.

"Siapa?"

Rupanya cicitan Caleo yang terbilang sangat lirih itu mampu menghentikan pergerakan wanita paruh baya itu, terbukti dengan Ia tak lagi berjalan keluar pintu melainkan membalikkan tubuhnya dan menatap kaget Caleo.

"Tuan Muda! Anda baik-baik saja? Anda mengingat saya? Apa Anda m-mengingat nama Anda sendiri?"

"Caleo."

Hanya itu yang Caleo ucapkan. Memang benar Ia mengingat namanya, tapi Ia tidak tahu siapa wanita di depannya ini yang kini bersimpuh di bawah ranjangnya dengan tatapan khawatir.

"Tunggu, tunggu sebentar. Saya akan memanggilkan Dokter, iya Dokter!"

Setelahnya wanita itu pergi dengan terburu. Larinya sangat menggema untuk beberapa menit yang kemudian hilang digantikan sunyi.

Caleo menengok nampan diatas nakas, Ia menjadi tergiur dengan sup yang masih mengepul tersebut. Sepertinya enak.

Caleo lantas bergerak ke sisi kiri ranjangnya. Meletakkan nampan dengan ukuran sedang di pahanya yang kecil. Mengambil sendok lalu menyuapkan kuah sup ke dalam mulutnya. Ternyata rasa sup nya memang enak. Sup yang berisikan wortel, kentang, kol, brokoli, serta suwiran ayam.

Caleo juga menyuapkan nasi yang Ia campur dengan sup, dan tangan kirinya memegang paha ayam goreng yang terbilang besar.

"Ini enak sekali."

Caleo menyuapkan sesendok demi sesendok hingga nasi tersisa setengah dan sup yang habis. Sebenernya Caleo masih lapar, namun sup enaknya sudah habis. Tapi, tidak apa-apa karena masih ayam goreng besar di tangan kiri Caleo.

Mata Caleo berbinar. Benar ayam goreng memang yang terbaik. Lantas Caleo kembali menyuapkan nasi dengan sesekali menggigit paha ayam sebagai lauknya.

Selesai menghabiskan makanannya, Caleo meneguk segelas susu. Ternyata, rasa susu seenak ini. Dulu, Caleo tidak pernah merasakan minum susu karena disetiap harinya Ia hanya minum air putih atau teh. Makan pun, baru kali ini Caleo menggunakan ayam.

To Be a Ordinary Boy as a Figurant Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang