eps. 8

41 8 0
                                    

"Jima, aku mau kue kering, brownis lembut dengan teh beraroma ya!"

Pagi ini dengan riang serta tampilan segar Caleo menjajaki dapur guna mencari Jima yang sehari-hari berada di dapur dan terkadang dikebun.

"Baik, siap diantarkan kekamar."

"Tidak tidak, aku akan berada di taman sampai siang. Jadi, Jima bisa antarkan nanti ke taman."

Melihat Jima mengangguk dan langsung mengeluarkan beberapa bahan yang digunakan untuk membuat pesanan Caleo, Ia pun berbalik dan berjalan menuju pintu belakang, dimana taman cantik berada.

Taman mini buatan berada di belakang rumah besar. Dengan rumput hijau lembut, danau biru buatan dengan dikelilingi bebatuan yang ditata, agar bagus, beberapa pepohonan rindang : pohon buah, dan pohon hias lainnya, serta bunga yang mengharumkan indra penciumannya.

Suasana taman yang sejuk dan asri sangat menenangkan bagi jiwa dan raga Caleo. Mungkin jika Ia adalah biksu, tempat seperti inilah yang Ia cari untuk bertapa.

Taman dilengkapi dengan empat lampu taman di masing-masing sudut, dua bangku taman putih, satu ayunan panjang, dan dua gazebo berukuran sedang.

Sebetulnya jika dikatakan taman buatan ini mini tidak salah karena ukurannya tidak ada setengah dari lebar rumah nya sendiri, namun bagi orang yang pertama kali melihat taman buatan ini seperti dirinya, mungkin akan mengatakan bahwa taman ini besar. Yah, karena lebar taman sendiri bisa untuk membuat satu rumah minimalis.

Caleo duduk pada ayunan kayu panjang. Ayunan kayu dengan gaya modern namun ada kesan klasik. Menggoyangkan maju mundur dengan bantuan kaki panjangnya. Hei, mungkin taman adalah tempat favorite nya dirumah ini sekarang.

Karena menjadi Caleo yang dulu, Ia tidak pernah merasakan bermain ditaman. Tidak sekalipun bermain keluar, hingga membuat dirinya tertutup dan pemalu.

Caleo bertanya-tanya pada dirinya kali ini, apakah saat dirinya masih kecil dulu —tentunya saat menjadi Caleo yang dulu, pernah bermain ditaman? Pernah bermain diluar rumah? Pernah memiliki teman? Pernah memiliki kenangan yang indah dan menyenangkan?

Karena sepertinya ingatan masa kecilnya kabur, atau mungkin memang di otaknya tidak ada memori masa kecil yang tersimpan? Sebab, seberapa kerasnya Ia mencari memorial masa kecil, Ia tidak pernah berhasil, dalam artian bahwa Ia tidak pernah tahu menahu bagaimana masa kecilnya terlewati dulu.

Apakah hal tersebut normal? Atau memang ingatannya yang berjangka pendek? Caleo memang seorang pelupa, tapi untuk serangkain peristiwa yang Ia lewati dengan panjang, apalagi masa kecilnya —walau mungkin hanya sekelebat, seharusnya Ia memiliki ingatan tersebut.

Berpikir tentang masa kecil memang tidak pernah mendapatkan ujung yang manis, itu akan selalu buntu di pertengahan jalan, bahkan mungkin sedari awal memang sudah tidak ada jawaban.

Maka dari itu lebih baik hari ini Ia gunakan untuk bersantai ria. Meninggalkan penat yang membelenggu. Kapan lagi Ia akan memanjakan dirinya dengan suasana riang yang menyenangkan seperti ini. Kesempatan tidak datang dua kali.

Bosan bermain ayunan, Caleo mendekati danau buatan, atau bisa disebut kolam? Yah, itu kolam. Dengan berisikan berbagai macam ikan hias berwarna-warni yang cantik.

Caleo mengambil makanan ikan yang di sisi kolam, dan mulai menaburkannya. Air yang tadinya tenang menjadi beriak, ikan-ikan berebut pakannya, dan Caleo dengan sigap menaburkan kembali pakan nya. Duduk ditepian kolam dengan hanya melihat ikan berenang ternyata tidak semembosakan dari yang Ia kira.

Setelah berada ditaman kurang lebih 60 menit, Jima datang dengan nampan cokelat berisikan pesanannya. Sepiring brownis cokelat lembut dengan toping cokelat—keju—choco, setoples kecil kue kering dan secangkir teh beraroma.

"Jima tolong letakkan di gazebo, ya."

Jima membawa nampan tersebut ke gazebo yang diikuti Caleo dibelakang. Harum teh dan brownis tercium, perutnya menjadi sedikit lapar. Setelah meletakkan pada meja kecil yang ada di gazebo, Jima undur diri kembali ke dapur.

Caleo mendudukkan dirinya pada bantal yang diperuntukan untuk duduk dilantai agar bokongnya tidak terasa panas dan kebas.

Tangannya membuka toples kue kering, mencomot satu dan mencelupkan sebagian ke dalam teh. Kue kering menjadi lebih sedikit empuk tapi tidak lembek, terasa cocok untuk Caleo. Kemudian mencoba brownis yang harumnya menguar bebas, rasa manis dicampur asin dari keju sangat sedap di mulutnya.

Menyandarkan punggungnya pada tiang gazebo sembari menikmati camilan dengan teh, suasana tenang dan cerah.

Setelah lama berdiam diri di taman, matahari mulai naik. Tidak panas, namun hangat, seperti di musim semi pertengahan. Sinar matahari membuat bunga-bunga menjadi lebih cerah dan air kolam berkilauan.

Sepiring brownis yang berisi 5 potong habis, kue kering tersisa setengah dengan cangkir teh yang sudah kosong. Caleo berniat menikmati sedikit lebih lama lagi di taman sebelum kembali ke dalam rumah.

Melihat matahari sudah berada di tengah-tengah, semakin lama pun semakin panas, Caleo masuk ke dalam dengan tangan membawa nampan cokelat. Tungkai kakinya melangkah menuju dapur yang sudah kosong, sepertinya mereka yang bekerja sudah selesai siang ini.

Meletakkan nampan di meja pantry. Langkahnya menuju ruang makan yang tidak jauh dari dapur, makanan sudah terhidang, kepulan asap hangat masih bisa Caleo lihat dengan mata telanjang. Harumnya pun sangat mencolok.

"Kak Cale dari taman ya?"

Caleo melihat sekilas Dion yang ternyata duduk dengan menonton televisi bersama Reibara dan sekawanan nya. Faktanya teman-teman Reibara tidak pulang malam itu, mereka semua menginap untuk 3 hari kedepan.

"Ya."

Setelah menjawab seadanya Caleo mendudukan dirinya di depan meja makan. Sedangkan Dion dengan wajah kesal karena diabaikan begitu saja merasa tertekan. Yah, mungkin saja Caleo merasa sedikit sadar diri dan malu untuk menanggapi nya, itu pikirnya.

Caleo mengambil nasi, cumi tumis pedas, cah kangkung, dan mengambil semangkuk sup iga. Makanan lezat, Caleo datang~

Ia tidak ingin berurusan dengan mereka-mereka, dengan hidup di pijakan masing-masing dan tidak bertegur sapa mungkin akan efektif.

"Ini nih orang rumah yang gak ada adabnya! Ada tamu, makan sendiri gak nawarin. Heh!"

Caleo menghentikan suapannya di udara. Belum ada seminggu bertemu rasanya sangat melelahkan, apa yang Ia lakukan selalu salah. Memang akan lebih baik jika Jima membawakan makannya langsung ke kamar saja.

"Kalian kalau makan atau minum juga nggak nunggu di tawarin kali, mau makan mah makan aja. Jangan repot jadi manusia."

Wajah Sedim menjadi muram. Berani sekali Caleo menjawabnya dengan begitu arogan. Ini kedua kalinya Caleo bertolak belakang dari yang biasanya, karena Caleo biasanya hanya akan menunduk takut di hadapan mereka, dan bertindak songong hanya pada Dion.

Sebelum Sedim mambalas Joven menatap nya agar berhenti menimpali hal yang sebenarnya tidak penting. Mereka dirumah Reibara tidak sekali duakali saja, jadi hanya sekedar makan atau minum pun mereka bebas.

To Be a Ordinary Boy as a Figurant Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang