Bab 1 [Awal Bertemu]

66 3 1
                                    

•[Awal Bertemu]•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[Awal Bertemu]

Bunyi gemercik air akuarium membuat perasaan gadis yang tengah duduk di sofa menjadi tenang, perasaannya sudah tidak lagi gelisah seperti beberapa waktu lalu. Arah pandangnya kini mengarah pada seseorang yang baru saja keluar dari dapur sembari membawa nampan berisikan jus buah naga dan camilan.

“Diminum ya jusnya, sekalian ini juga ada camilan,” ujar gadis bernama lengkap Salwa Sevanya.

Gadis  yang dari tadi menunggu pun langsung menyambut camilan itu dengan sumringah. “Makasih ya,” balasnya.

“Sama-sama.”

Elia Oliveira tidak menyangka akan bertemu teman secepat ini di sekolah barunya, padahal Elia baru masuk bersekolah selama seminggu.

Sebenarnya Elia bukanlah gadis yang rajin bersosialisasi, dia introver, hal itu yang membuatnya agak syok, mengapa bisa dia mendapatkan teman dalam waktu singkat? Bagi dia itu hal yang aneh.

Disisi lain Elia juga merasa senang bisa bertamu ke rumah teman barunya, meskipun tidak biasa dirinya bermain selepas pulang sekolah. Biasanya pulang sekolah Elia langsung bergegas kembali ke rumah untuk mengerjakan tugas, membereskan rumah dan menulis cerita. Tetapi kali ini biarkan dirinya mengambil peran, membuka ruang untuk mencari warna baru dalam hidup.

“Elia,” panggil Salwa pelan yang hendak memulai obrolan. Salwa merasa canggung jika hanya berdiam saja.

“Iya kenapa Sal?” Elia dengan cepat menanggapi Salwa.

“Teman kamu di Jakarta masih suka nanyain kabar?”

Elia tersenyum singkat. Dia bingung harus menjawab apa, masalahnya Elia tidak memiliki teman di sekolah lamanya. Sungguh, bukan Elia sombong, tapi memang tidak ada yang mau berteman dengannya.

“Aku enggak punya teman Sal di sana,” jawab Elia jujur.

Ekspresi Salwa seketika berubah canggung, merasa bersalah sudah bertanya hal itu. “Maaf ya, El, aku enggak bermaksud untuk –“ ucapan Salwa terpotong begitu saja oleh Elia.

“Salwa enggak salah, kok. Emang akunya aja yang enggak mau punya teman,” potong Elia cepat atas ucapan Salwa. Elia juga terpaksa berbohong karena takut jika dia jujur, kelak Salwa tidak mau lagi berteman dengannya.

Salwa merasa ada yang ditutupi dari Elia, dia bisa melihat kebohongan dari ucapan teman barunya. Namun, Salwa merasa belum saatnya untuk bertanya lebih jauh, takutnya membuat Elia tidak betah berteman dengannya.

Bismillah Menuju HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang