BAB 5 [Menghindar]

19 1 0
                                    

••Happy reading!••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••
Happy reading!
••

“Elia mana Bun?” tanya Ayah Elia yang bernama Fatih Al Barack. Tumben sekali sarapan pagi ini anak gadis kesayangannya itu belum muncul.

“Masih di kamar lagi pakai jilbab,” jawab Bunda sembari menyiapkan sepiring makanan untuk sang suami. Sebelum menata makanan di meja Bunda sempat menghampiri anaknya yang sedang sibuk menggosok jilbab, katanya biar tidak meleyot saat dipakai.

Elian datang menghampiri meja makan dengan pakaian rapi, pagi ini lelaki itu memiliki agenda untuk merenovasi kafe agar desainnya lebih tampak mewah dan berkelas seperti kafe bintang lima.

Ternyata adanya Elian di sarapan kali ini membuat Ayahnya berencana membuka obrolan sembari menunggu Elia bergabung dengan mereka. Melihat Elian memakai pakaian kasual, simpel, mengingatkan Ayah sewaktu dirinya masih muda. Di usianya empat puluh lima tahun Ayah masih saja memilih fashion yang cocok dipakai bak anak muda jaman sekarang, sehingga sering kali terdengar omelan Bunda yang tidak suka jika suaminya berpenampilan terlalu keren, Bunda cemburu.

“Lian, bagaimana perkembangan ta’aruf mu dengan Dania? Kamu sudah menemukan jawabannya?” Ayah sangat penasaran dengan perkembangan perasaan putra sulungnya terhadap anak dari sahabatnya sewaktu SMA dulu.

Elian menatap dingin ayahnya, baru duduk saja sudah ditanya tentang perasaan, rasanya malas sekali dia bergabung sarapan pagi ini.

“Belum tau Yah, Lian masih ragu,” jawab Elian dengan nada terpaksa.

“Sudah coba sholat istikharah?”

Elian menggelengkan kepala. “Belum,” jawab lelaki itu. Bagaimana mau sholat istikharah jika dia saja tidak merasakan debaran cinta saat bertemu Dania di pertemuan keluarga.

Ayah tersenyum mendengar jawaban putra sulungnya yang sekarang tampak kesal. “Ya sudah jika tidak ingin melanjutkan perjodohan ini nanti malam kita ke rumahnya saja, bicarakan baik-baik dengan keluarga Dania supaya tidak terjadi salah paham,” ucap Ayah dengan berat hati. Padahal dia ingin sekali Dania menjadi menantunya, gadis itu tampak baik dan sederhana.

Tapi bagaimana dengan perasaan Dania? Mengapa Elian tiba-tiba memikirkan gadis itu?

****

“Elia!” Panggil Salwa dari ujung koridor, dengan sekali teriakan dia bisa membuat Elia yang sedang berjalan jadi terkejut.

Spontan Elia melihat Salwa berlari menuju arahnya, duh, Elia tiba-tiba keringat dingin takut Salwa menanyakan obrolan di telepon semalam yang tiba-tiba dia putuskan begitu saja. Kalau ada kantong Doraemon di depannya, Elia mau langsung mencari pintu kemana saja supaya bisa pulang ke rumah dengan cepat.

Salwa kini berjalan di samping Elia dengan nafas terengah karena berlari, baru berlari dekat saja rasanya ingin pingsan. Hal ini karena Salwa jarang sekali olahraga, berbanding terbalik dengan Masnya yang dua hari sekali melatih otot, berenang, dan pergi ke tempat pusat pembugaran jasmani.

Bismillah Menuju HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang