My Home 4

816 70 6
                                    

*
*
*

"Sebentar.., Chanii, " balas pria itu. Kembali melakukan aksinya mengikat rambut Renjun.

"Selesai.." pungkasnya. Renjun balik badan dan sedikit membungkuk mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih paman..emm? " Kata Renjun, disertai kebingungan diakhir karena belum tau siapa nama pria didepannya.

"Yuta, nama paman." Jawab Yuta begitu mengerti maksud Renjun. Renjun mengangguk paham.

"Paman Yuta kalo begitu, aku pergi ya."

"Tunggu.. Kamu belum memberi tahu namamu,?" cegat Yuta begitu Renjun hendak berjalan berlawanan arah.

"Ehh nama injun, Renjun paman." Yuta tersenyum hangat,lalu menatap sekeliling. Disini gelap, sepi dan Yuta sendiri khawatir bagaimana jika anak itu bertemu orang jahat.

"Kamu mau kemana.?" Renjun mengerjap sebelum menjawab.

"aku mau ketoko tapi tutup, buat jual kalungku.." Renjun berucap sambil meraba kalung yang terlilit dilehernya.

"Kenapa dijual..? Maaf jika paman banyak bertanya." Renjun menggeleng menyangkal bahwa dia tidak banyak ditanya.

"Buat makan." Cukup singkat namun Yuta sendiri langsung mengerti. Anak ini pasti sedang kesulitan hingga harus rela menjual barang yang pasti itu berharga.

"Ikut.. Paman?"

"paman ngomong apa aku gak ngerti?" Renjun menggaruk pelipisnya, sambil memiringkan kepala pertanda bingung.

"Om akan anter kamu pulang."

Renjun terdiam sebentar, dia tak bisa pulang jika belum mendapat makanan.

Menyadari keterdiaman Renjun, Yuta kembali angkat bicara, "Sekalian kita mampir kerestoran, ahh paman sangat lapar.. Tidak papakan?" Ucapanya mendramatisir. Itu hanya akal akalan Yuta saja, supaya anak yang diajaknya mau ikut karena yang sebenarnya dia barus saja pulang makan.

"Iya paman, Mau" Renjun patah patah mengangguk. Mendongak pada Yuta ketika pria itu menyulurkan tangan padanya.

Perlahan Renjun menyimpan tangannya diatas tangan Yuta, mengikuti langkah Yuta membawanya berjalan kesisi lain mobil.

"Woahh..." Renjun terperanjat begitu mobil dibuka, suara cepreng menyambutnya. Terlihat gadis seumurannya sedang duduk santai, dengan gadget ditangannya tapi sekarang dia meihat kearahnya.

"Stt.. Chani ini sudah malam. Jangan Berisik" Tegur Yuta. Sedangkan yang ditegur nampak cuek. Dan lebih fokus pada Renjun.

"Ayok Renjun, kamu masuk." Renjun mengangguk perlanan masuk dan duduk disamping anak dipanggil chanie itu.

Yuta terkekeh melihat Haechan yang sepertinya terkagum dengan Renjun, buktinya anak itu menampilkan tatapan memuja.

"Paman bantu pasang." Yuta memasang sealbealt Renjun, sedangkan empunya hanya mengamati pergerakan Yuta.

"Muka kamu lucu bingit.. Wahh lembut lagi." Seru Haechan, dengan lancangnya memegang Pipi Renjun dan mengelusnya. Bahkan tak segan mencubit gamas.

Renjun yang merasa sedikit risih, hanya biasa tersenyum canggung. Pasrah saja.

Yuta menghela nafas, kenapa keponakannya ini sangat brutal sekali jika sudah mengeksfresikan diri.

"Haechan stop.. Jangan sembarang pegang prgang wajah orang ya,?, liat Renjunnya tidak nyaman." Tegur Yuta lagi kali ini lebih terdengar serius.

Haechan mengatupkan bibir, meski merenggut tapi tetap menurut menurunkan tangannya. Karena Haechan itu takut jika Pamannya sudah marah, seremnya melebihi papa dan Mamanya sendiri.

Tak berada jauh dari mobil Yuta berada, mobil Winwin berhenti dipemilik mobil mengamati sekeliling luar dengan Resah.

"Renjun dimana..?" lirihnya. Yang dia khawatirkan Anak itu kelaparan dan kesulitan besar mengingat juga Renjun punya tanggungan Neneknya sendiri.

Tak terasa pipinya sudah basah linangan air mata. Perasaan tak rela hinggap begitu saja, Renjun pergi hatinya begitu kosong.

Perasaan yang sama Seperti saat saat dirinya belum mengenal Renjun sekalipun. Dia sendiri tak mengerti kenapa seperti itu.

________
________

Selama kurang setengah jam Winwin kembali kerumah, pencariannya tak membuahksn hasil. Jadi Winwin memutuskan untuk melanjutkan pencarian esok hari.

Begitu masuk Winwin disambut keheningan. Lampu masih benderang menyala tapi Winwin yakin anak anak pasti sudah tidur dikamar mereka.

Tak langsung masuk kamar, Winwin merebahkan diri sofa, meringkuk menyamping sambil melamunkan sesuatu, dan lagi lagi matanya menrgeluarkan air bening yang perlahan turun melewati hidung bengirnya.

"Kenapa lagi lagi aku nangis?" ucap Winwin menatap lamat tangannya yang basah air mata.

"Perasaan apa ini?" tanyanya dlm batin.

Dari ujung atas tangga tanpa Winwin sadari, Dejun memperhatikan. Sebenarnya dia sudah tidur tapi terbangun karena mendengar suara mobil Mamanya. Dan berniat menghampiri Mama.

"Nanti aja deh, Mama Keliatan sedih,dan Capek " lirihnya menatap kasihan Mamanya yang sekarang perlahan memejamkan mata mungkin akan tertidur.

Kakinya ia bawa memasuki kamarnya, untuk mengambil selimut baru dari lemari.

Perlahan tapi pasti dengan hati hati menuruni tangga, dengan selimut tebal yang cukup berat untuk anak seusianya.

"Tidur yang nyenyak ya Mama" Ucapnya pelan, sembari membentangkan selimut menutupi tubuh Mamanya hanya tersisa kepalanya saja menyembul.

"Jangan nangis," lirihnya, mengusap pipi Mamanya yang masih basah dengan hati hati. Dan diakhiri kecupan didahi Sang Mama dengan lembut.

"Aha.. Aku punya ide" Senyum tipis terbit dibilah bibirnya, Dejun secepat kilat berlari lagi kekamarnya.

Dia berisiniatif, malam ini dia akan tidur bersama Mamanya diruang tengah menggelar tikar cukup tebal.

"Eughh Abang.." Jaemin meleguh meraba ranjang sebelahnya yang kosong, dengan berat hati mata ia paksakan terbuka. Ahh Jaemin sekarang tengah berada dikamar Dejun, dia ingin tidur bersama katanya takut sendirian.

"Kemana?, Kok gak ada.." Ucapnya dengan suara serak. Efek bangun tidur.

Tak berselang lama, pintu Kamar terbuka, Abang yang dicarinya masuk kamar.

"Eohh Nana kebangun," Dejun kaget segera menghamoiri adiknya merapihkan rambutnya yang acak acakan.

"Iya, tapi liat Abang ga ada," Ucap Nana merajuk.

"Maaf Ya, Abang tadi liat Mama dulu kebawah, Mama baru aja pulang," Ucapnya sambil mengjauh sedikit untuk mengambil barang yang dibutuhkan.

"Kok bawa itu?" Tanya Nana Heran, menujuk karpet dibawa Abangnya.

"Abang mau temenin Mama Tidur dibawah,"

"Ikut ikut, Nana mau ikut" Seru Jaemin antusias mengacungkan telunjuk, dan meloncat kegerangan sambil duduk.

"Boleh. Kalo gitu bantu Abang bawa bantalnya aja Ya," perintah Dejun langsung. Lalu Mendahului Adiknya untuk keluar.

"Emm, Siap " Jaemin meloncat turun. Sigap mengambil bantal yang suruh,membawanya mengikuti Sang Abang dari belakang.

Disinilah sekarang, Mama, dan Dua anaknya. Mereka tidur diruang tengah. Winwin sudah terlelap tak menyadari kehadiran dua anaknya yang rela ikut menemaninya suapay tak sendirian.

Dibawah sofa, Dejun dan Nana berbaring saling memeluk satu sama lain dengan selimut yang dipakai berdua.

Dejun mengpuk puk punggung adiknya, biar bisa tidur kembali sementara Dirinya menatap langit langit atap dengan mata segar.

"Selamat tidur," Dejun mengecup dahi adiknya dirasa Jaemin sudah tidur nyenyak. Mengeratkan pelukan mereka.


Tbc

HOME   [RENJUN GENDERSWITCH ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang